#2

Lim Dylan, dia adalah pria tampan dengan tinggi badan satu koma delapan puluh tiga meter. kemampuannya dalam melumpuhkan lawan dan menjaga dirinya tetap selamat menjadikan Dylan prajurit kesayangan klien. Dylan berasal dari kota Paris, mengurus perusahaan yang bercabang milik sang daddy.

Dylan seperti menjadi dua orang berbeda. Di dunia luar Dylan merupakan sosok pria berusia dua puluh tiga yang hangat dan sayang keluarga. Apa lagi terhadap adiknya Lim Yuna. Mereka terpaut enam tahun.

Enggan meneruskan kerajaan bisnis Grand pa dan daddy nya, Dylan memilih mencari pekerjaan sampingan dengan bayaran tinggi. Ya, dia adalah prajurit perang sewaan. Kebanyakan mereka merekrut Dylan untuk kepentingan bisnis rahasia.

Dylan tidak perduli motifnya, yang penting pekerjaan itu bukan untuk membunuh orang-orang tak bersalah.

"Bos, mereka semakin mendekat. " Suara bawahannya berhasil membangunkan Dylan yang baru saja memejamkan mata.

"Berapa lama mereka akan tiba? " Tanya Dylan. Keduanya duduk bersebelahan di dalam mobil.

"Kurang dari lima jam. " Jawabnya, tetap fokus memperhatikan layar yang melacak keberadaan musuh.

"Kita bersiap. Aku tidak bisa menempatkan mereka dalam bahaya. " Ucapan Dylan merujuk pada setiap pengungsi korban peperangan.

"Siap bos. " mereka berseru kompak.

Dylan keluar untuk mencari udara segar. Seperti biasa, dirinya akan sulit tidur jika pergerakan musuh berada di sekitarnya. Pekerjaannya selalu tersusun rapi sesuai jadwal, namun tetap tergantung tingkat kesulitan. Saat ini ia hanya perlu mengantar persenjataan ke pusat pertahanan. Sayangnya pihak lawan mengetahui misi mereka dan terus mengejar.

Saat ingin membuka celananya untuk buang air Dylan di kejutkan oleh teriakan seseorang.

"Aaa,,, dasar mesum! " Suaranya memekik di telinga. Dylan meringis kala pundaknya dipukuli gayung.

"Hey stop! " Teriak Dylan, dia memelintir tangannya ke belakang membuat tubuh mereka kembali saling menempel.

Sial, dia menekan milik ku lagi?. Umpat Dylan ketika Jesselyn berusaha memberontak.

"Lepaskan aku sialan! Apa kau buta tuan? Jelas di sana ada container khusus kamar mandi. " Teriaknya melirik ke belakang, Jesselyn heran kenapa Dylan selalu mengenakan masker. Apakah dia tidak kekurangan oksigen? Pikirnya.

"Oh, it was my mistake. " Dylan merutuki dirinya sendiri menahan rasa malu akibat tertangkap basah oleh Jesselyn. Beberapa detik berlalu, mereka terdiam dalam posisi yang sama.

"Siapa namamu? " Tanya Jesselyn akhirnya buka suara. Dylan bergeming, tak ada sedikitpun niatnya untuk mengungkapkan identitas pribadinya.

"Lim, kau bisa memanggil ku Lim. " Jawab Dylan. Dylan pikir mereka tidak akan pernah bertemu lagi, mungkin menyebut nama depannya bukan masalah besar.

"Tolong lepaskan tanganku. " Pinta Jesselyn mulai merasakan kram. Terhenyak, Dylan baru sadar dia cukup lama menahan lengan Jesselyn.

Jesselyn berbalik untuk menatap Dylan saat mereka berhadapan. Tangan Jesselyn terulur bermaksud untuk membuka maskernya secara cepat. Dan Dylan tidak menangkis, malah terkesan membiarkannya. Jangan salah, Dylan selalu menyembunyikan wajahnya pada siapapun termasuk Kliennya. Hanya Jay yang

Tahu bagaimana rupa tampan Dylan, karena mereka sudah saling mengenal.

Dylan bahkan tidak segan-segan membuat perhitungan pada siapapun yang berani mengusik kehidupan pribadinya. Contoh saja, dua tahun yang lalu salah satu reporter di jalur perang yang tanpa sengaja membidiknya secara sembunyi-sembunyi. Dylan menembak bagian lengannya tanpa rasa iba. Dylan merampas kamera reporter itu dan menghancurkannya.

