NIKAHI AKU TUAN!

NIKAHI AKU TUAN!

Part 1

"Tuan Muda, kantor cabang sedang mengalami masalah Tuan, "ujar Alex pada Tuannya.

Seorang pria yang tengah duduk menatap tembok itu memutar kursinya dan menatap asistennya dengan dingin.

Pria itu adalah William Bavers, seorang CEO Bavers Company. Sebuah perusahaan raksasa yang memiliki banyak cabang baik dalam negeri maupun luar negeri.

"Apa ini juga ulah Paman Erick? "tanya William.

"Saya tidak tahu persis Tuan Muda, hanya saja sepertinya pelaku dari masalah ini sulit untuk kita temukan, "jabar Alex.

William terdiam. Tangan pria itu mengetuk meja berkali-kali selama beberapa saat.

"Tidak ada yang sulit di tangan William, Aku akan turun tangan untuk menyelidiki semua ini. Dan tugas kamu disini untuk memastikan Semu orang tidak tahu keberadaanku, sampaikan saja jika Aku akan keluar negeri, "ujar William.

"Baik Tuan, Saya akan menjalan tugas ini sebaik mungkin, "balas Alex.

"Hem."

***

"Mas Yoga dimana ya? Kenapa tidak datang-datang, "gumam Anindya.

Seluruh tamu undangan dan penghulu yang tengah duduk didepannya terlihat sudah tidak sabar menanti mempelai pria.

Jika pernikahan biasanya mempelai pria yang menunggu mempelai wanitanya, namun kini Anindya justru harus menunggu Yoga, calon suaminya yang tadi katanya mau kebelakang namun hampir satu jam berlalu belum juga kembali.

"Mba Anin, ini sudah sangat lama. Saya juga harus menikahkan pasangan pengantin lainnya, "ujar penghulu itu.

"Sebentar Pak, sebentar lagi. Saya akan ke dalam untuk memanggil Mas Yoga, "ujar Anindya.

"Baiklah, jangan lama-lama ya Mba Anin, "ucap penghulu itu diangguki Anindya.

Gadis berbalut kebaya itu melangkah kebelakang untuk mengecek keberadaan Yoga.

tok tok tok

"Mas Yoga, sudah belum buang airnya? Penghulunya sudah lama menunggu Mas, "ucap Anindya.

tok... tok... tok.

"Mas...Mas Yoga, "panggil Anindya.

merasa tidak ada sautan dari dalam. Anindya memberanikan diri untuk membuka pintu kamar mandi tersebut.

"Loh kok gak ada, Mas Yoga kemana? "ucap Anindya.

Gadis itu menutup kembali pintu kamar mandi lalu melangkah menuju ruang lainnya untuk mencari keberadaan Yoga.

Sampai ketika kakinya tepat di depan kamar miliknya sayup -sayup Anindya mendengar suara desahan dan erangan dari dalam.

"Itu suara apa ya? "gumam Anindya.

Anindya mendekatkan telinganya untuk memastikan siapa yang dengan berani masuk ke dalam kamarnya.

"Itu suara orang, "gumamnya lagi.

Merasa penasaran dengan sosok pemilik desahan dan erangan itu, Anindya memegang handle pintu kamarnya dan mendorongnya.

Ceklek

"M-mas Yo-ga."

Suara Anindya tercekat saat melihat pemandangan menyakitkan di depannya. Dada Anindya bergemuruh dengan cepat saat melihat bagaimana Yoga menggeram kenikmatan di atas tubuh polos seorang wanita.

"Apa-apaan ini? "ucap Anindya mengigit bibirnya miris.

Dikala ia menanti Yoga untuk mengucapkan ijab kabul. Anindya justru harus menyaksikan adegan ranjang antara calon suaminya dan sahabatnya dan lebih menyedihkannya itu di dalam kamar yang ia dekor untuk malam pertamanya.

"Mas Yoga! "teriak Anindya dengan wajah merah dan air mata yang sudah berkucuran deras.

Yoga yang sedari tadi tengah memompa tubuh Anes seketika berhenti saat mendengar teriakan seseorang.

"An-anindya, "panggil Yoga terbata.

Pria itu hendak menjauh dan ingin melepaskan penyatuan nya dengan Anes. Namun tiba-tiba wanita yang tadi ada dibawahnya itu justru merengkuh tubuh Yoga hingga kini milik pria itu semakin dalam.

"Maaf Anin, Aku dan Mas Yoga tidak sanggup menahan diri lagi sehingga melakukannya disini, "ucap Prita tidak tahu malu bahkan wanita itu terlihat mulai menggerakkan pinggulnya membuat Yoga kembali hilang kendali.

"Kalian memang br*ngsek,"umpat Anindya.

Gadis berkebaya itu berjalan keluar kamar, bukan untuk kabur melainkan ia melangkah menuju dapur lalu mengambil satu wadah besar minuman lemon yang niatnya akan disajikan pada tamu-tamu.

