Beautiful Pain

Beautiful Pain

#1

Suara bising tembakan saling beradu menjadi santapan sehari-hari bagi mereka yang berada di medan perang. Setiap detik nyawa melayang, tidak menjadikan alasan untuk berhenti.

Tangis, keringat, darah bercampur menjadi satu tanpa bisa di bedakan rupanya. Kapan semua ini akan berakhir? Tidak ada yang tahu jawabannya, hanya sebuah kepastian yaitu terus berjuang memenangkan perselisihan hingga titik darah penghabisan.

"Jessie, stop it! " Bentak salah seorang dokter wanita menghentikan Jesselyn, sejak tadi gadis itu menangis sambil melakukan tindakan CPR pada bocah tanpa dosa. Tergeletak bersimbah darah akibat ledakan bom beberapa menit yang lalu.

"No! Aiden wake up! Kau pasti bisa bertahan. " Jesselyn terus meraung meski kedua tangannya di tarik oleh perawat lainnya. Kembali mereka di hadapkan oleh kamatian, namun kali ini terasa berbeda.

Sejak kedatangannya, Jesselyn memang begitu akrab dengan anak-anak pengungsi terutama Aiden. Anak laki-laki berusia tujuh

Tahun berwajah khas timur Tengah.

"My condolences, Jesselyn. " Ucap seorang ketua dokter.

Jesselyn hanya terduduk lemas menatap jasad Aiden yang kini ditutup kain putih. Lebih parahnya, hanya Aiden satu-satunya korban meninggal hari itu. Jesselyn merasa sangat bersalah tidak bisa menjaganya dengan baik.

"Jessie, suatu saat kau harus bertemu dengan pahlawan ku. Berkatnya aku bisa mengenalmu. " Ucapan Aiden dalam bahasa Arab terngiang-ngiang di telinga.

"Oh ya? " Jesselyn sempat di buat penasaran oleh cerita Aiden tentang sosok orang yang telah menyelamatkan hidupnya.

"Heem, aku memiliki fotonya dari reporter. Janji satu hal untuk ku Jessie, " Jesselyn menunggu Aiden melanjutkan ucapannya. "Kau hanya akan melihat fotonya saat aku tidak berada di hidupmu lagi. Atau aku akan cemburu. " Sontak Jesselyn tertawa renyah mendengar perkataan absurd Aiden.

Aiden beberapa kali menyatakan dia jatuh hati pada Jesselyn. Meski mustahil dan konyol Aiden dan Jesselyn tentu menganggapnya bahan candaan pelipur lara.

"Promise." Kata Jesselyn menautkan kelingkingnya ke milik Aiden.

Setelah Aiden di kebumikan secara layak, mereka kembali melanjutkan aktifitas seperti biasa. Merawat para korban peperangan. Menyiapkan obat dan juga makanan.

Jesselyn memilih menyendiri di atas bukit tempat favoritnya menatap hamparan bintang di langit kala malam. Jika boleh jujur Jesselyn merindukan kehidupan normalnya sebagai putri dari anggota kerajaan. Ayahnya merupakan adik sepupu pangeran di Kerajaan Swedia.

"Hai mom, how are you? " Jesselyn mulai merekam audio yang akan ia kirim ke orang tuanya. Keterbatasan signal membuatnya mempersiapkan pesan, dan harus menunggu terkirim beberapa hari kemudian.

"I'm good, mom Terima kasih sudah mau memberi bantuan. Aiden sangat senang mendapat sepatu dan tas baru, meski dia tidak yakin kapan bisa sekolah lagi. " Mulai terisak, Jesselyn masih belum bisa merelakan kepergiannya.

"Katakan pada daddy, mungkin aku akan pulang jika dia berhenti mencarikan jodoh untuk ku. I love you mom. " Tak kuasa melanjutkan, Jesselyn segera mengakhiri rekamannya.

