#14

Jesselyn menatap pantulan dirinya di kaca, ia tampak cantik di balut gaun dengan belahan dada rendah berwarna putih gradasi biru muda. Terdapat hiasan bunga 3D di bagian bawah dada hingga pinggul. Rambut di sanggul menggunakan seluruh rambutnya, wajah ayunya di lengkapi riasan sederhana.

"Nona, anda cantik sekali. Tuan Lim beruntung memiliki istri seperti anda." Puji make up artist yang bertugas merias wajah dan hair do pernikahan Jesselyn.

"Benarkah? " Jesselyn memastikan, namun raut wajahnya menunjukkan kesedihan tertahan. Jesselyn meratapi nasib pernikahannya tanpa di hadiri oleh orang tua tercinta. Ingin rasanya ia menangis meraung meluapkan kekecewaan, Jesselyn hanya bisa memendam itu semua.

Dylan menjemput Jesselyn di kamar, pria tampan baby face itu mengenakan setelan jas putih. Prosesi pemberkatan mereka memang terbilang sangat sederhana bertemakan intimate wedding.

Sempat terpesona, Dylan berdehem pelan guna menetralisir rasa gugupnya.

"Ready? " Tanya Dilan mengulurkan tangannya, Jesselyn menganggukkan kepala menerima kemudian menggenggamnya.

"Terima kasih. " Ucap Jesselyn pada perias sebelum ia dan Dylan keluar. Sementara maid menemaninya membereskan perlengkapan.

Dylan sengaja memperkerjakan maid di penthouse nya mulai hari itu. Tidak perlu menginap, maid datang di pagi hari lalu pulang setelah semua tugas selesai. Dylan tidak ingin Jesselyn kelelahan mengurus rumah sendirian.

***

Dylan menggandeng Jesselyn menuju altar dimana pendeta telah menanti untuk membimbing keduanya mengucap janji. Dekorasi outdoor wedding di kerjakan langsung oleh Grace dan Yuna. mereka bersemangat menyiapkan semua keperluan hingga menghias pita di kursi Tiffany.

Seluruh keluarga inti dari Dylan hadir. Pasangan Alya Christian dan anak mereka Dyon yang menginjak usia tujuh belas. Lalu Theodor Daniar bersama Giverny, remaja cantik menggemaskan kesayangan keluarga Oliver.

Dyon begitu menyayangi Givi seperti halnya Dylan pada Yuna. Perbedaan usia diantara mereka berempat bukan masalah, malah mereka saling membantu satu sama lain dalam memecahkan beberapa hal. Nenek kakek Dylan dari daddy dan mommy juga hadir lengkap. Selain keluarga inti ada juga keluarga Abigail dan Jack, namun putri mereka masih mengenyam pendidikan di Singapura.

Jesselyn sekilas menangkap tatapan sinis dari tamu undangan, siapa lagi kalau bukan Caitlin. Caitlin seolah tidak menyukai Dylan menikah dengannya. Apakah Dylan tahu Caitlin menyukainya? Batin Jesselyn menggenggam buket bunga erat-erat.

"Baiklah, mari kita mulai proses pengambilan janji suci pernikahan antara mempelai pria dan wanita. Silakan tuan Dylan. " Pastor memberi Dylan kesempatan dan waktu, semua mata tertuju ke arah sejoli yang memutuskan untuk menikah secepat mungkin.

"Aku Lim Dylan Arthur mengambil engkau Jesselyn Carl menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya." Meski tanpa bantuan mik, suara Dyla begitu lantang saat mengucap janji.

Kini giliran Jesselyn, tenggorokannya mendadak seperti tercekat. Bulir bening siap meluncur di pipi mulusnya.

"You can do that Jessie. " Lirih Dylan berbisik, hatinya teriris melihat kesedihan yang Jesselyn alami.

"Aku Jesselyn Carl mengambil engkau Lim Dylan Arthur menjadi suami ku, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya." Dengan satu kali tarikan nafas Jesselyn memaksakan dirinya mengikat hubungan mereka. Jesselyn telah berjanji di hadapan Tuhan dan keluarga sang suami menjadi saksi.

"Selamat kalian sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Saatnya mencium pengantin wanita. " Perintah Pendeta agar Dylan menjalankan ritual selanjutnya.

Cup,,,

Bukannya ciuman bibir, Dylan mengecup kening Jesselyn hangat dan cukup lama. Air mata Grace sudah tak mampu ia bendung lagi. Tak menyangka anak sulungnya melepas lajang hari itu.

"You're mine, Jessie. " Ucap Dylan ketika kening mereka saling beradu.

"Then treat me like a queen. " Perintah Jesselyn menantang pria yang kini menjadi suaminya.

