#8

Jesselyn mendarat di kota Gothenburg dini hari setelah melakukan perjalanan udara sekitar dua jam lebih. Jesselyn dan orang tuanya tinggal di mansion pinggir pantai. Mereka hanya memerlukan waktu dua puluh menit dari pusat kota terbesar kedua di Swedia untuk tiba di kawasan pribadi Carl Sebastian.

Jesselyn tergesa-gesa masuk ke dalam mencari keberadaan sang mommy. Dia bahkan melupakan bagaimana kondisi daddynya, pasti Sebastian sudah berada di tahanan kerajaan.

"Mom, mommy... Where are you? " Teriak Jesselyn memanggilnya sambil kesana-kemari berusaha menemukan Anandya.

Jesselyn mematung saat melihat wanita paruh baya yang amat ia cintai duduk termenung dengan tatapan kosong ke arah pemandangan laut. Perlahan mendekat, Jesselyn berlutut di hadapan Anandya dengan derai air mata.

Blix baru saja tiba setelah memastikan situasi terkini, ia merasa iba menyaksikan kehancuran keluarga Carl Sebastian. Ayahnya masuk bui, sementara sang ibu tampak begitu tertekan menerima kenyataan pahit ini.

"Mom, maafkan aku. " Ucap Jesselyn terisak pelan menciumi tangan Anandya. Ia menyesal telah meninggalkan ibunya dalam kesusahan.

"Pergi! " Teriak Anandya mendorong kasar Jesselyn hingga tersungkur ke belakang. Kilatan amarah dan kekecewaan mendominasi manik mata hitam ibunya.

"Mom, it's me. " Jesselyn sungguh tidak menyangka Anandya bisa melakukan hal itu. Blix sigap membantu Jesselyn berdiri, Jesselyn langsung memeluk ibunya berharap Anandya bisa tenang.

"Lepaskan aku sialan! Kau menghancurkan hidupku dan putri kita Sebastian! Aku ingin kau mati! " Pekiknya, Anandya memberontak menolak pelukan hangat putri tunggalnya.

Setelah melepaskan diri, Anandy memukuli punggung Jesselyn tanpa ampun.

"Mom, ini aku. " Tangis Jesselyn semakin pecah, ia tetap bersabar mencoba menyadarkan Anandya. Tak tega, Blix akhirnya terpaksa melumpuhkan Anandya melalui tengkuknya.

"Blix." Bentak Jesselyn, Blix menangkap tubuh ramping Anandya.

"Maafkan aku Jessie, bibi Anandya bisa saja melukaimu dan dirinya sendiri. " Sahut Blix. Pria yang lebih tua enam tahun dari Jesselyn membawa tubuh Anandya keluar.

"Kita bawa mommy kemana Blix? " Tanya Jesselyn mengikuti langkah cepat Blix.

"Rumah sakit Jessie, bibi Anandya sedang tidak baik-baik saja. " Jawab Blix. Jesselyn hanya bisa menuruti saran tunangannya.

***

esok paginya Jesselyn terbangun dari tidur singkatnya. Ia menatap Anandya yang terbaring lemah di atas brankar. Meski sadar hari ini akan tiba, Jesselyn masih belum bisa lapang dada menghadapinya. Terlebih dengan emosi Anandya yang tidak stabil.

"Nona Carl, dokter ingin bicara dengan anda. " Perawat kebetulan masuk untuk mengecek kondisi terkini pasien.

"Baiklah, saya titip mommy. " Perawat mengangguk lalu Jesselyn segera keluar menemui dokter.

"Dok, bagaimana hasil pemeriksaan mommy?" Dokter menghela nafas menyiapkan ucapannya agar tidak membuat Jesselyn terkejut.

"Maaf nona, kami harus menyampaikan kabar kurang baik. Nyonya Anandya harus kami pindahkan ke Insane Asylum." Ungkap dokter dengan gelar psikolog yang Blix tunjuk secara khusus untuk menangani Anandya.

