#3

"Jangan pergi! " Teriak Jesselyn terbangun dari tidurnya. Keringat membasahi keningnya, ia paling benci saat mimpi buruk itu kembali menghantuinya.

Ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Hidup mandiri di negara orang sudah menjadi makanan sehari-hari Jesselyn.

Dering ponsel Jesselyn membuyarkan lamunannya. Ia mengangkat panggilan dari sang mommy.

"Ya mom,,, " Menyahuti dengan malas, Jesselyn akan mendengar ucapan ibunya yang sama persis tidak kurang atau lebih setiap kali menelepon.

"Kau sudah minum obat sweety? Jangan lupakan obatmu ok! Makanlah dengan teratur, pergi shopping saat senggang." Ujar Anandya. Jesselyn memutar bola matanya jengah namun tetap menghargai perhatian Anandya.

"Ok mom. " Jawab Jesselyn patuh. Ingin rasanya Jesselyn menghindari satu kali saja percakapan mereka di pagi hari. Anandya menghubungi putri tunggalnya dua kali sehari layaknya jadwal check up rutin.

"Mom akan mengunjungi uncle mu di istana, kau harus datang ke acara pertunangan Sovia minggu depan Jessie. Ingat baik-baik jadwalnya, atau uncle akan kecewa padamu." Yang di maksud Anandya adalah putri dari pangeran Gustav garis keturunan ketiga kerajaan.

Kabarnya Sovia akan bertunangan dengan pengusaha mapan dari Rusia. Mereka terlibat cinta lokasi di acara amal tahunan untuk korban perang. Itu yang Jesselyn dengar dari cerita sang ibu.

"Aku tidak bisa janji mom, tapi aku usahakan. Tugas kampusku semakin banyak apa lagi aku harus magang." Ujar Jesselyn. Terdengar helaan nafas di sebrang sana.

"Baiklah, mommy harap kamu hadir. Sudah dulu kami harus berangkat sekarang. Love you Jessie. " Pamit Anandya menutup sambungan.

Setelah sarapan dan mempercantik penampilannya, Jesselyn bersiap untuk pergi ke kampus. Hari ini Jesselyn menerima surat rekomendasi untuk magang di salah satu perusahaan.

Jesselyn masih sering berhubungan dengan Versace. Wanita itu sudah menikah dan tinggal di Norwegia. Mungkin sudah saatnya Jesselyn mengunjungi keponakan kecilnya jika pulang ke rumah nanti.

"Hai Jessie,,, " Sapa salah satu mahasiswa, Jessie hanya membalas dengan senyum tipis.

Di Universitas Jessie menjadi sangat populer. Bukan hanya karena paras, melainkan sikap lembut dan pendiam, prestasi dan kisah hidup penuh misteri. Tidak ada yang tahu bahwa dirinya merupakan bagian keluarga kerajaan salah satu negara di Eropa. Orang mengenalnya sebagai foreign berasal dari India.

Jesselyn meneruskan kuliahnya di London School of business and finance. Dan ia berada di tahap akhir sebelum wisuda. Hanya perlu menyelesaikan sesi magang untuk mengisi tesis. Usianya kini menginjak dua puluh empat. Kejadian empat tahun lalu tidak menjadikan Jesselyn pribadi penakut. Bahkan dirinya selalu berlatih bela diri dan menembak sebagai bentuk perlindungan.

Satu tahun sudah Jesselyn mengantungi surat izin kepemilikan senjata api atas rekomendasi kerajaan. Uncle Gustav bahkan membelanya di hadapan daddy dan mommy.

Urusan administrasi Jesselyn selesaikan, ia bergegas pergi menuju tempat magangnya. Mengendarai Bentley flying spur hybrid hitamnya, Jesselyn membelah jalanan kota London dengan perasaan antusias. Ia tak sabar bisa bekerja di perusahaan besar milik pengusaha asal Prancis.

"Selamat siang, aku Jesselyn Carl peserta magang dari LSBF. Dimana aku bisa menemui HRD? " Tanya Jesselyn ramah dan sopan.

Petugas penerima tamu tampak terpaku menatap kecantikan Jesselyn. Meski hanya mengenakan Camisol putih berbalut blazer dan rok span berwarna hitam, Jesselyn tampak anggun layaknya bangsawan.

"Silahkan naik ke lantai tiga nona, ruangannya berada di Koridor sebelah kanan. " Kata petugas memberi petunjuk.

"Baik, Terima kasih nona. " Ucap Jesselyn seraya tersenyum simpul.

