#6

Dylan bersiul riang sambil berjalan dari parkiran VIP menuju lift. Rasanya begitu menyenangkan bisa kembali bertemu Jesselyn. Bahkan mereka semakin intim tadi. Ah Dylan tak sabar ingin menemuinya lagi, secepatnya.

Pintu hampir tertutup namun di tahan oleh seseorang yang sama-sama akan naik. Dylan melihat Caitlin kerepotan membawa karton belanjaan. Ia pun membantu karena menganggap Caitlin kerabatnya, dan untuk sikap sopan santun tentunya.

"Terima kasih Kak,,, " Ucap Caitlin tersenyum manis, Dylan hanya mengangguk tak masalah.

"Oh ya, aku akan memasak. Maukah kau makan malam bersama? " Caitlin menawarkan diri untuk menjamu Dylan di unitnya.

"Aku memiliki banyak pekerjaan, mungkin lain kali saja. " Tolak Dylan halus, dia enggan menyinggung perasaan Caitlin atau Grace akan memarahinya.

"Baiklah, tidak masalah. Aku akan menunggumu. " Kata Caitlin bernada kecewa, Dylan mengabaikannya tak ingin memberi harapan apapun.

Hingga keduanya masuk ke dalam rumah masing-masing, tidak ada percakapan tambahan. Dylan sibuk memikirkan alasan untuk bisa bertemu dengan Jesselyn. Dylan memilih membersihkan tubuhnya terlebih dulu, ia berencana ingin mengunjungi apartemen Jesselyn. Persetan alasan atau rasa malu ketika tiba di sana nanti.

Menyalakan kran shower, Dylan bertelanjang bulat membasahi seluruh badan. Membiarkan air dingin mengalir memberi kesegaran.

Baru saja Dylan mengambil botol shampoo, suara bel berbunyi tertangkap indera pendengarnya. "Siapa? " Gumamnya penasaran. Membayangkan Caitlin yang berusaha memaksanya membuat Dylan berdecak malas.

Tapi bagaimana jika orang lain? Misalnya, Jay, ibunya atau bahkan bibinya Alya. Bergegas menyudahi mandi singkat, Dylan memakai handuk setengah pinggang.

Ceklek,,,

Dylan benar-benar amazed, menatap gadis yang berdiri kaku di depan pintu rumahnya. Namun dalam hati bersorak gembira, sungguh di luar dugaan.

"Maaf, aku tidak mengerti mengapa bibimu terus memaksaku. " Jesselyn menunjukkan sebuah map dan paper bag berisi dinner box di kedua tangannya.

"Masuk! " Perintah Dylan mempersilahkan Jesselyn melangkah ke dalam.

Jesselyn di buat dejavu mendengar suara berat Dylan, seolah pernah mengenalinya entah dimana dan kapan. Mengamati sekeliling, Jesselyn takjub dengan interior hunian Dylan. Mewah, tertata rapi, dan bersih. Menunjukkan jati diri pemiliknya.

"Duduklah." Jesselyn menurut saja, sebelumnya ia meletakkan barang titipan Alya yang harus Jesselyn berikan langsung pada Dylan.

Sejujurnya Jesselyn ingin segera pamit, tentu tak akan nyaman hanya berduaan bersama Dylan di sana. Dylan sendiri sengaja menahan Jesselyn lebih lama.

Auntie sangat memahamiku. Batin Dylan terharu atas usaha Alya sang bibi. Dylan bisa membayangkan bagaimana usahanya membujuk Jesselyn agar mau datang ke rumahnya.

"Kau mau minum apa? " Tanya Dylan, dia masih setia berdiri di samping sofa yang diduduki Jesselyn. Susah payah Jesselyn menghindari bertatap mata dengannya, Dylan hanya mengenakan handuk sejak tadi.

"Apa saja tak masalah. " Jawab Jesselyn sekenanya. Dylan lalu berjalan ke dapur untuk mengambil minuman dingin.

Ketika Dylan berada di dapur, Jesselyn tak sengaja menangkap sebuah bingkai foto menempel di dinding. Potret yang menunjukkan Dylan tengah berkumpul bersama anak-anak, sepertinya Dylan berada di kamp pengungsi saat itu. Tawa riang mereka terpancar karena kebahagiaan yang Dylan ciptakan. Dylan memegangi bola sepak, mereka baru selesai bermain bola.

