#18

Rintik gerimis membasahi seluruh kota, penerbangan Dylan harus tertunda sekitar satu jam dari jadwal seharusnya. Duduk gelisah menantikan take off di pesawat komersil.  Ia berulang kali melirik jam di pergelangan tangan kirinya tak sabar. 

"Sial." Umpat Dylan kesal. Bisa saja dia memakai privat jet milik keluarga, namun itu hanya akan mengundang kecurigaan mereka.

"Tuan, Champagne? " Seorang pramugari menawarkan Dylan minuman usai pesawat lepas landas.

"No, thanks." Jawab Dylan tegas tanpa ingin di rayu ataupun di goda. 

Dylan memilih memejamkan mata, beristirahat sejenak demi memulihkan tenaganya. Dari Beirut menuju London memakan waktu sekitar lima jam perjalanan udara. Jayden pun sama, melakukan perjalanan menuju Swedia menyerahkan Sameer ke pihak kerajaan. 

Sementara di apartemen, Jesselyn susah payah mengendalikan diri. Ia mengisi air dalam bathtub dengan menambahkan es batu dari freezer. Ia pernah membaca artikel, jika obat perangsang bisa di atasi dengan berendam air dingin. Namun efeknya tentu akan sangat berbahaya, paling parah yaitu kerusakan jaringan otak jika Jesselyn terlalu lama berendam. 

"Oh God please, selamatkan aku." Jesselyn tanpa melepas pakaian mulai masuk kedalam bathtub. Memejamkan mata menahan rasa panas dan dingin luar biasa. 

Sakit semakin menjalar ke seluruh tubuh Jesselyn, bahkan bibirnya mulai membiru menggigil kedinginan. Sementara kepalanya terasa semakin pening. 

Dylan keluar taxi secara terburu-buru setibanya di depan lobby apartemen. Entah mengapa perasaannya tidak tenang semenjak turun dari pesawat mendapati ponsel Jesselyn sulit dihubungi. Bukan tanpa alasan, ia sempat melupakan fakta bahwa Caitlyn tinggal di lantai yg sama dengannya. Bisa saja perempuan itu berbuat jahat seperti saat di Paris pada Jesselyn.

"Please Jessie... " Lirih Dylan, bel ia tekan beberapa kali karena pintu terkunci dari dalam. Akhirnya Dylan menurunkan ransel miliknya, mencari alat yang biasa ia gunakan untuk membuka pintu secara paksa. 

Ceklek,

tak butuh waktu lama dengan hanya menggunakan jarum khusus dan penjepit kertas Dylan mampu membobol pintu rumahnya sendiri. 

"Jesselyn! " Teriak Dylan mencari keberadaan sang istri. 

"Jessie... " Setelah masuk ke kamar tidur Dylan melihat pintu kamar mandi terbuka. Berjalan cepat, akhirnya ia mendapati Jesselyn terkulai lemas di dalam bathtub yang terisi air setengahnya. Untung saja Jesselyn tidak tenggelam. 

"Jessie, stay awake." Dylan menepuk-nepuk pipi Jesselyn sebelum mengangkat tubuh basahnya. Ia memangkunya sejenak  untuk melepaskan seluruh pakaian Jesselyn sembarang.

"You're home Dy... " Sapa Jesselyn meski masih menggigil dalam gendongan Dylan menuju tempat tidur. 

Kemudian Jesselyn di baringkan di atas tempat tidur. Dylan Memasangkan piyama dan menyelimutinya sebatas leher. 

"What the hell's going on Jessie? " Dylan mencoba menanyakan keadaan Jesselyn, apa yang menyebakan dirinya seperti itu. 

"Dylan, aku pikir aku tidak sanggup lagi." Kedua tangan Jesselyn keluar dari balik selimut dan langsung menangkup rahang tegas Dylan. Tanpa aba-aba dirinya meraup bibir Dylan rakus. Dylan yang awalnya terbelalak tak mengerti, kini paham ada yang tidak beres dengan istrinya. 

"Eungh Jesselyn,,, " Bisik Dylan di tengah kegiatan Jesselyn membuka kaos Dylan.

"Maaf, dan tolong aku." Lirih Jesselyn secara sadar namun lonjakan hasratnya masih begitu besar. 

Tentu dengan senang hati Dylan akan membantu Jesselyn mengatasi keinginannya agar terbebas dari pengaruh obat. Malam itu, Jesselyn benar-benar memimpin permainan panas di atas ranjang mereka. Meski Dylan yang pada awalnya memandu semua gerakan Jesselyn. 

"Cek CCTV-nya lalu kirimkan padaku video beberapa jam terakhir." Perintah Dylan pada salah satu anak buahnya yang bertugas sebagai peretas. 

Dylan berdiri di balkon kamar, hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggang. Membiarkan Jesselyn beristirahat usai pergulatan tadi. 

"Rubah licik sialan. Awas saja jika terbukti itu kau! " Umpat Dylan menggenggam ponselnya erat. 

