#19

Aku melihat Lim empat tahun yang lalu,,, 

Di dalam perjalanan menuju kantor tadi, Dylan mendapatkan hasil rekaman cctv. Tangannya mengepal mencengkram erat gagang kemudi. Begitu tahu Caitlyn dengan sengaja ingin menjebak istrinya. Bahkan tega sekali dia menyiapkan pria untuk melecehkan Jesselyn. 

Dan sekarang, Dylan akan menjemput rubah itu. Ia berdiri di samping mobil, sengaja menunggu Caitlyn di depan pintu gerbang kampusnya. 

"Kak Dylan, kau datang menemuiku?" Berlari kecil menghampiri Dylan, Caitlyn sangat senang menggenggam buku di tangannya. 

"Aku ada urusan di sekitar sini, sekalian mengajakmu pulang." Jawab Dylan setenang mungkin, asal Caitlyn tahu dia tengah menahan diri sebisanya. 

"Kalau begitu ayo, aku akan mengajakmu makan siang di tempat favorit anak-anak." Ajak Caitlyn, bahkan tanpa sadar merangkul lengan Dylan. 

"Bagaimana kalau di rumah saja, aku memakan masakanmu. " Tawaran Dylan tentu di sambut gembira oleh Caitlyn.

Entah apa alasannya  Caitlyn tidak perduli. Mungkin Jesselyn berhasil memulihkan diri dari pengaruh obat sebelum Dylan tiba. Gadis itu memang tahu Jesselyn pulang tanpa Dylan kemarin, kesempatan langka untuk mencelakainya. 

"Tentu itu lebih baik kak." Caitlyn tak masalah. 

Di dalam mobil Dylan malah asik menelpon Jesselyn demi menghindari obrolan dengan Caitlyn. 

"Hai Dy, ada apa? " Setelah panggilannya diangkat Dylan tersenyum. Bahkan dia sengaja mengaktifkan mode pengeras suara. Caitlyn meremass ujung dressnya kesal, menyadari Dylan memang berniat memanas-manasi. 

"Jessie, pulang kerja mampir dulu ke rumah auntie Al. Disana ada uncle Theo dan auntie Daniar, mereka ingin mengenalmu. Aku akan menjemput setelah urusanku selesai. " Perintah Dylan. Semua sudah di rencanakan sedemikian rupa agar Dylan bisa leluasa memberi Caitlyn pelajaran singkat. 

"Aku mengerti, Dy aku akan kesana bersama El." Jesselyn menyanggupi undangan keluarga Oliver asal ada El disampingnya.

"Seperti keinginan mu mrs. Dylan. Laters baby. " Akhirnya Dylan menutup percakapan mereka. 

"Kalian sangat mesra, dan aku iri melihatnya." Lirih Caitlyn menunduk memberanikan diri mengutarakan perasaan terdalamnya. 

"Ya, seperti yang kau lihat. Tidak akan ada yang mampu memisahkan kami." Jawab Dylan tegas dan yakin. 

"Apa semalam terjadi sesuatu? I mean, aku tidak melihat kalian pulang bersama. " Caitlyn harus memastikan, karena ia juga takut ketahuan. Tetapi jika Jesselyn mengadu mungkin sudah sejak tadi Dylan memarahinya. 

"Aku ada urusan di luar, setelah pulang kami melakukan rutinitas pengantin baru pada umumnya. " Lagi-lagi Dylan sengaja menyulut api cemburu Caitlyn. 

'Sial, dia benar-benar melukai perasaanku.' batin Caitlyn menjerit. 

Mereka tiba di parkiran VIP lobby apartemen. Dylan tidak perlu memarkirkan mobilnya di basemen karena memiliki akses prioritas meski dirinya jarang berada di kota London. Sekilas Caitlyn menangkap seseorang seperti sedang mendorong pria yang mungkin ia kenal. 

'Mana mungkin itu Jason? Aku pasti salah lihat.' gumam Caitlyn dalam hati. 

"Ayo Caitlyn." Perintah Dylan ketika sudah masuk lift namun Caitlyn masih berdiri mematung. 

