#15

Deep Talk

Pasangan pengantin baru itu tiba di kapal saat senja menampakkan diri. Kapal memang tengah transit sebelum melanjutkan perjalanan menuju tujuan akhir yaitu London. Dylan memesan kamar termahal nan mewah untuk ia habiskan bersama Jesselyn. Mereka akan melewatkan dua malam di kapal pesiar, anggap saja itu acara bulan madu yang singkat. Karena setelah tiba di London keduanya harus menjalani long distance marriage beberapa bulan ke depan. 

Dylan meletakkan koper mereka di sudut kamar, Jesselyn berjalan mendekati jendela kemudian duduk di sofa sudut kamar. Memandangi lautan lepas berwarna biru. Sejauh mata memandang dirinya merasa tersesat di dalamnya. 

"Jessie,,, " Panggil Dylan memutus lamunan Jesselyn, sang istri menoleh memperhatikan Dylan dengan buku menu di tangannya. 

"Pilihlah yang kau suka, kita makan malam di kamar saja. Tak masalah bukan? " Tanya Dylan menyodorkan benda itu ke hadapan Jesselyn. 

"Ya, Terima kasih. " Balas Jesselyn menerimanya. 

"Aku ingin mandi dulu, pesankan yang sama dengannmu untuk ku. " Lanjut Dylan sebelum masuk ke kamar mandi. 

Jesselyn tak mau ambil pusing, ia memesan apapun selain makanan yang bisa memicu alergi suaminya. Usai menghubungi room service Jesselyn memutuskan menyiapkan pakaian santai milik Dylan. Kaos hitam longgar dan celana training abu-abu. Grace sendiri yang membantu mengemas pakaian Dylan. Jesselyn masih harus beradaptasi dan mertuanya mengerti hal itu. 

"Aku bisa melakukannya sendiri, kau tidak perlu repot Jessie. " Pungkas Dylan keluar dari kamar mandi melihat Jesselyn baru saja meletakkan pakaiannya di atas kasur. 

"Aku tidak tahu harus berbuat apa... " Lirih Jesselyn. Dylan mengikis jarak, memegangi kedua tangan Jesselyn. 

"Do whatever you Love, and love whatever you do. Bukankah aku mengatakan, tidak ada yang berubah setelah kita menjadi suami istri. Tapi, kini kau menjadi tanggung jawabku, dan aku akan melindungi mu." Ungkap Dylan berusaha membuat Jesselyn nyaman, bagaimanapun Dylan mengerti Jesselyn yang bimbang, takut dan ragu menjalani semua bersamanya. 

"Hem,,, kalau begitu aku juga harus mandi." Sebelum ke kamar mandi Jesselyn membawa pakaian ganti sekaligus. 

Saat sedang bersantai Dylan mendapat pesan dari Jay. Ia memberitahu kabar ibu Jesselyn saat ini. Mengatakan bahwa Anandya mengalami depresi berat akibat kasus yang menimpa suaminya. Bahkan Anandya juga sempat berusaha mendiskon nyawa mengingat mentalnya tak stabil. 

Dylan menggenggam erat ponsel miliknya. Perasaan bersalah semakin menguasai diri, semua terjadi karena ulahnya yang tak pikir panjang. Di tengah merenung suara pintu di ketuk, Dylan menebak itu petugas layanan kamar. Makanan tertata rapi di atas meja makan dengan dua kursi. Dylan tampak tak sabar menunggu Jesselyn keluar. Hampir setengah jam sang istri di dalam, apakah Jesselyn berendam? 

Sementara Jesselyn baru selesai memakai dress brokat berwarna pink berbelahan dada rendah. Ia perlu waktu cukup lama hanya untuk merenungi kesedihannya. Statusnya telah berganti menjadi seorang istri dari Lim Dylan. Pria muda berparas tampan, menggemaskan namun memiliki sisi gelap yang tidak di ketahui banyak orang termasuk keluarganya. Hanya Jayden dan Jesselyn yang meyimpan rahasia besarnya. 

Sanggupkah Jesselyn bertahan di sisi Dylan? Orang yang telah membongkar kebusukan ayah kandungnya hingga menyebabkan sang ibu mengalami gangguan jiwa. Semua harta kekayaan keluarganya di bekukan oleh pihak kerajaan. Jesselyn benar-benar terpuruk baik secara materi maupun mental. 

"Ini bukan salah Dylan Jessie, perbuatan jahat daddy mutlak pilihan hidupnya. " Gumam Jesselyn meyakinkan perasaannya. Jesselyn tidak boleh membenci Dylan suami sahnya. 

Tok tok.... 

"Jessie apa masih lama? Makanan kita sudah tiba. " Dylan tak sabar, dia segera memanggil Jesselyn karena sudah terlalu lama menurutnya. 

"Ya, i'm coming. " Sahut Jesselyn merapikan kembali tatanan rambut dan wajahnya. Memastikan tidak ada jejak air mata yang tersisa. 

Jesselyn terpaku menatap siluet seorang Dylan yang tengah berdiri memaku lautan dengan warna jingga yang perlahan menjadi gelap. Sepertinya Dylan tengah berpikir hingga tidak menyadari kehadirannya di belakang. 

"Dylan,,, " Panggil Jesselyn, sontak Dylan segera berbalik melayangkan senyum simpul nya. 

"Duduklah, kau pasti sudah lapar." Dylan mempersilahkan gadis yang kini resmi menjadi istrinya agar duduk. Jesselyn menurut, menjatuhkan pantatnya di kursi sebrang Dylan. 