Telinga Jesselyn berdengung, dia benar-benar berharap salah dengar . Sungguh, hati Jesselyn bagai di hancurkan berkeping-keping oleh keadaan. Dunianya terbalik secepat kedipan mata. Jesselyn tidak peduli mengenai kehilangan banyak harta, yang ia takuti adalah Anandya meninggalkannya. Bagi Jesselyn, rusaknya mental sang ibu sama saja mereka terpisahkan oleh dunia yang berbeda. Jesselyn tak mampu meraih Anandya, begitupun sebaliknya.

"Nona Carl, nona! " Dokter mengguncang tubuh Jesselyn untuk tersadar. Jangan sampai anaknya mengikuti jejak sang ibu, depresi.

"Tidak, mommy tidak gila dok. Tolong katakan dengan benar! " Jesselyn menolak hasil pemeriksaan.

"Sekali lagi saya minta maaf, secepatnya kami akan memindahkan ibu anda." Lanjut dokter berkepala plontos meninggalkan Jesselyn.

Belum reda rasa sakit yang Jesselyn alami, Tiba-tiba seorang wanita mendekat ke arahnya dengan tatapan emosi seolah ingin menerkam nya hidup-hidup.

Plak...

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Jesselyn. Namun Jesselyn sama sekali tidak merasakan perih atau sakit, melainkan kebas.

"Gara-gara ulah ayahmu pertunangan ku di undur. Keluarga kalian sangat memalukan." Pungkasnya.

"Putri Sovia, maafkan aku. " Meski mereka kerabat, Jesselyn selalu menghormati Sovia putri pertama pangeran Gustav. Berbeda halnya dengan Sovia, gadis itu sering bersikap angkuh di belakang orang-orang. Di hadapan publik Sovia akan menampilkan citra yang baik.

"Aku hanya ingin menyampaikan pesan yang mulia, datanglah ke istana. Kau juga harus menanggung kesalahan ayahmu Jessie. " Ketus Sovia sebelum pergi begitu saja tanpa ada rasa simpati sedikitpun untuk Jesselyn.

"Jessie,,, " Blix melihat sekilas bayangan Sovia yang baru saja pergi. Blix selesai mengurus kepindahan bibi Anandya. Dan mereka akan mengirimnya secepat mungkin.

"Aku titip mommy, Blix. Aku harus menemui uncle. " Jesselyn hendak segera pergi namun Blix menahan lengannya kuat.

"Apa kau tidak ingin mencari tahu siapa yang menyebarkan ini semua? " Tanya Blix penasaran. Dia sendiri kecolongan, sejak awal Blix memang tidak berniat melakukannya. Ia benar-benar menyukai Jesselyn diluar motif mendekatinya.

"Itu tidak penting sekarang, toh semua akan terjadi cepat atau lambat. Blix soal pertunangan kita,,, " Jesselyn menatap Blix ragu.

"Jangan pikirkan itu, sebaiknya kau fokus menghadapi masalah keluargamu." Tangan Blix menepuk pelan pundak Jesselyn.

"Thanks, Blix. Aku pergi dulu. " Pamit Jesselyn.

***

Di ruang kerja uncle nya yang tak lain pangeran Gustav, Jesselyn bersimpuh di hadapan pemegang kekuasaan saat ini. Gustav membantu Jesselyn untuk bangkit, ia tidak ingin keponakannya berlutut seperti tadi.

"Aku minta maaf yang mulia, sungguh aku siap menanggung kesalahan daddy. Tolong jangan sakiti daddy. " Sekuat tenaga Jesselyn menahan agar tangisnya tak bersuara.

Gustav adalah kakak sepupu Carl Sebastian, artinya dia adalah penerus kerajaan selanjutnya. Sementara nenek Jesselyn adalah adik dari Raja yang berkuasa saat ini. Namun sistem monarki dalam pengawasan dan di ambil alih oleh Pangeran Gustav dikarenakan Raja terbaring sakit.

"Jessie, hukum akan terus berlanjut namun kami masih mencari pilihan terbaik untuk ayahmu. Tapi Jessie perlu kau tahu, para tetua pasti menyeretmu ke dalam masalah ini. Uncle tidak ingin keu terlibat, jadi hanya ada satu cara untuk menyelamatkan mu. Yaitu dengan pernikahan." Gustav menjelaskan secara perlahan agar Jesselyn tidak terkejut dan memikirkan nasib hidupnya selanjutnya.