Hati Jesselyn tergerak untuk melihatnya semakin dekat. Ia sedikit mendongak memperhatikan, Dylan berpakaian serba hitam dengan masker kain menutupi wajahnya sebatas hidung.

Deg,,,

Jantung Jesselyn seolah berhenti berdetak. Ia mampu menyatukan kepingan puzzle dengan cepat yang ia dapati beberapa detik berlalu. Menolak semua kemungkinan , Jesselyn tergesa-gesa keluar meninggalkan apartemen Dylan tanpa pamit.

Dan baru saja Jesselyn membuka pintu, ia hampir bertabrakan dengan Caitlin. Gadis itu membawa piring berisi steak untuk Dylan.

"Maaf." Ucap Jesselyn pelan, tampak alis Caitlin saling bertaut penasaran siapa tamu perempuan Dylan di hadapannya? Lalu Jesselyn melanjutkan langkahnya.

"Jessie! " Teriak Dylan mencari sosok Jesselyn, dia tidak bisa menemukannya dimanapun.

"Kak,,, " Sapa Caitlin, ternyata Dylan sempat memakai pakaiannya sebelum menjamu Jesselyn.

"Sedang apa kau di sini? Apa kau melihat Jessie? " Tanya Dylan dingin. Ini kali pertama Caitlin melihat sorot mata Dylan yang sesungguhnya. Caitlin berdiri gugup dan tidak mengerti situasi sebelum dirinya datang.

"Dia pergi terburu-buru, memang siapa dia kak? " Penasaran, Caitlin mendengar dari bibi Grace kalau Dylan tidak pernah sekalipun dekat dengan wanita apalagi sampai mengajaknya ke apartemen.

"Sebaiknya kau pulang Catie, aku harus pergi. " Dylan meminta Caitlin meninggalkan rumahnya, lalu ia masuk ke kamar untuk bersiap.

Caitlin termenung, menerka hubungan diantara kakak sepupunya dan gadis tadi. Perasaan Caitlin menjadi sedih, bagaimana kalau Caitlin tidak bisa dekat lagi dengan Dylan? Bukankah bibi Grace berjanji akan membuat mereka menjadi calon pasangan serasi? Caitlin kembali ke unitnya diliputi kecemasan. Ia berpikir lebih baik menghubungi bibi Grace saja dan menceritakan semuanya.

Di perjalanan pulang, Jesselyn menelepon seseorang memintanya bertemu di suatu tempat. Menempuh perjalanan selama dua puluh menit, Jesselyn tiba di sebuah lounge and bar pusat kota. Tampak orang yang ingin Jesselyn temui sudah duduk menikmati segelas Champagne.

"Baron... " Pria bernama Baron menoleh menyambutnya dengan seulas senyum. Dia takjub saat Jesselyn memintanya bertemu, mereka sudah lama tidak saling menyapa meski berada di negara yang sama.

"Duduklah Jessie. " Baron pria berkulit eksotik itu mempersilahkan Jesselyn duduk di hadapannya. "Kau mau pesan minum?" Tanyanya, Jesselyn menggeleng.

"Maaf mengganggu waktumu Baron, aku perlu memastikan sesuatu padamu." Ungkap Jesselyn, Baron menyelidik air wajah Jesselyn. Hal menarik apa sedang menghantui gadis cantik dengan bibir penuh itu?

"You free to ask Jessie, itupun jika aku memang mengetahui jawabannya. " Baron menanggapi santai permintaan Jesselyn.

"Empat tahun lalu di Kamp Lebanon, kau mengenal pria bernama Lim bukan? " Tanya Jesselyn, nafasnya seakan tercekat di tenggorokan saat menyebut nama itu lagi.

Baron membeku, dia mencoba tetap tenang dalam situasi mendesak.

"Mustahil kau tidak mengetahui profilnya. Baron aku tahu kau pasukan dengan IQ tertinggi, katakan sejujurnya padaku." Lanjut Jesselyn tak sabar ketika Baron hanya diam membisu.

"Jessie aku di sumpah negara untuk menjaga rahasia sekecil apapun. Maaf aku tidak bisa membantumu. " Sesal Baron menolak menjawab keingintahuan teman lamanya.