Lalu keduanya menikmati santap malam dalam keadaan hening. Tak ada yang membuka suara hanya untuk sekedar bertanya. Atau membahas rasa masakan restoran bintang lima kapal pesiar mewah ini. 

Usai makan malam, Jesselyn dengan setelan pakaian tidur berbahan sutra memilih duduk di sofa dekat jendela. Menikmati secangkir kopi yang Dylan pesan beberapa saat lalu. Sementara Dylan pamit keluar untuk menerima panggilan telepon dari Jay. Jeselyn tak masalah di tinggal, malah ia bisa leluasa memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup di tengah masalah yg keluarganya hadapi. 

"Jessie, butuh waktu cukup lama masa pemulihan bibi anandya. Ku harap kau tabah." Ucap Blix ketika hendak mengakhiri percakapan mereka. 

Ternyata Dylan berada di coffeeshop tengah beradu argumen dengan Jayden melalui sambungan video. Jay mempermasalahkan Dylan yang terlalu gegabah mengambil langkah mengungkapkan kejahatan ayah mertuanya. Ternyata para tetua kerajaan meminta hukuman mati atas kejahatan Carl Sebastian. 

"Apa tidak ada yang bisa menjaminnya Jay? " Tanya Dylan penuh nada frustasi. 

"It is impossible Dy. Kecuali satu hal,,, " Jayden menggantungkan ucapannya, terdengar penuh keraguan. 

"Jangan katakan,,, " Seakan Dylan paham. 

"Yah, semua anggota keluarganya harus ikut di hukum atas tuduhan ikut menikmati hasil korup tuan Sebastian. Bahkan pernikahan kalian akan di anggap tidak sah Dylan." Mau tidak mau Jayden harus mengatakan kebenarannya. 

"Fuck off. " Umpat Dylan menyugar kasar rambut hitam legamnya. 

"Kau menghancurkannya hingga ke akar." Lirih Jayden. 

"Aku akan menjaganya dengan baik Jay. Pegang janjiku." Ucap Dylan menutup matanya seolah tampak penuh penyesalan.

"Do you love her, mr. Lim? " Todong Jayden. 

Sesaat hening, lidah Dylan terasa keluh untuk menjawab Ya. Masih ada keraguan di lubuk hati Dylan, dia takut perasaannya hanya sekedar rasa bersalah semata. 

"Apapun untuknya Jay. " Hanya itu yang bisa Dylan katakan. Tak lama obrolan mereka berakhir.

Dylan kembali ke kamar, namun tidak ada Jesselyn disana. Di lantai karpet piyama tidur sang istri tergeletak begitu saja. Dylan berjalan mendekat ke arah nakas membaca selembar memo tulisan tangan Jesselyn. 

'Meet me at lounge and bar' 

Segera Dylan keluar kamar guna menyusul sang istri, jelas apa tujuan Jesselyn kesana. Ingin mencari pelampiasan melalui alkohol. 

Ruangan itu tak jauh dari coffeeshop yang tadi Dylan kunjungi. Saat masuk sosok Jesselyn sedang duduk di kursi tinggi meja bar. Berhadapan langsung dengan bartender perempuan. 

"One glass of Champagne, please. " Dylan memesan. Perempuan bertubuh tambun tersenyum ramah dan mengangguk. Dylan duduk di sebelah Jesselyn. 

"You know everything, don't you? " Serang Jesselyn menatap sinis Dylan melalui ekor matanya. Pernyataan lebih terpatnya, merujuk pada semua masalah yang tengah Jesselyn hadapi. 

"I'm truly sorry, I made a lot ofmistakes." Ujar Dylan menunduk. 

" Aku tidak bisa membiarkan ayahku terbunuh Dylan. Just let me free, this is too much." Jesselyn kembali menenggak kasar minuman yang mampu membuat tenggorokannya terbakar. 

"Enough, you drunk." Dylan merampas botol yang di genggam Jesselyn untuk di tuangkan. 

"Kau tahu Dy, daddy melakukan hal itu demi keluarganya. Yang mana akulah sumber dari semua masalah. Saat aku tertembak dan harus di operasi, ternyata aku mengalami gagal jantung. Demi menyelamatkan nyawaku daddy bahkan rela mencari pendonor jantung dengan harga fantastis. Kau tahu, gaji daddy tak seberapa di kerajaan. Dia terpaksa mengambil jalan pintas." Untuk pertama kalinya Jesselyn terbuka soal kehidupannya pada orang lain. Blix sendiri tahu hanya karena perjanjian yang terjalin diantara pria itu dan Sebastian. 

"Ya, dan itu gara-gara menyelamatkan ku." Kata Dylan pelan namun masih bisa Jesselyn dengar. 

"Nope, aku akan melakukan hal sama meski itu orang lain Dylan. Aku tidak ingin melihat kematian lagi di depan mataku." Termasuk jika Dylan harus tumbang akibat pekerjaan gelapnya. 

"Kau memang diluar dugaan Jessie, dan aku tidak salah menikahimu." Tangan Dylan bergerak mengusap kepala Jesselyn yang mulai mabuk. Gadis itu tersenyum seolah mendengar hal lucu. 

"Ah akhirnya, kita bertemu lagi tuan Lim." Racau Jesselyn melabuhkan dirinya kedalam dekapan Dylan. 

"Time to sleep nyonya Dylan." Dylan merogoh saku celana, membayar banyak untuk minuman yang mereka pesan. Lalu memapah Jesselyn kembali ke kamar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!