"Tapi yang mulia, aku dan Blix sudah berakhir sejak kejahatan daddy terungkap." Jawab Jesselyn lirih, sesuai kesepakatan awal Blix melepaskan Jesselyn dalam situasi tertentu. Dirinya juga tidak mungkin terlibat skandal lebih jauh, Jesselyn tak masalah akan hal itu.

"Jessie, dengan pernikahan kau bisa melepaskan diri dari ikatan kerajaan. Maka mereka tidak bisa menyerangmu atas kesalahan Sebastian. " Lanjut Gustav mencoba meyakinkan.

"I have no idea, uncle. " Dessah Jesselyn frustasi. Pikirannya buntu tak mampu mencerna apa yang Gustav rencanakan untuknya.

"Uncle bisa membantumu Jessie, seseorang akan membawamu dari kekacauan ini." Akhirnya Gustav mengatakan tujuan sesungguhnya ia ingin bertemu dengan Jesselyn. Jesselyn menatap bingung pamannya.

"Masuklah! " Titah sang pangeran, Jesselyn ikut melirik ke arah pintupintu dimana muncul seorang pria yang tidak asing bagi Jesselyn. Dia begitu gagah berjalan ke arahnya dengan pakaian casual serba hitamnya.

"Kau,,, " Sapa Jesselyn lirih hampir tak terdengar.

"Maafkan aku Jessie... " Ucapnya menunduk seakan tidak memiliki keberanian untuk menatap Jesselyn.

"Apa maksud mu Dylan? " Tuntut Jesselyn meminta penjelasan, tiba-tiba otak Jesselyn mampu menangkap keanehan yang terjadi.

"Aku akan bertanggung jawab menyelesaikan masalah yang aku ciptakan." Lanjut Dylan, ternyata dia pergi ke Swedia menyusulnya dan Jesselyn semakin sulit untuk mengerti.

"Jessie, Dylan siap menikahimu. Kalian harus menikah agar kau bisa terlepas dari masalah ini. " Ujar Gustav.

"Jadi kau yang menyebabkan semua ini Dylan ? " Jesselyn memukuli dada bidang Dylan sekuat yang ia bisa. Melepaskan kekesalan dan kekecewaan melebur jadi satu.

"Sampai kapanpun aku tidak sudi menikah denganmu Lim Dylan! Lebih baik aku menerima siksaan menggantikan daddy." Meraung, Jesselyn yang rapuh membuat siapapun iba melihatnya.

"Uncle, aku akan menghadapi semuanya asal tidak menikah dengan pria brengsek ini. Maaf, aku permisi yang mulia. " Berlari meninggalkan ruang kerja pangeran Gustav, Jesselyn benar-benar membenci Dylan saat ini dan sampai kapanpun.

"Ku harap kau menepati janjimu untuk menjaganya. " Ucap Gustav penuh harap.

"Pasti yang mulia, Terima kasih sudah membantuku. " Tak lama Dylan juga pamit menyusul Jesselyn sebelum pergi jauh.

Dylan adalah orang yang mengungkap kejahatan Carl Sebastian. demi melepaskan Jesselyn dari jeratan Blix Andreas. Tidak ada informasi sekecil apapun luput dari pencariannya. meski caranya salah dan menyakiti hati Jesselyn, Dylan rela menanggung resikonya.

Dylan secara khusus menghubungi pangeran Gustav menawarkan solusi. mereka tentu saling mengenal, Gustav baru tahu bahwa Dylan adalah Lim. prajurit rahasia yang menyelesaikan misi khusus darinya empat tahun lalu.

Ya, Diam-diam kerajaan Swedia mengirim bantuan berupa perlengkapan senjata ke pusat pertahanan. berkat tugas itu Dylan bisa bertemu dan mengenal Jesselyn.

Dylan menjelaskan, Jesselyn pernah mengorbankan nyawanya demi melindungi dirinya dan Dylan ingin sekali membalas kebaikan gadis itu. tentu Gustav selaku paman bernafas lega, dengan begitu Jesselyn tidak akan ikut mendapatkan hukuman.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!