"Oh iya kak." Segera Caitlyn menyusul Dylan. 

Ternyata Dylan malah mengajak Caitlyn ke unit miliknya. Dia mempersilahkan duduk selagi dirinya berganti pakaian. Melihat-lihat, Caitlyn tertarik pada dinding yang berisi beberapa foto Dylan. 

Ia tersenyum kadena terlalu mengagumi sosok laki-laki, kerabat sejak kecilnya. 

"Aku membuat mu menunggu right?" Keluar dari kamarnya, Dylan gagah mengenakan kaos oblong dan celana kargo hitam. Bahkan ia memakai sarung tangan kulit. 

"Tidak masalah kak. " Caitlyn menyahuti, keningnya mengkerut mendapati Dylan menyeret sebuah kursi kayu. 

"Duduklah, biar aku yang memasak." Ucap Dylan setelah meletakkan kursi itu di depan kitchen bar. Caitlyn senang, iapun menurut dengan mudahnya. 

"Kau akan membuat apa kak? " Tanya Caitlyn penasaran. 

"Bagaimana kalau pie pemberian mu aku hangatkan? " Sontak Caitlyn kaget mendengar pertanyaan Dylan. Tidak, Caitlyn bukan takut. Ia malah berpikir mungkin ini kesempatan agar bisa memadu kasih dengan Dylan. 

"Tentu kak, aku mau." Caitlyn menjawab antusias. 

Segera Dylan menuju ke arah microwave untuk mengeluarkan pie yang ia yakini berisi obat perangsang. 

Ting nong... 

Bel apartemen berbunyi menandakan seseorang bertamu. Karena Jesselyn mengetahui sandi apartemen. Tanpa kata Dylan menaruh pie tadi di atas pangkuan Caitlyn. 

"Masuk! " Perintah Jayden seraya mendorong kasar punggung seorang pria. Dylan memberi jalan setelah membukakan pintu. 

"Jason,,, " Cicit Caitlyn pelan sekali, hampir tak bersuara. 

"Bagaimana kalau kau dan dia sama-sama memakan pie itu Caitlyn Zeneth? " Seringai Dylan muncul untuk pertama kalinya di hadapan Caitlyn. Gadis itu menggeleng cepat takut akan ancaman Dylan. 

"Kak maafkan aku, ini semua salah paham." Racau Caitlyn mengatupkan kedua tangannya didepan dada. 

" Salah paham kau bilang? " Alis kiri Dylan terangkat tak percaya oleh perkataan Caitlyn. 

"Katakan, ada urusan apa semalam kau berada di depan rumahku? " Kali ini Dylan berbalik menatap Jason yang babak belur di tangan Jayden. 

"Dia mengatakan, seorang perempuan menungguku untuk di puaskan. Dan aku datang karena di bayar olehnya." Caitlyn kembali menggeleng menyangkal pengakuan Jason. 

"Argh... " Caitlyn menjerit terkejut bukan main saat tangan Dylan mencengkram leher Caitlyn. 

"Le-lepas kak! " Pinta Caitlyn penuh harap. Kedua tangannya memegang lengan Dylan  yang kini tersenyum bak evil. 

Nafas Caitlyn mulai terengah-engah, cairan bening mengalir dari ujung mata memerahnya. 

"Kelakuanmu di Paris masih ku ampuni karena aku masih menghargai uncle Zen dan bibi Sam. Tapi kali ini kau benar-benar keterlaluan Caitlyn! " Seru Dylan setengah menggeram menahan ledakan emosi. 

Ya Tuhan apakah Caitlyn akan binasah di tangan Dylan hari ini? Laki-laki yang ia idam-idamkan menjadi kekasih hati. 

"Kau bisa membunuhnya tuan,,, " Jason bersuara memperingati. Ia tidak ingin terlibat kedalam kasus kriminal. Apalagi Caitlyn masih teman kampusnya. 

"Ya, I will. " Jawab Dylan santai, bahkan tenaganya berhasil mengangkat tubuh ramping Caitlyn hingga kakinya tak berpijak lagi. 