Dylan menuntun Jesselyn menghampiri keluarga barunya. Grace berhamburan memeluk sang menantu, mengusap punggungnya berulang kali. Ia sangat memahami perasaan sedih Jesselyn, tidak ada orang terkasih nya menyaksikan pernikahan putri kesayangan mereka.

"Selamat atas pernikahan kalian. Terima kasih sayang kau telah menerima putra mommy. " Ujar Grace mengharu biru. Liam menenangkan dengan menepuk pundak istrinya.

"Terima kasih mom, mom juga menjagaku dengan baik. Aku menyayangimu." Balas Jesselyn.

Satu persatu keluarga Dylan memberi ucapan selamat dan tak lupa juga memuji kecantikan Jesselyn. Lain hal Caitlin, dia memilih berdiri di belakang Samantha sang ibu. Tak ada sedikitpun niat memberi mereka doa dan harapan rumah tangga yang baik.

Jesselyn bersama Dylan, mereka di apit anggota keluarga untuk melakukan pemotretan sebagai kenangan. Tak lupa fotografer juga meminta pengantin berfoto berdua saja. Jesselyn melupakan rasa gugup dan kikuk nya agar menghasilkan jepretan yang bagus.

"Kalian belum melakukan wedding kiss kak." Sejak acara di mulai Yuna tidak pernah berhenti menggoda sang kakak. Baginya pengantin baru itu terlihat menggemaskan.

Memutar bola matanya jengah, Dylan mengabaikan Yuna. Menatap dalam mata Jesselyn, menunggu lampu hijau apakah mereka harus melakukannya atau jangan.

"Go ahead. " Jesselyn memberinya izin. Dylan menangkup pipi istrinya, membenamkan ciuman lembut di bibir Jesselyn. Lumayan lama, dan potret mereka berhasil di abadikan kamera.

***

Mereka menikmati kebersamaan di temani jamuan kudapan terbaik yang di siapkan oleh tuan rumah. Berbeda dengan pengantin yang sibuk meladeni ajakan berpose di altar. Tamu undangan mulai menyantap hidangan, baik dari appetizer, maincourse, side dish hingga berbagai jenis dessert.

"Ayo sayang, lebih baik kita makan terlebih dulu sebelum ke acara selanjutnya." Ajak Grand ma Pat menarik hati-hati lengan Jesselyn.

"Acara apa grand ma? Aku kira semua selesai sampai di sini. " Yang Jesselyn pikir Dylan dan dirinya hanya akan melaksanakan ikrar di altar.

Patricia menuntun Jesselyn ke dalam rumah, membawanya ke lantai atas dimana kamar Dylan berada.

Rupanya di sana juga sudah ada penata rias lainnya. Tatap mata Jesselyn tertuju pada gaun yang menggantung. Bukan, itu adalah sari busana khas negara hindustan. Jesselyn menutup mulutnya tak percaya keluarga sang suami menyiapkan kejutan istimewa untuknya.

"Dylan ingin istrinya menjadi ratu sehari, ah tidak bahkan selama-lamanya dalam hidupnya. Staf akan membantumu mengganti pakaian." Setelah menjelaskan Patricia meninggalkan Jesselyn bersama dua staf dari salon langganan Gracia, ibu mertuanya.

"Nona, untuk rambut ingin di buat seperti apa?" Staf hair do menanyakan model yang Jesselyn akan pilih.

"Di gerai saja. " Jawabnya singkat dan padat. Kedua wanita muda di belakang Jesselyn mengangguk setuju. Jesselyn akan sangat cantik mempesona dengan rambut tergerai.

Selain dirinya Dylan juga mengganti pakaiannya. Ia tengah mengobrol ringan bersama keluarganya ketika Jesselyn keluar bersama sang ibu. Jesselyn begitu memancarkan auranya. Mengenakan kain sari broken white berbahan mewah. Selendang transparan sedikit menyamarkan perut ratanya.

"Istrimu mengagumkan kak." Dyon memuji wanita yang kini resmi menjadi istri Dylan.

"Ya, I know. " Balas Dylan, matanya tak berkedip sedetikpun.

"Hey, jemputlah ratumu tuan raja. " Yuna menepuk punggung Dylan membantunya tersadar.

Dylan berjalan mendekati Jesselyn, mengambil alih lengannya dari Gracia. Mereka kembali ke tempat acara. Dylan memberi kode agar musik mulai di nyalakan. Dylan dan Jesselyn memimpin sesi dansa di hari menjelang sore.

"Sorry... " Ucap Dylan ketika mereka saling menempel, bergerak pelan mengikuti alunan instrumen romantis.

"For what? " Selidik Jesselyn, jika mereka sedang berdua seolah ia bisa melihat rasa bersalah di manik mata Dylan.

"Everything I did, hurt you alot. Dengan tidak tahu dirinya aku mengajakmu menikah sebagai bentuk tanggungjawab ku." Ujar Dylan mengeratkan pegangannya pada pinggang dan tangan Jesselyn.