Suara deru mobil mencuri perhatian Jesselyn. Ia menghapus sisa air mata di pipinya kemudian mengirim hasil audio ke kontak sang ibu. Memasukkan barangnya kedalam totebag, ia menuruni bebatuan untuk melihat apa yang terjadi.

Orang-orang berkerumun mengelilingi sesuatu. Teriakan histeris menandakan ada korban lagi di sana. Terlalu penasaran, Jesselyn tanpa sadar berlari menerobos barisan yang melingkar hingga kakinya tersandung senjata api di tanah dan menyebabkan Jesselyn menubruk seseorang.

Bugh...

Pada akhirnya Jesselyn terjatuh tepat diatas tubuh orang yang ia tabrak. Semua orang terperanjat kaget menyaksikan adegan itu.

"Sst,, Jessie! " Bisik rekan seperjuangan Jesselyn berusaha menyadarkannya.

Jesselyn yang menutup matanya perlahan memperhatikan wajah pria yang berada di bawah tubuhnya.

"Move! " Perintahnya dengan suara dingin, mengintimidasi meski dilapisi masker hitam. Jesselyn mencium aroma tubuhnya yang maskulin dan memabukkan.

Sial, aku menjadi tontonan gratis. Batin sang pria menggerutu.

"Kau tuli? Aku bilang minggir. " Lagi, namun Jesselyn seperti tersihir oleh sorot mata dan suaranya yang, sexie?

Menggelengkan kepalanya, Jesselyn kemudian bangkit merapikan penampilannya yang sedikit berantakan.

"Obati dia! " Bukan meminta tolong, melainkan pria asing di hadapan Jesselyn memerintah seenaknya.

"We need your identity, kami tidak bisa sembarang menyelamatkan pasien. " Ujar Jesselyn. Mereka memiliki aturan tersendiri maka dari itu sejak tadi bergeming mendiamkan pasien sekarat.

"Fuckk up! " Tangan pria berpakaian serba hitam mencekik leher jenjang Jesselyn. Orang-orang berteriak kaget melihatnya.

Para tentara yang berjaga mulai menodongkan senjata ke arah pria asing tersebut.

"Let go off your Hand! Ini daerah kekuasaan kami, kau tamu dan wajib mematuhi peraturan. " Jesselyn tampak tenang meladeninya. Membuat emosi pria misterius dengan tatapan tajam semakin memuncak.

Demi menyelamatkan rekannya, dia terpaksa membongkar jati diri. Perlahan ia mulai mendekatkan wajahnya ke arah telinga Jesselyn.

"Kurir pembawa amunisi pertahanan." Bisiknya. Bahkan dia memperlihatkan kalung tanda pengenal seorang prajurit rahasia.

"Dokter Ve, cepat tangani korban! " Akhirnya Jesselyn memutuskan untuk membantu. Meski semua orang meragukan penilaian nya.

"Jessie, are you sure hah? " Dokter wanita bername tag Versace memastikan. Kadang Jesselyn sungkan memanggil namanya secara lengkap. Itu terasa aneh baginya.

"Ya, dia memiliki alasan kuat. " Jawab Jesselyn tampak datar, dalam lubuk hatinya masih belum sepenuhnya percaya.

Versace dan para perawat memandu dua korban terluka parah yang di bawa ke markas mereka.

Perlahan cengkraman di leher Jesselyn terlepas. Ia terbatuk-batuk menetralkan kembali tenggorokan dan pernafasan nya.

"You're a liar! " Maki Jesselyn saat pria itu berbalik hendak pergi. Orang-orang bubar dan Jesselyn berniat mengorek informasi darinya.

"Not your business, little woman. Aku akan memberi imbalan untuk pengobatan rekan kami. " Menyahuti dengan membelakangi nya, Jesselyn geram lalu menarik lengannya untuk saling bertatap.

"Who are you? Spy, Sekutu or... "

"I said, transporter. Pergi dan jangan menggangguku lagi, hah. " Perintahnya.