Kedua tangan Dylan berada diatas pembatas, menyelami langit malam tanpa bintang. Seluruh kota penuh dengan lampu-lampu yang menerangi. 

Dylan merasa hanya mempersulit keadaan Jesselyn, ia terus-terusan diganggu oleh gadis seperti Caitlyn karena sebuah perasaan. Padahal dirinya sudah berjanji akan terus melindungi sang istri. Ya, Dylan yakin ini semua perbuatan jahat Caitlyn. Untung saja Dylan datang tepat waktu, kalau tidak mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi padanya. 

***

Pagi harinya Dylan terbangun oleh suara jam waker. Laki-laki manis itu duduk menguap seolah masih malas untuk beraktivitas. Melirik ke samping, sudah tidak ada Jesselyn disana. Pintu kamar mandi sedikit terbuka artinya Jesselyn sudah bangun, entah sejak kapan. 

Usai mandi dan mengenakan pakaian casual, Dylan berjalan keluar menuju meja makan. Namun tidak ada istrinya di sana. Ia menemukan secarik kertas di atas tudung saji. 

'Aku pergi bekerja bersama El. Terima kasih atas bantuan mu semalam.' tulisan tangan Jesselyn. 

Ketika membukanya, Dylan di suguhi sandwich dan segelas jeruk peras untuk sarapan. Bibirnya tersenyum merasa hangat mendapat perhatian dari seorang istri. Meski Dylan merasa terlalu muda dirinya memutuskan menikah. 

"Kenapa kau harus berterima kasih Jessie." Gumam Dylan lalu duduk untuk menikmati sarapan spesialnya. 

"Aku turun El, kau bisa pulang." Pamit Jesselyn melepas sabuk pengaman. Ia menepati ucapannya, duduk di sebelah El. 

"Aku bekerja disini juga nona." Ungkap El tersenyum tipis. 

"Ah senangnya. Kalau begitu panggil aku Jesselyn saja El, kumohon." Pinta Jesselyn, tatapnya penuh harap. 

"Baiklah." El memutuskan. 

"Let's go El. " Ajak Jesselyn. Mereka keluar dari mobil yang sudah terparkir di basemen. 

Hari ini akan ada rapat bulanan perusahaan. Dihadiri para karyawan, staf magang, atasan bahkan jajaran dewan direksi. Tentu aula pertemuan akan riuh di isi desas-desus. Apa saja, mulai dari gosip kehidupan pemilik perusahaan, laki-laki tampan keponakan mr. Christian bahkan hingga kabar sekecil apapun tidak akan luput mereka bicarakan. 

Dan dari sini Jesselyn tahu jika El merupakan kepala keamanan wanita pertama dalam sejarah perusahaan. Pantas saja tubuh gadis itu kekar dan auranya begitu mengintimidasi. 

"Aku dengar ada pernikahan rahasia di keluarga anda nyonya." Salah satu pemegang saham menyentil masalah pribadi saat rapat terjeda. 

Jesselyn meremang, tidak mungkin akan ketahuan secepat ini bukan? Lagi pula apa hubungannya pernikahan mereka dengan perusahaan? 

"Ya, jika itu keponakan anda sungguh tega tidak mengundang kami rekannya." Timpal yang duduk di sebelah pria tua tadi.

Ternyata Dylan menjadi salah satu pemegang saham di perusahaan Oliver. Alya menatap keduanya tidak suka secara terang-terangan. 

"Itu di luar konteks perusahaan tuan, setiap orang memiliki privasi." Tanggapan bibi Dylan begitu lugas dan tepat sasaran. 

Pintu aula terbuka, menampilkan kedatangan Tuan Christian Oliver bersama keponakan kesayangan istrinya. Lim Dylan, laki-laki berusia dua puluh delapan penuh dengan misteri. Pekerjaannya selama ini, hobi, dan kisah percintaan, selalu menjadi incaran para kaum hawa. Namun laki-laki itu sekalipun tidak pernah terlihat menggandeng kekasih. 

Jesselyn menundukkan kepala menghindari bersi tatap dengan Dylan. Tak akan pernah lupa, semalam dirinya terlalu memalukan. Menjadi perempuan liar yang haus akan belaian. Itulah alasan Jesselyn pergi ke kantor pagi sekali, belum siap bertemu Dylan. 

Dylan duduk di sebelah Alya, tanpa sengaja menangkap sosok Jesselyn di samping El. Bibirnya tertarik mengingat adegan panas semalam. 

"Ah Dy, ini enak sekali." Racau Jesselyn kala berada di atas Dylan. 

"Lebih cepat Dy, aku tidak kuat lagi." Dan Dylan menurut, hingga mereka merasakan puncak secara bersamaan. 

Rapat singkat berdurasi satu jam akhirnya selesai. Semua bagian mendapat pekerjaan rumah masing-masing. Di pertemuan selanjutnya itu sudah harus terrealisasi. 

"Kau tahu, pertunangan putri Swedia di undur karena sebuah skandal." Seseorang di depan Jesselyn mulai bergosip dengan teman-temannya. 

