Naisha tiba di RS Mitra Harapan sendirian. Dia tidak mengajak Arumi kali ini. Nai meminta Arumi tetap berada di Star Building untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan Nai saat ia tengah menggantikan sang ayah.
Nai berjalan anggun memasuki gedung rumah sakit. Rumah sakit tersebut semakin hari semakin bagus. Sungguh perkembangan yang sangat pesat. Sebagai pemegang saham 25 %, Juna sungguh sangat puas dengan RS Mitra Harapan yang sekarang. Semua tidak lepas dari tangan dingin Dokter Bisma dan Dokter Dika.
Sebagai keluarga pemilik,reputasi RS Mitra Harapan tidak lepas dari reputasi personal dari kedua dokter hebat tersebut. Terlebih gelar dokter bedah terbaik masih dipegang teguh oleh dokter Dika.
Tak tak tak
Suara kaki yang terdengar seperti berlari mendekat ke arah Naisha. Tanpa ia tahu orang yang memiliki kaki tersebut ternyata menabrak tubuhnya hingga wanita cantik itu terhuyung dan jatuh terjerembab.
" Maaf, maaf nyonya saya tidak sengaja. Sungguh saya minta maaf."
Nai berdiri namun melihat beberapa barang dari orang yang jatuh, ia pun membantu untuk memungutnya.
" Tidak apa apa, aku yakin kau pasti terburu buru dokter Nataya."
Nai melihat id card dari pria tersebut. Seorang pria yang ia tahu lebih muda dari dirinya itu tampak tergesa.
" Terimakasih nyonya, eh … maaf sepertinya saya harus memanggil anda dengan sebutan Noona*( dibaca Nuna)."
Nai mengerutkan kedua alisnya tidak mengerti. Namun ia tidak mau banyak bertanya karena jika berbicara lebih lama lagi maka ia akan terlambat ke pertemuan. Setelah selesai membantu Nai pun mengangguk dan pamit untuk kembali melanjutkan berjalan menuju tujuannya. Pria itu langsung terpesona oleh wanita yang baru saja ia tabrak itu hingga ia teringat apa yang seharusnya ia lakukan.
" Mati aku, pasti dimarahi papa kalau nggak buru buru ke ruang rapat."
Sambil membawa setumpuk file dokumen di tangannya, Nataya berlari secepat mungkin menuju ruangan sang kakek paman dulu. Karena awal mula seperti itu perintah papa nya.
" Kapam ini file nya, eeh kok udah nggak ada. Jangan jangan langsung ke ruang rapat lagi. Habis sudah nanti diomelin papa."
Nataya kembali berlari sambil berpikir was was akan kena marah. Dokter Bisma yang masih adik dari nenek Sekar ia panggil kapam, singkatan dari kakek paman. Entah dari mana Nata memiliki ide untuk memanggil Dokter Bisma seperti itu. Yang jelas dia hanya bisa memanggil seperti itu ketika tidak di ranah pekerjaan. Bahkan kepada sang papa pun Nata profesional selalu memanggil dokter meski banyak juga keceplosannya.
Di ruang rapat Dika dan Bisma masih menunggu kedatangan Nataya.
" Kemana bocah tengik itu?"
" Entahlah om, tadi udah Dika minta langsung ke sini lho."
Brak
Nata memasuki ruang rapat dengan nafas yang terengah engah. Bisma dan Dika hanya membuang nafasnya kasar, namun mereka lega Nata sudah datang. Beruntung asisten Bisma tengah menjelaskan tentang pertemuan kali ini sehingga fokus para dewan direksi dan pemegang saham teralihkan.
" Kemana saja kamu Nat?"
" Maaf kapam, papa."
Nataya mengucapkan maaf berkali kali. Ia tahu dirinya salah. Dia yang seharusnya bergegas menuju ruang rapat tadi malah sedikit berbelok untuk mengobrol dengan para perawat. Sungguh sifat sang papa sama sekali tidak menurun kepadanya. Jika dulu Dika dijuluki kulkas 12 pintu, kini Nata dijuluki ember bocor karena saking sukanya dia ngobrol kesana kemari.
Tiba saatnya Nata diminta Dika untuk membagikan file file tersebut kepada para tamu undangan. Nata sedikit terkejut melihat wanita yang tadi dia tabrak berada di ruangan tersebut.
