" Honey, apakah kita tidak akan pergi bekerja hari ini?"
" Aku belum puas dengan tubuh mu sayang."
Seorang pria dan wanita kembali bergumul. Padahal semalaman mereka sudah melakukannya. Namun rupanya kedua pasangan mesum itu belum puas juga.
" Akh honey, faster!"
" As you wish baby."
Suara erangan dan lenguhan memenuhi kamar itu. Mbok yem yang tengah membersihkan lantai atas begitu merinding mendengar suara suara laknat dari kamar tuannya. Wanita paruh baya itu mengelus dada. Seperti ada batu besar yang menghimpit dadanya sehingga ia kesulitan bernafas.
Tes
Kristal bening dari pelupuk mata Mbok Yem akhirnya jatuh juga. Mengingat nona nya ia merasa sungguh kasihan. Mbok Yem begitu mengenal Naisha. Ia sungguh merasa tidak terima dengan perlakuan Adnan kepada Nai. Tapi Mbok Yem sendiri tidak bisa berbuat banyak. Karena sesuai keinginan Naisha bahwa ia tidak boleh menceritakan kepada tuan ataupun nyonya nya.
Mbok Yem membuang nafasnya kasar. Ia segera turun dari lantai atas karena telinganya sungguh panas mendengar suara suara jeritan neraka itu. Ya bagi pasangan itu mungkin adalah surga dunia tapi bagi Mbok Yem itu adalah suara jeritan yang berasal dari neraka.
Dasar pasangan mesum tidak tahu malu.
Jam 4 sore Adnan dan Bellia baru turun dari lantai atas. Mereka berdua berjalan sambil berangkulan membuat Mbok Yem yang melihat sangat jengah. Adnan mengajak Bellia untuk ke ruang makan. Namun belum sempat meminta duduk Bellia sudah menutup hidungnya.
" Iuuuh Ad, aku nggak mau ya makan makanan kayak gitu. Nggak level tau nggak. Perut ku bisa sakit kalau makan makanan kampungan kayak gitu."
Wanita itu mencibir masakan yang tersaji di atas meja. Di sana ada oseng kangkung, ayam bakar bumbu rujak, telor balado dan tahu tempe goreng. Sungguh menggugah selera sebenarnya. Namun tidak dengan Bellia. Ia tampak tidak menyukai sama sekali.
" Ini enak lho, kamu beneran nggak mau coba?" tukas Adnan.
" Honey, you know abot me," ucap Bellia.
" Ok ok, i know. Oke sekarang ayo ke restoran western langganan kamu."
Bellia tersenyum senang kemauannya di ikuti oleh Adnan. Keduanya pun pergi begitu saja meninggalkan ruang makan dan makanan yang sudah tersaji tersebut.
" Huh bodo amat mau suka kek, nggak kek, nggak peduli. Lagian aku masak juga bukan buat kalian tapi buat neng Naisha."
Mbok Yem menggerutu pelan sambil membereskan dapur. Sebentar lagi nona nya akan pulang. Ia tidak ingin nona nya melihat dapur yang berantakan. Walaupun sebenarnya Nai tidak pernah menuntut ini itu tapi Mbok Yem ingin rumah selalu terlihat rapi agar Nai senang melihat nya.
Tak tak tak
" Assalamualaikum mbok."
" Wa'alaikumsalam non. Tumben lebih awal non pulang nya."
" Iya mbok. Waah enak nih, mbok tahu aja Nai laper. Oh iya mbok Adnan tadi berangkat kerja nggak mbok?"
Mbok Yem terdiam, ia sungguh enggan menyampaikan hal tersebut kepada nona nya. Tapi mau tidak mau dia harus bercerita.
Mbok Yem pun menceritakan apa yang dia lihat. Bahkan apa yang dia dengar di lantai atas pun ia katakan. Mau gimana lagi, Mbok Yem tidak bisa berbohong terhadap Naisha. Gadis itu hanya membuang nafasnya kasar. Tapi kemudian ia tersenyum, ia harus kuat dalam menghadapi suami durjana nya itu.
Nai pun meneruskan makan yang sudah tak terasa enak itu. Bagaimana pun juga Nai masih berstatus sebagai istri Adnan dan bagaimanapun Adnan pernah menempati hatinya. Saat ini dia masih sangat berusaha untuk mengubur rasa cinta nya dan menutupi luka hati nya.