Jesselyn buru-buru meninggalkan parkiran mobil. Ia malas berurusan dengan para penyintas. Apa lagi jika mereka terbukti memiliki motif jahat.

"Kenapa dia? " Tanya Jesselyn pada Versace, mereka terpaut usia sepuluh tahun namun seperti bestie. Jesselyn akan ikut kemanapun Versace bertugas. Saat Versace libur dan pulang ke negara asalnya, itu berarti Jesselyn juga akan pulang ke rumah.

"Seperti biasa, tembakan jarak jauh. Total dua peluru, ajaibnya dia bertahan." Versace berdecak kagum menjumpai pasien dengan antibodi kuat.

"Bagaimana hasil pemeriksaan alat pelacak? " Demi menjaga keamanan Jesselyn membeli alat pemindai chipset agar bisa mengetahui apakah mereka di lacak musuh atau tidak.

"Ada, namun aku melihat keanehan. Chip itu memiliki logo badan intelegen satu negara. Artinya mereka memang di kirim untuk tujuan tertentu. " Kali ini Baron membuka suara, dia adalah aset keamanan di markas. Seorang hacker yang bertugas memberi signal bahaya.

"Cepat selesaikan, agar kita bisa mengusir komplotan itu. " Pinta Jesselyn tak sabar.

"Ok, keep calm Jessie! " Saran Versace, Jesselyn mengangguk Patuh.

Jesselyn keluar dari bangsal operasi, tepat saat itu dia kembali bertabrakan dengan pria tadi.

"Aw,,, " Pekik Jesselyn tertahan. Ia meringis mengusap keningnya yang membentur rahang tegasnya.

"Keep your eyes on nona! " Geramnya kesal.

Memilih mengabaikannya, Jesselyn berlalu begitu saja menuju tendanya.

"Argh, dia kembali membangunkan milik ku." Dia mengumpat, menatap sekilas punggung Jesselyn.

"Tuan Lim. " sapa salah satu korban dengan dua luka tembak. ia mencoba duduk namun pria yang di panggil Tuan Lim itu memberi isyarat untuk santai.

"Aku tidak akan memaksamu untuk melanjutkan perjalanan. kau bisa berhenti jika tak sanggup menahannya." Ujar Lim, mereka melirik sekilas ke arah pasien satunya yang masih koma.

"Pergilah tuan! aku hanya akan menjadi bebanmu. Andai aku memiliki waktu panjang, aku berharap bisa bertemu anda lagi di markas utama."

"Jay, kau pasti bertahan. " Lim berusaha memberi dukungan. Jay tersenyum simpul dengan wajah pucat nya.

Jay dan Lim berteman sejak masa senior high School. Jay masuk militer setelah lulus, sedangkan Lim merupakan prajurit lepas yang di rekrut seseorang atau badan untuk menjalankan misi rahasia. catatan mereka otomatis akan di hapus entah saat berhasil ataupun gagal. ketika mereka gugur dalam misi, jasad mereka akan di biarkan begitu saja namun tidak bagi Lim.

Lim memiliki beberapa persyaratan tertulis sebelum menerima tawaran. dan para klien tentu harus menurutinya.

"Istirahatlah! mungkin aku akan pergi saat fajar menyingsing. " Lim pamit, dia juga perlu menenangkan pikiran dan tubuhnya yang kaku akibat pertempuran.

Mata Lim menyipit saat melewati salah satu tenda relawan. tirai penutup sedikit terbuka menampilkan sosok gadis yang tidur dengan mulut menganga.

Lim hampir menyemburkan tawa mengetahui aib gadis bernama Jesselyn itu.

"Ck, nyali dan penampilan memang ok. sayang mempunyai kebiasaan menggelikan." Gumam Lim hampir tak bersuara. Lim akui, meski begitu Jesselyn tetap terlihat cantik.

menggelengkan kepala berusaha sadar. Lim datang ke sana bukan untuk bersenang-senang atau mencari mangsa. Ia pun akhirnya kembali ke mobil menyusul dua rekannya yang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!