Eh, noona ini kok ada di sini? Apa dia merupakan salah satu dewan direksi?
Nata bergumam sambil terus meletakkan file file tersebut di depan para tamu hingga ia sampai di samping Naisha untuk memberikan File.
" Noona, kita ketemu lagi. Sepertinya kita jodoh," bisik Nata dengan percaya diri.
Naisha hanya tersenyum kecil dengan candaan dokter muda yang ia temui tadi di lobby rumah sakit.
Para tamu sudah mendapatkan file semuanya. Dokter Dika pun memberikan penjelasan mengenai isi file tersebut. Di sana adalah laporan perkembangan RS Mitra Harapan. Tampak wajah wajah puas di sana.
" Maaf Dokter Dika, bolehkan saya mengajukan pertanyaan? Saya ingin bertanya mengenai program VVIP. Ini sistemnya seperti apa ya. Maaf sebelumnya, saya Naisha Gita Dewantara putri dari Arjuna Dewantara. Hari ini ayah saya berhalangan hadir karena ada keperluan. Jadi saya yang mewakili beliau."
Dika tersenyum, ia tahu wanita muda yang baru saja berbicara adalah putri dari pemilik saham terbanyak di RS Mitra Harapan. Kini dia tahu juga bahwa putri dari Arjuna ini adalah seorang wanita yang cerdas. Jika yang lain hanya melihat nominal yang dihasilkan tapi wanita muda ini menanyakan proses mendapatkannya.
" Terimakasih nona Naisha. Tapi apakah Tuan Juna dalam kondisi sehat?"
" Alhamdulillah dokter, ayah sangat sehat."
Naisha tersenyum, senyuman yang membuat seseorang disana bergetar hatinya.
Ya Allaah cantik banget sih, gumam Nataya.
Dokter Dika kemudian menjelaskan mengenai program VVIP. Di rumah sakit tersebut ada sebuah lantai yang diperuntukkan untuk pasien VVIP. Tentu saja harga nya tidak main main. Satu malam bisa mencapai 20 juta dengan fasilitas yang mumpuni. Hal tersebut diperuntukkan untuk subsidi silang bagi para pasien yang kurang mampu. Rumah Sakit juga membuat program pengobatan gratis bagi pasien pasien yang benar benar tidak mampu. Dan, sejauh ini kamar VVIP sangat diminati oleh orang orang dari kalangan atas seperti pejabat dan selebritis. Hal itu karena memang lebih privasi dan media tidak bisa meliput hingga lantai tersebut.
Tanpa mereka semua ketahui bahwa lantai 17, 25 tahun yang lalu adalah lantai yang digunakan untuk memancing para mafia dalam merebut kembali ketua mereka. Masih jelas dalam ingatan Bisma saat dia harus memakai jaket anti peluru ketika itu.
" Apakah penjelasanya bisa diterima Nona Naisha."
" Terima Kasih dokter, sungguh ide yang cemerlang dan luar biasa."
Riuh tepuk tangan mengakhiri penjelasan Dika. Rapat pun usai, semua tampak puas.
Nai menghampiri Dika dan Bisma untuk meminta maaf secara pribadi karena tidak hadir nya sang ayah. Kedua orang itu pun tampak maklum.
" Oh iya Nona Nai, sekali lagi kami keluarga besar RS Mitra Harapan mengucapkan selamat menempuh hidup baru. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah."
" Aamiin Ya Rab, terimakasih untuk doanya. Kalau begitu saya permisi dokter."
Setelah menjabat tangan Dika dan Bisma, Nai langsung melenggang pergi. Ada rasa nyeri dalam hatinya saat mendapatkan doa tulus dari Dika tadi. Dimana doa tersebut tidak akan pernah bisa terkabul.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Salwa Antya
semoga berjodoh dengan nataya
2024-04-09
1
Miss Typo
tenang Mau ada Nataya yg akan membahagiakan mu suatu saat nanti 😁
2024-03-21
0
Qorie Izraini
bisa lo Nai, klu udah ganti suami ny.
maka cpt, aju kan kee PA, gugatan cerai nt 😁😁😁
2024-02-24
0