"Tahan emosimu Dy ! " Kali ini Jayden memberi alaram untuknya berhenti. Namun Dylan seolah tuli dan dibutakan kabut kebencian. 

" DYLAN, APA YANG KAU LAKUKAN? " Teriakan dari arah pintu masuk mengejutkan semua orang kecuali Dylan tentunya. 

Jesselyn berlari kecil untuk mencegah perbuatan Dylan. Karena ia tahu betul bagaimana suaminya, tak segan menghabisi siapapun yang memang bersifat jahat. 

"Diam Jesselyn! " Bentak Dylan, tatapannya masih fokus pada Caitlyn. Gadis itu mulai tidak bisa bernafas. 

"Dylan hentikan! Kau bisa membunuhnya." Mencoba meredamkan amarah Dylan, Jesselyn bahkan memukuli tangan sang suami. 

Bugh... 

Caitlyn terjatuh ke lantai begitu saja setelah Dylan melepaskan cengkramannya. 

"Jay, urus dia! Sementara tahan di tempat biasa. " Perintah Dylan mutlak. Jayden menurut saja meski dia juga tidak enak menyekap salah satu kerabat Dylan. 

Jason di biarkan pergi begitu saja, berbeda dengan Caitlyn. Dylan belum puas memberinya pelajaran. 

"Kau tidak patuh Jesselyn, aku menyuruhmu ke rumah auntie Al. " Desis Dylan, sorot matanya menyiratkan rasa tak suka Jesselyn memergoki sifat sadisme milik dirinya. 

"A-aku ingin berganti baju Dy... " Jesselyn memundurkan langkahnya ketika Dylan mulai mendekat. 

"Aku melakukan hal tadi karena aku benci dia menyakitimu. Kau mengganggu hukumannya, bagaimana kalau kau yang menggantikan?" Jesselyn terperangah mendengar pertanyaan Dylan. 

"Don't you dare,,, " Lirih Jesselyn memberanikan diri menatap mata Dylan yang mulai di selimuti kabut gairah. 

Dylan dengan sigap menggendong Jesselyn seperti karung beras. 

"Kau akan lihat caraku menghukum mu jika melakukan kesalahan. " Ucap Dylan  membanting kasar Jesselyn ke atas tempat tidur. 

"Dylan hentikan, aku menolaknya. " Jesselyn beringsut mundur namun secepat kilat Dylan menarik kakinya.

tanpa rasa perduli akan perasaan Jesselyn, Dylan sore itu menggagahi Jesselyn secara kasar. keduanya bahkan melakukan penyatuan saat masih mengenakan pakaian lengkap.

Jesselyn terisak setelah pelepasan ketiga Dylan. Bolehkah ia merasa di lecehkan oleh suaminya sendiri? Dylan benar-benar menunjukkan sisi lainnya yaitu gelap. Dylan bukan dominan ataupun psikopat, lebih ke tingkat sadis. dan berlaku terhadap istrinya sendiri.

tidak ada permohonan maaf keluar dari mulut Dylan pada Jesselyn yang membuatnya kecewa.

"fuckk off! " umpat Dylan meninju dinding kamar mandi hingga buku jarinya memerah. ia sedang berdiri di bawah guyuran air shower. menyesal tentu merasuki hati terdalamnya.

usai membersihkan tubuh Dylan keluar dan Jesselyn sudah berganti pakaian menjadi piyama. tak ada yang membuka mulut, Dylan berjalan mendekat ke arah meja rias dengan hanya mengenakan handuk sebatas pinggang.

"berikan padaku! " Titah Jesselyn, Dylan mengambil botol berisi obat pencegah kehamilan miliknya.

"Aku yang berhak memutuskan Jesselyn." Dylan memberi ultimatum, dia membuang semua obat itu ke dalam closet dan di saksikan Jesselyn yang menyusul.

"Oh jadi ini sifat aslimu tuan Lim ? " tertawa sinis, Jesselyn sedang dalam mode marah pada Dylan. " laki-laki di depan ku ternyata tidak sebaik yang orang pikir. kau kejam Dylan ! I hate you. " pekik Jesselyn mendorong dada bidang Dylan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!