" Mbok, Nai udahan ya. Nai mau ke kamar dulu bersih bersih."
Mbok Yem mengangguk, ia tahu Nai sedang menahan perasaannya.
Brak
Nai menutup pintu kamarnya rapat rapat. Ia terduduk di depan pintu lalu menangis di sana. Tangis yang ia redam dengan cara membungkam mulutnya sendiri agar tidak terdengar keluar.
Sakit? Ya, sungguh sangat sakit. Ia seperti ingin berlari dan berteriak sekencang mungkin saat ini. Namun ia tidak bisa melakukannya. Saat ini dia hanya bisa seeperti ini. Menangis tanpa bisa mengeluarkan suaranya. Tangis yang ia tahan sebisa mungkin agar tidak ada satupun ornag yang tahu.
" Ya Allaah, mengapa harus aku? Mengapa aku musti mengalami ini, mengapa ya Allaah."
Berkali kali Nai memukul dadanya yang terasa sesak.
Setelah merasa cukup ia pun bangkir dna menuju ke depan meja rias. Ia menatap pantulan dirinya dari dalam cermin. Nai pun menghapus air matanya. I mengambil nafas nya dalam dalam lalu menegakkan bahunya.
" Kau bisa! Kau pasti bisa! Kau bukan wanita lemah Nai! Pria bangsat itu tak pantas kau tangisi. Cukup sekali, dua kali kau menangis karena dia. Sekarnag waktunya untuk bangkit yang sebenarnya bangkit. Ayo kamu bisa!"
Naisha kemudian menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Ia mengambil air wudhu sekalian untuk menjalankan kewajiban 3 rakaat yang tidak lama lagi akan memasuki waktunya.
🍀🍀🍀
Nai duduk di ruang tamu. Ia sengaja menunggu Adnan untuk pulang. Dan, tak lama kemudian pria itu datang juga. Tentu saja masih bersama dengan sang kekasih.
Nai menghentikan langkah Adnan dan Bellia yang hendak naik ke lantai atas.
" Tunggu!"
" Tck, ada apa?"
" Kau tidak akan menceraikan ku saat saat ini kan?"
" Tuh pinter."
" Kalau begitu talak aku. Jadi kita secara agama sudah tidak punya hubungan. Sekalian wanita mu itu menjadi saksi."
Adnan terdiam saat Naisha meminta talak darinya. Ada perasaan tidak rela. Namun sentuhan lembut Bellia kembali menyadarkan lamunannya.
" Honey, kau belum menjatuhkan talak kepada wanita itu? Maksudmu apa?"
" Maaf sayang aku belum sempat saja. Jangan marah!"
Naisha memicingkan matanya. Ia melihat ekspresi Adnan yabg tiba tiba berubah saat mereka beradu tatap.
Apa ada rasa cinta untukku Ad? Atau selama ini kamu benar benar hanya menjadikanku alatmu?
Adnan mengambil nafasnya dalam dalam dan membuangnya perlahan. Tangannya masih berbelit dengan tangah Bellia.
" Naisha, aku jatuhkan talak satu untukmu. Sekarang kita bukan lagi suami istri."
Tes
Air mata Naisha spontan menetes. Ia mengusapnya dengan cepat.
" Terimakasih."
Wanita cantik berambut sebahu itu berlalu pergi ke kamarnya. Adnan hanya bisa menatap punggung Naisha yang sudah menjauh. Tidak dipungkiri selama setahun bersama, Adnan memiliki rasa terhadap Naisha. Meskipun ia tidak tahu apa itu. Apakah cinta atau hanya simpati saja?
" Sayang, ayo kita kembali ke kamar," ucap Bellia manja.
Adnan pun mengangguk dan kembali berjalan menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.
Sedangkan Nai, ia kembali menangis di kamarnya. Ia sungguh tidak menyangka pernikahannya berakhir seperti ini. Namun dia sudah berjanji untuk kuat. Kata talak sudah diucapkan berarti mereka tak lagi memiliki hubungan.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Salwa Antya
ayo nai,semangat untuk menghancurkan hti adnan
2024-04-08
1
Miss Typo
semangat Nai, Adnan pasti akan menyesal nantinya
2024-03-21
0
Qorie Izraini
akhir ny the And...
tapi kok cuma talak 1, pasti ada kemungkinan tuch lelaki bahingan bisa minta eujuk lah...
2024-02-24
0