"It was my fate. Entah itu empat tahun lalu maupun sekarang. Mari kita lupakan soal itu dan tetap menjalani hidup seperti biasanya." Jesselyn sedikit memaksakan senyumnya, agar Dylan berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

"You're such an amazing woman Jessie. Terima kasih sudah menerimaku." Dylan menempelkan kening keduanya, rasanya ingin sekali Dylan melahap bibir Jesselyn tanpa ampun. Sayangnya ia harus menahan diri hingga waktu yang tepat.

"Aku haus. " Keluh Jesselyn, Dylan langsung menghentikan kegiatan mereka. Meminta Jesselyn duduk di kursi terdekat, lalu ia pergi ke stand mengambil minum untuknya.

Di sana ada Caitlin sengaja mengamati pergerakan Dylan, menunggu momen pas mendekatinya.

"Congrats on your wedding kak. " Caitlin tidak bersungguh-sungguh memberinya ucapan selamat. Dylan sadar dari tatap mata dan nada bicaranya.

"Thanks." Jawab Dylan datar.

"Aku akan menunggumu. " Kalimat yang di lontarkan Caitlin mampu menghentikan langkah Dylan. Dylan terpaksa berbalik memandang kerabatnya remeh.

"Aku tahu kau menikahinya karena rasa iba kak. Kau tidak mencintai anak koruptor itu." Hardik Caitlin melanggar batasannya. Dylan menggeram kesal dengan tangan dalam saku yang mengepal kuat.

"Tutup mulut kotormu itu! " Perintah Dylan, dia semakin mendekat mengikis jarak sengaja mengintimidasi Caitlin.

"Kau pikir aku tidak tahu catatan kelam ayah mertuamu? Bagaimana kalau publik tahu? " Caitlin penuh keberanian menantang Dylan.

"Oh ya? " Dylan menunjukkan seringai nya. Ia berbisik di telinga kiri Caitlin.

"Kau lakukan itu, aku akan mengirim polisi untuk menangkapmu. Don't you dare touch my wife. " Tubuh Caitlin mendadak bergetar ketakutan mendapat ancaman dari Dylan. Tak menyangka perbuatan jahatnya akan terbongkar secepat itu.

Jesselyn menyusul Dylan yang terlalu lama mengambil minum. Pemandangan di hadapannya justru membuat langkahnya terhenti. Ia menyaksikan pria berstatus suaminya terlihat intim saling menempelkan tubuh keduanya.

'Kenapa dadaku terasa sesak? Apa aku memang menyukai Dylan? ' batin Jesselyn berkecamuk.

"Dylan,,, " Panggil Jesselyn akhirnya. Dylan cukup terkejut mendengar suara sangat istri. Kemudian ia berbalik meninggalkan Caitlin dengan wajah pucat nya.

"Maaf membuatmu menunggu." Dylan merangkul pinggang Jesselyn posesif, memanasi perasaan Caitlin berharap gadis itu sadar.

"Kau apakan dia? Wajahnya ketakutan." Bisik Jesselyn, ia juga sengaja menunjukkan kepemilikan yang ingin Caitlin rebut. Sejak perkenalan mereka Jesselyn kurang menyukai tatapan permusuhannya.

"Abaikan, dia memang pengganggu." Suara Dylan bahkan masih bisa Caitlin dengar. Tangannya mencengkram ujung dress, Caitlin bersumpah akan membuat Jesselyn menyesal melawannya.

"Hey, bukankah seharusnya kalian berangkat?" Grace dan Liam menghampiri Jesselyn dan Dylan.

"Berangkat kemana mom? " Tanya Jesselyn bingung.

"Oh God Dy, kau belum memberitahu istrimu? Sayang, kalian akan menghabiskan bulan madu di cruise ship menuju London." Grace antusias membahas ide yang ia cetuskan untuk anak dan menantunya.

"Mommy benar Jessie, aku akan mengantarmu ke London melalui jalur laut. Tapi kita harus ke Le Havre dulu menyusul kapal." Dylan membantu menjelaskan agenda mereka selanjutnya.

"Baiklah." Pasrah Jesselyn mengikuti apapun kemauan Dylan dan keluarganya.

Satu jam kemudian setelah mengganti pakaian, keluarga besar melepas pengantin dengan suka cita. Dylan menyetir sendiri menuju kota yang pernah ia dan ibunya tinggali. Mengendarai buggati Chiron super sport tiga ratus plus berwarna dark grey, Dylan sangat ahli dalam mengemudi hingga membuat Jesselyn tertidur akibat rasa lelahnya.

"Sweet dream Jessie. " Dylan mengusap singkat kepala Jesselyn. Perjalanan yang mereka tempuh kurang lebih dua jam, Dylan akan langsung mengajak Jesselyn check in di kapal pesiar mewah Royal Carribean.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!