Sejak saat itu Dylan tidak pernah melepaskan maskernya.

"Jessie! " Panggilan Versace menggagalkan aksinya. Jesselyn pergi begitu saja menuju ke arah bestie yang sedang mencarinya.

"Ada apa Ve? " Tampak raut wajah Versace di liputi rasa cemas.

"Besok aku harus kembali ke negaraku. Ada pekerjaan penting di rumah sakit. " Ungkapnya. Ia bermaksud pamit, meski Versace yakin Jesselyn akan melakukan hal yang sama yaitu pulang.

"Hem, pergilah. Aku akan tinggal beberapa hari lagi. " Ujar Jesselyn. Manik matanya bergerak seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Wow, mengejutkan. Kau pasti merencanakan sesuatu? " Selidik Versace menatapnya intens.

"Aiden memintaku mencari seseorang, aku hanya ingin melakukan permintaan terakhirnya. " Kata Jesselyn, tatapannya berubah menjadi sendu mengingat bocah tampan yang telah pergi.

"Hem, baiklah. Tapi kau harus berjanji untuk segera pulang. Di sini terlalu bahaya Jessie." Versace mencemaskan keselamatan temannya.

"Ya aku janji Ve. " Ucap Jessalyn yakin.

Mereka kembali ke tenda sambil bergandengan tangan. Dari jauh seorang pria muda nan penuh misteri sejak tadi memperhatikan salah satu dari keduanya. Sayup-sayup dia mendengar satu nama yang tidak asing di ingatannya.

Waktu menunjukkan pukul dua dini hari, Dylan bersama rekannya bersiap meninggalkan kamp. Sebelumnya mereka pamit terlebih dulu pada Jay. Rencana tetap sama, Jay akan menunggu hingga pulih dan berharap temannya bangun dari koma kemudian menyusul Dylan ke markas.

"Hati-hati tuan. " Pinta Jay melepas Dylan. Baginya Dylan bukan hanya teman, pimpinan, namun layaknya seorang keluarga. Sikap dingin dan arogansi nya di dunia kegelapan membuat Dylan menjaga jarak dari siapapun. Terkecuali Jay, Jay lah yang bisa dekat dengannya.

"Kau juga. " Balas Dylan.

Mobil pun berangkat secara diam-diam di saat semua orang terlelap menjelajah alam mimpi. Ada perasaan mengganjal yang tertinggal di kamp itu. Entah Dylan memikirkan apa namun tugas dan tanggungjawab nya telah menanti untuk di selesaikan.

Perjalanan mereka memakan waktu kurang lebih tiga jam melalui jalur utama. Dan sekarang Dylan meminta berhenti sejenak di pertengahan jalan.

"ada apa tuan? " Tanya salah satu bawahan Dylan.

"tinggal sebentar lagi, kalian akan tiba di pertahanan dengan aman. aku harus menghadang lawan agar barang sampai ke tangan konsumen dengan selamat. " kedua bawahan Dylan saling tatap ragu. mereka tidak mungkin membiarkan tuannya menghadapi musuh sendirian saja.

"tuan Lim, itu sangat beresiko. " ucap mereka bersamaan. Dylan bergeming namun tetap pada pendiriannya.

"pergilah! jaga diri kalian baik-baik. " usai berpamitan Dylan segera masuk ke mobil yang tidak membawa persenjataan.

Bukan tanpa alasan Dylan kembali, dia bisa menebak kalau musuh mereka pastinya menyerang kamp pengungsian. Karena dirinyalah nyawa orang-orang tak berdosa terancam. terutama gadis cantik berwajah campuran Eropa Hindustan.

Ibu Jesselyn memang memiliki darah negara dengan julukan Bollywood itu. sedangkan ayahnya merupakan adik sepupu pangeran Swedia. Jesselyn dan keluarganya tidak tinggal di istana, hanya saja peraturan dan protokol hidupnya di doktrin seperti keluarga kerajaan lainnya.

memutuskan mandiri setelah lulus Senior High School, Jesselyn meminta persetujuan resmi dari Raja untuk mengabdi sebagai relawan atas nama kerajaan. tentu saja mereka mengizinkan karena merasa bangga melihat betapa luasnya hati seorang Jesselyn.

Jesselyn lebih mewarisi wajah sang ibu, dengan tingginya satu koma tujuh meter tubuhnya bagaikan model profesional. banyak brand ternama dunia mengincarnya untuk di jadikan brand ambassador, namun peraturan kerajaan yang ketat membuat Jesselyn menolak mentah-mentah.