Sementara itu para staf di buat heboh oleh kehadiran keponakan pemilik perusahaan. Kabar burung mengatakan dia datang untuk bersenang-senang di saat suasana hatinya kacau-balau.

Wajahnya tetap baby face meski menginjak usia dua puluh tujuh. Kadang sang bibi begitu kerepotan menghadapinya. Bagaimana tidak, banyak rekan bisnis maupun kolega memintanya menjodohkan putri mereka dengan keponakan tampannya.

"Dy, liftnya! " Teriakan sang sahabat mengingatkan mereka untuk segera mengejar pintu yang hampir tertutup.

Berlari cepat merupakan keahliannya, pria bertubuh tinggi dan punggung lebar itu berhasil masuk ke dalam lift. Sementara sahabatnya harus rela tertinggal.

Jesselyn mengerutkan keningnya mendengar suara berisik di sebelah. Setelah terdiam sejenak, Jesselyn mengangkat bahu acuh, ia menekan tombol lantai tujuan.

"Selamat pagi nyonya. " Sapa Jesselyn santun, kepala bagian SDM menerima jabatan tangannya. Mempersilahkan Jesselyn duduk.

"Selamat datang di OCompany nona Jesselyn, kami merasa terhormat menerima anda sebagai staf magang di perusahaan." Dari caranya berbicara, Jesselyn menebak pihak kampus membocorkan identitas rahasianya.

"Terima kasih, mohon bimbingannya nyonya." Balas Jesselyn merendah. Bukan karena background keluarga Jesselyn dirinya memuji. Melainkan prestasi akademik Jesselynlah yang menjadi acuan.

"Baik, aku akan mengantar nona ke ruang kerja anda. Mari. " Ajaknya, Jesselyn mengangguk kemudian mengekor di belakang wanita bertubuh tambun bernama Debora.

Mereka masuk kembali ke dalam lift menuju lantai sepuluh dimana ruangan para staf berada.

"Nona, anda bertugas di bagian keuangan. Para senior akan memberi arahan bagaimana cara kerjanya. " Miss Debora menunjuk kursi milik Jesselyn di salah satu cubicle, di lengkapi macbook untuk keperluan pekerjaan.

"Terima kasih nyonya. " Ucap Jesselyn. Jesselyn memperhatikan sekeliling dimana para staf senior tengah fokus bekerja.

"Anda bisa memulainya besok nona, namun jika anda ingin melihat-lihat kantor kami tak masalah. " Ujar Nyonya Deborah yang mengerti tujuan Jesselyn magang, menyelesaikan tugas akhir yaitu membuat tesis.

"Tentu nyonya, sekali lagi terimakasih kasih." Jesselyn mulai duduk di kursinya setelah Deborah meninggalkan ruangan itu.

"Hey, anak magang... " Seseorang memanggil Jesselyn, merasa hanya ada dirinya yang bergelar anak magang Jesselyn lantas mendongak ke arah depan.

"Ya, ada yang bisa ku bantu? " Tanyanya antusias.

"Banyak, tolong kau antarkan laporan keuangan mingguan ke kantor sekretaris pimpinan. " Dengan ragu Jesselyn msnerima beberapa map.

"Aku belum tahu dimana letaknya,,, " Keluh Jesselyn menunggu informasi.

"Naik saja ke lantai sebelas, kau akan menemukan meja sekretaris tepat di sebelah lift. " Tukasnya menjelaskan. Jesselyn paham, ia segera pergi ke tempat tujuan.

Ini tugas pertamanya, dan Jesselyn tidak boleh gagal dalam melaksanakan pekerjaan sederhana itu. Sayangnya Jesselyn harus di hadapkan oleh situasi tak terduga saat tiba di sana nanti.

"Permisi nona, aku mengantar laporan mingguan dari bagian keuangan. " Menghampiri meja salah satu sekretaris pimpinan, Jesselyn menyodorkan map tersebut.

"Kau anak magang bukan? " Tanyanya memastikan, Jesselyn mengangguk seraya tersenyum.

"Kami semua sedang sibuk, kau bisa masuk dan memberikannya langsung pada pimpinan. " Wanita berkulit eksotik di hadapan Jesselyn menunjuk ke arah pintu.

Jesselyn mengikuti perintah yang ia berikan. Meski gugup Jesselyn berusaha tetap tenang. Mengetuk pintu, menunggu izin dari orang yang berada di dalam untuknya masuk.

"Masuk! " Perintahnya.

Alis Jesselyn saling bertaut mendengar suara wanita. Jesselyn pikir dia akan bertemu dengan CEO muda.