"Ya, sepupu pangeran Gustav ternyata koruptor. Kabarnya di kenakan sanksi hukuman mati." Timpal salah satunya. 

"Oh pasti mengerikan, kasihan keluarganya." yang ketiga malah merasa bersimpati.

"Tidak perlu, justru itu adalah hukuman setimpal. Kalau perlu istri dan anaknya harus ikut merasakan. Bukankah mereka menikmati uang haram itu? " Wanita pertama tadi berapi-api menjudge keluarga perempuan di belakang mereka. 

Ingin sekali Jesselyn menarik rambut mereka dari belakang. Siapa mereka berani menghakimi tanpa tahu duduk permasalahannya. Tangan Jesselyn semula mengepal, tak lama terurai ketika seseorang menggenggamnya erat. 

"Jangan terpengaruh! " Pintanya menatap Jesselyn. 

Jesselyn yang terkejut sontak menepis tangan Dylan. Ia malah berjalan cepat menuju ruang kerjanya. Mengabaikan Dylan begitu saja.

"Apa dia baru saja menghindari ku?" Tanya Dylan pada diri sendiri.

"ada apa Dy? " tanya Alya menepuk lembut pundak Dylan.

"Beberapa bergosip tentang keluarga istriku. tapi sepertinya aku menjadi pelampiasan kemarahannya." jawab Dylan terpaku ke arah Jesselyn berlalu.

"Mungkin hanya perasaan mu saja. Jesselyn bukan tipe seperti itu." bela Alya seolah sudah mengenal Jesselyn sejak lama.

"Semoga saja Auntie. kalau begitu aku pamit, ada janji temu dengan seorang teman." mengecup singkat pipi sang bibi, Alya hanya tersenyum membiarkan Dylan pergi. padahal ia ingin mengobrol di ruang kerjanya bersama Jesselyn juga.

"honey, ada apa? " tanya Christian baru menyusul Alya.

"ah itu, Dylan dan Jesselyn sepertinya belum terbiasa dengan kehidupan rumah tangga." Alya tahu itu tidak mudah karena mereka baru bertemu lagi meski pernah saling mengenal sejak lama.

"Nasehati keponakan kita jika memang perlu." saran Christian, Alya mengangguk sebagai jawaban.

"oh ya, apa kau sudah menemukan Dyon ku?" Kesekian kalinya Alya menanyakan keberadaan putra semata wayangnya.

"Sudah, dan kita akan menyusul Dyon lalu menyeret dia pulang." sarkas Christian, seorang ayah yang frustasi oleh tingkah anak laki-lakinya. bagaimana tidak, lulus dari senior high School bukannya pergi ke kampus Dyon malah berpetualang mengikuti jejak Dylan.

"jangan marahi anakku Christ. atau kau tidak akan mendapat jatah dariku." ancaman Alya berhasil membungkam kemarahan Christian terhadap Dyonisius Olrigo.

"promise honey." Christian mengecup puncak kepala Alya. bagaimanapun dia juga menyayangi Dyon.

di meja kerjanya, Jesselyn menutup wajahnya menggunakan map. dia sungguh malu bertemu Dylan. bayang-bayang erotis dirinya yang begitu memuja keperkasaan Dylan kembali muncul.

"Jesselyn, kau di panggil nyonya Deborah." salah satu seniornya memanggil Jesselyn dari arah pintu masuk.

"baiklah" Ya, Jesselyn memang sudah di beritahu saat rapat untuk menemui Kepala HRD.

"silakan duduk mrs. Dylan." ucap Deborah mempersilahkan Jesselyn duduk.

"Just Jessie nyonya, ku mohon. perlakukan aku seperti staf lainnya." pinta Jesselyn, namun ia tetap duduk.

"As your wish." timpal Deborah tak masalah.

"Aku tidak bisa mencegah karyawan untuk tidak menyulitkan mu. kecuali mereka tahu statusmu. tuan Dylan meminta bantuan ku agar menjagamu dari perundungan. apa kau pernah mengalaminya Jessie? " Selidik Deborah.

"tidak sama sekali nyonya. biarkan semua mengalir apa adanya. jangan membedakan ku dengan yang lain."

"I will." potong Deborah tersenyum mengerti.

"tapi jika ada masalah atau seseorang mengganggu mu, bisa kau sampaikan padaku sebelum tuan Dylan tahu. atau dia akan murka." Deborah berpesan karena tahu betul sifat Dylan. hampir mirip dengan adik dari tuan Christian yaitu Theodor. tenang, namun mematikan saat emosi.

"tentu. Terima kasih sudah memperdulikan ku nyonya. kalau begitu aku permisi." pamit Jesselyn, Deborah hanya tersenyum tipis. sejujurnya dia enggan ikut campur kedalam permasalahan pribadi. tapi apa daya, staf magang itu adalah istri dari pemegang saham ketiga setelah Alya dan Christian.

***

"Dylan hentikan! kau bisa membunuhnya." teriak Jesselyn berusaha menghentikan kemarahan suaminya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!