"Aku bertemu dengannya... " Akhirnya kalimat itu berhasil memancing Baron. Bola matanya bahkan membulat tak percaya. Bagaimana bisa? Selama ini Lim merahasiakan jati dirinya, bahkan tidak ada yang tahu rupa sesungguhnya prajurit lepas itu.

"Mustahil Jessie, jangan mengarang." Sanggah Baron. "Dia memiliki satu suku nama yaitu Lim, dan kau hanya bisa melihat sorot matanya tanpa tahu wajah aslinya Jessie. Komandan ku bahkan menyampaikan perintah langsung. Jika pria bernama Lim gugur, kami harus menemukan jasadnya dan membawa ke negara asalnya. Dia bukan tentara resmi pemerintahan Jessie, dia prajurit bayaran. Aku tidak mengerti kenapa saat itu dia lengah, yang aku dengar dari orang-orang Lim adalah panglima tempur yang sangat di hindari para musuh. " Terang Baron menjelaskan siapa sosok Lim di medan tempur.

Kepala Jesselyn berdenyut mendengarnya, Jesselyn mengharapkan kisah lain yang ingin ia ketahui. Bukan tentang Lim yang berada di dunia peperangan.

"Bisakah kau mencari informasi mengenai jati diri Lim? Aku akan membayarmu berapapun Baron. " Desak Jesselyn frustasi ingin segera menemukan titik terang.

"Sebaiknya kau berhenti Jessi! Dia bukan orang biasa, terlalu berbahaya mengorek informasi pribadi seorang Lim. " Menggeleng menyerah, Baron tak sanggup menerima tugas dari temannya.

Mendessah pelan, Jesselyn tidak mungkin memaksa Baron melakukan pekerjaan sampingan. Apalagi dia masih berstatus tentara resmi pemerintahan.

"Terima kasih kau sudah bersedia menemuiku Baron, aku tahu kau sibuk. Akhir pekan ini aku akan menghadiri pesta pertunangan sepupuku. Aku dan Versace ingin menghabiskan waktu bersama, kalau kau senggang susul kami ok? " Harapan Jesselyn mereka bertiga bisa berkumpul lagi seperti di kamp dulu.

"Pasti, Jessie. " Jawab Baron, meski ia tidak yakin bisa datang. Lalu keduanya berpisah, Baron tinggal lebih lama selepas kepergian Jesselyn.

"Maafkan aku Jessie. " Baron terpaksa menutupi kebenarannya dari Jesselyn. Dia telah berjanji untuk mengubur semua kenangan empat tahun lalu sesuai perintah Carl Sebastian.

Carl Sebastian bahkan rela berbohong kalau dirinya tidak dapat menemukan informasi apapun tentang Lim. Itulah mengapa Jesselyn merasa tersiksa setiap trauma yang di alaminya kambuh. Jesselyn hanya ingin melihatnya sekali, agar dia bisa sembuh dari luka terdalamnya.

Jesselyn terperanjat kaget di tengah lamunannya, melihat seseorang berdiri menunggu kepulangannya entah sejak kapan.

"Tuan Dylan, apa yang anda lakukan disini?" Bukannya menjawab pertanyaan Jesselyn, Dylan malah menatapnya penuh arti membuat Jesselyn salah tingkah.

benarkah dia Lim? batin Jesselyn berkecamuk menerka-nerka.

"kau pergi begitu saja meninggalkan ku lagi." ucapnya lirih, Dylan perlahan mendekati Jesselyn yang masih mematung. detik berikutnya Dylan menangkup pipi Jesselyn lembut, mendaratkan sebuah kecupan hangat cukup lama.

Jesselyn menegang, meski belum yakin siapa Dylan sebenarnya Jesselyn tetap merasa terbuai olehnya. Mendapat kembali kesadaran, Jesselyn memaksa mendorong dada Dylan menghentikan aksi gilanya.

"kau pikir kau siapa tuan? " bentak Jesselyn tak Terima, baginya selagi belum ada kejelasan Jesselyn menganggap Dylan orang Asing.

manik mata Jesselyn mulai menggenang dan siap meluncurkan cairan bening itu. Dylan hendak mendekat untuk menghapusnya namun Jesselyn melambaikan tangan melarang.

"stop! aku mohon, pergilah tuan. " pinta Jesselyn berlalu begitu saja meninggalkan Dylan yang terpaku. merutuki kebodohannya melanggar batas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!