Ketika melangkahkan kakinya masuk, Jesselyn melihat ada wanita awet muda di umurnya tak lagi muda duduk di kursi kebesaran. Di sofa ada seorang pria menatap ke arahnya, mungkin usia mereka tidak begitu jauh.

"Maaf nyonya, aku membawa laporan keuangan mingguan. " Berdiri tegap, Jesselyn harus menunggu aba-aba untuk mendekat.

"Kemarilah, aku tahu kau anak magang." Pintanya pada Jesselyn untuk menghampiri mejanya. Jesselyn membaca sekilas papan nama akrilik bertuliskan 'Alya Christian'. Artinya nyonya Alya adalah istri dari pemilik perusahaan.

"Ini nyonya. " Jesselyn memiliki gerak tubuh elegan sejak dulu, dan itu berhasil membuat Alya takjub.

"Terima kasih. " Ucap Alya. Jesselyn mengangguk tersenyum simpul. Paras istri presdir begitu mengagumkan pikir Jesselyn.

"Kalau begitu saya permisi nyonya. " Pamit Jesselyn undur diri. Belum sempat ia berbalik Alya menghentikannya.

"Tunggu, siapa namamu nona? " Entah sihir apa yang Jesselyn pancarkan hingga Alya begitu terpukau, ingin tahu banyak tentang gadis itu.

"Jesselyn nyonya, anda bisa memanggilku Jessie. " Jawab Jesselyn, tutur katanya selalu lembut memanjakan siapa saja yang menjadi lawan bicaranya.

"Tidak kah kau mau menunggu sebentar Jessie? Keponakan ku sedang mengambil barang di mobil, aku ingin mengenalkannya padamu. " To the point, Alya yakin keponakan menyebalkannya akan jatuh hati pada Jesselyn.

Jesselyn dan pria yang duduk di sofa sama-sama memandang Alya bingung. Namun sejurus kemudian Jesselyn segera sadar.

"Ah maaf nyonya, ini hari pertamaku bekerja. Aku tidak bisa merusak kepercayaan senior ku, mereka terlihat sibuk dan aku ingin sedikit membantu." Tolak Jesselyn secara halus. Alya bukan tersinggung, justru dia tersenyum mengerti.

"Baiklah, kau boleh kembali. Mungkin lain kesempatan saja, ok? " Todong Alya. Jesselyn hanya tersenyum menanggapinya.

"Aku permisi nyonya. " Dan Jesselyn benar-benar pergi dari ruang kerja Alya.

ketika Jesselyn masuk ke dalam lift, seorang pria tampan dengan senyum manis baru saja keluar di sebelahnya. langkah tegapnya menggema mengisi koridor sunyi di jam kerja.

ceklek...

Tangannya mendorong handle pintu, dia yang memiliki mata sedikit sipit semakin memicing mengamati raut sang bibi.

"auntie Al, apa ada tender besar yang kau dapatkan? wajahmu berseri-seri sekali." Mendekati sahabatnya yang fokus mempelajari berkas, dia mendaratkan bokongnya di sofa sebrang.

"aku menemukan yang cocok untuk mu Dy, dia bagaikan berlian yang tertimbun ratusan tahun. " Nada suara Alya terdengar antusias, dan Lim Dylan paham maksud dari ucapan bibinya.

"oh come on auntie, bisakah kau berhenti? aku sedang tidak berminat ok! " jika biasanya Alya hanya menggoda Dylan saat para gadis mengantre untuk mendapatkannya, kali ini bibinya malah mendorong Dylan untuk mencoba.

"Tanya saja pada temanmu! dia bahkan tidak berkedip sejak gadis itu masuk. " seloroh Alya.

Dylan menatap tajam ke arah depan, sangsi akan pernyataan Alya. "bibimu benar Dy, dia wow sekali. " Ungkapnya.

"Auntie Al, Jay itu buta terhadap apapun soal wanita. dia menganggap semua wanita cantik, karena Jay tidak bisa jatuh cinta sejak kejadian itu. aku meragukan penilaiannya kali ini." Sanggah Dylan.

"Hey dude, bukankah kau lebih parah dariku?" serang Jay tak Terima. Dylan mendengus kesal kala sang sahabat mulai menyinggung masalah pribadinya di depan keluarganya.

Alya hanya mampu menggelengkan kepalanya pusing melihat perdebatan itu. sementara Dylan beranjak untuk menghampiri bibinya.

"aku pulang, mommy sudah menunggu di apartemen ku." Mengecup pipi kiri Alya, Dylan membiarkan Jay menetap untuk mengurus sisa pekerjaannya.

Jesselyn Carl

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!