Jesselyn pernah mengenyam pendidikan di bangku universitas. Karena satu kejadian mengharuskannya berhenti atas desakkan kedua orang tuanya.

Boom.....

ledakan menghantam kamp pengungsian dimana mereka masih tertidur pulas. missile di luncurkan tepat di tengah-tengah area. semuanya berteriak histeris mendapati serangan tiba-tiba.

Versace menarik paksa Jesselyn yang masih mencoba mengumpulkan kesadarannya. kedua wanita itu berlari untuk mencari tempat bersembunyi.

"Ve, bagaimana dengan yang lain? " Bisik Jesselyn dengan langkah mengendap-endap. "bukan saatnya memikirkan mereka Jessie, kau anggota kerajaan. aku berkewajiban melindungi mu. " jawab Versace mencoba menahan Jesselyn, jelas gadis itu memiliki hati yang lembut dan ingin menolong orang lain.

Dan langkah keduanya harus terhenti saat seseorang menodongkan pistol tepat di kening Jesselyn.

"jangan bergerak! " titahnya.

Jesselyn mencengkram tangan Versace erat seraya menutup mata. dia menggiring Versace dan Jesselyn ke tempat ledakan terjadi. beberapa tentara tumbang akibatnya. sementara pengungsi lain menjadi tawanan kelompok radikal tak diketahui identitasnya.

Sang ketua memperhatikan Jesselyn dari atas sampai bawah, tatapannya seolah tertarik oleh paras cantiknya.

"Nona, kami hanya akan bertanya dan kau menjawab. " Ujarnya dengan suara lantang, membuat mereka yang mendengar merasa ketakutan. tak ingin membayangkan hal buruk di hadapan mereka sebentar lagi.

Membisu, Jesselyn yakin kelompok itu bukan pihak netral ataupun pelindung. jika benar, tentu missile tidak akan pernah meledak di sana.

"Apa sekelompok penyintas mampir kemari dan meminta bantuan kalian? " jarak Jesselyn dan ketua mulai terkikis. di belakang kepala Jesselyn masih ada pistol yang menekan. salah bicara, nyawanya bisa melayang detik itu juga.

"Tidak ada. " jawab Jesselyn akhirnya, berbohong. Jesselyn tahu Lim dan teman-temannya merupakan buruan kelompok pria di hadapannya.

"hem,,, tapi aku tidak percaya nona! " katanya pelan, namun dingin menusuk bulu kuduk semua tawanan.

Versace mengumpat keras dalam hati, dia telah menolong orang yang salah. Dan mereka terancam gara-gara itu.

"Terserah tuan saja. aku mengatakan kebenaran. " lanjut Jesselyn tetap tenang. dia berlatih keras sejak balita menjadi bagian dari keluarga kerajaan. jadi ia mampu mengendalikan ekspresi apapun, selain kesedihan.

"Well, kalau begitu aku beritahu kau satu hal. orang yang kalian tolong merupakan anggota paling mematikan. Apa kalian tidak takut mereka berencana menghancurkan negara ini?"

Tidak, Jesselyn menolak untuk percaya kata-katanya. Lim justru kebalikan darinya. Apapun hubungan mereka, Jesselyn hanya ingin melindungi pihak yang benar.

Saat suasana hening, Tiba-tiba sebuah pistol menembakkan isi pelurunya tepat ke arah kepala pria yang menodongkan senjata ke kepala Jesselyn. Ternyata Jay melakukan hal itu. dia tidak rela orang-orang baik yang telah menolongnya menjadi korban.

"Aaa..... " Teriakan orang-orang semakin menjadi, pertumpahan darah antar tentara dan kelompok radikal tak bisa terhindarkan lagi.

Jesselyn menggunakan kesempatan itu untuk kabur. dia menggigit kuat lengan Ketua kelompok radikal yang berusaha meraihnya.

"argh, sial. " umpat nya kesal.

baku Tembak berlangsung cukup lama hingga seseorang yang mereka cari muncul. Jesselyn melihat Lim baru saja turun dari mobil dengan dua tembakan di tangannya

fokus Dylan membantai para musuhnya, hingga ia lengah dan peluru ketua kelompok radikal hampir saja menembus dadanya.

"Jesselyn! " Seru Versace berteriak histeris melihat teman baiknya mengorbankan diri. menjadi perisai untuk melindungi Dylan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!