Sebelum melancarkan aksinya tidak lupa Anindya menutup pintu dan menguncinya. Kakinya terus mendekati ranjang menatap penuh amarah dua insan tidak tahu diri yang sedang mencari kepuasan itu.

Cekrek. Cekrek.

Dengan kameranya Anindya memotret pemandangan menjijikan antara Yoga dan Anes. Dan barulah tangan gadi itu mengangkat wadah untuk menyiram keduanya.

Byur.

"Akhhh, Anindya apa yang kamu lakukan, "teriak Prita.

"Apa hah apa? seharusnya Aku yang bilang apa yang kamu lakukan di dalam kamarku j*lang,"maki Anindya.

Gadis berkebaya itu menjambak rambut Prita dengan keras hingga tubuh polos Prita terjungkal di atas lantai.

Tidak hanya itu, Anindya juga menampar berulang kali pipi mulus Anes hingga napasnya memburu.

"Akhhh, Mas Yoga tolong Aku. Hentikan perempuan ini, "teriak Prita meminta bantuan Yoga.

Yoga yang sedari tadi diam karena kaget dengan kebrutalan Anindya gegas meraih celana boxernya dan mendekati kedua wanita yang saling menjambak itu.

"Kamu kesini maka anu mu habis Yoga, "ancam Anindya memperlihatkan gunting.

Glek

Yoga menatap ngeri dengan ancaman Anindya, namun melihat kondisi Prita yang mengenaskan membuat pria itu tidak tega.

"Anin kamu jangan nekat, mari kita bicarakan baik-baik Sayang,"ujar Yoga memohon.

"Cuih, Jangan panggil Aku sayang. Kamu sudah tidak pantas lagi, Yoga. Dan tenang saja, Aku tidak akan membunuh j*langmu ini, hanya ingin memberi sedikit pelajaran saja padanya, "ucap Anindya.

Prita beringsut mundur. Tubuhnya gemetar, ia takut Anindya akan berbuat nekat dan melukai tubuhnya.

"Anin, kamu bisa dipenjara jika membunuhku Anin, "ucap Prita gemetar.

"Siapa juga yang mau membunuhmu, Aku hanya ingin menghukum j*lang sepertimu saja, "ucap Anindya.

"Akhh... "

Prita memekik saat rambut panjangnya di tarik dan secara asal dipotong oleh Aindya menggunakan gunting.

"Mas Yoga tolong Aku, Mas. "teriak Prita.

Namun Yoga hanya diam saja, karena sebagai sosok kekasih Anindya, Yoga tahu betul jika gadis itu sudah marah maka siapapun sulit mencegahnya.

"Mas, Akhh..."

"Kamu memang perempuan kasar, "teriak Anes dengan keadaannya yang sudah sangat kacau.

"Dan kamu adalah j*lang rendahan, dan sangat menjijikan, Prita."

Anindya melangkah meraih pakaian milik Anes dan Yoga kemudian melemparkan pakaian itu tepat di wajah keduanya.

Plak plak plak plak

Anindya masih menyempatkan diri untuk menampar Yoga bolak balik hingga cap tangan miliknya melekat pada pipi pria itu.

"Kenakan pakaian kalian dan keluar dari kamarku, sekarang, "ucap Anindya melipat kedua tangannya.

"Tapi Anin, lihat karena perbuatanmu membuat Prita begitu mengenaskan. Di luar sana pasti banyak orang, tolong jangan permalukan kami, "mohon Yoga.

"Kalian masih punya urat malu rupanya! Kamu sungguh pria tidak tahu malu Ga, sudah untung Aku masih memberi kesempatan kalian untuk mengenakan baju dan mengunci pintu agar sedikit menutup aib kalian. Tapi dengan tidak tahu malunya, Kamu masih memintaku untuk melakukan hal lebih, sungguh kamu pria paling gila yang pernah Aku temui, Ga, "ujar Anindya dengan mata tajamnya.

"Tapi Anin... "

Ceklek

Anindya membuka pintu kamar itu dan berkata.

"keluar sekarang dari kamar dan rumahku, jangan sampai Aku membunuh kalian berdua di kamar ini, "ancam Anindya.

Prita dan Yoga tidak bisa berbuat lebih, walaupun Anes terus menolak namun karena Yoga yang tahu jika Anindya tidak akan main-main dengan ucapannya menarik Anes keluar kamar itu.

"Ya ampun, bukannya lelaki itu calon mempelai prianya ya. Kenapa penampilannya sangat kacau dan lihat dia bersama wanita yang keadaannya sangat mengenaskan, "celetuk tamu undangan menatap Yoga dan Anes.

Malu karena saat keluar kamar ternyata banyak orang yang berdiri disana kemungkinan karena suara gaduh yang ada di dalam kamar Anindya.

Yoga dan Prita hanya bisa mempercepat jalan mereka lalu keluar dan masuk ke dalam mobil Anes.

Brak.

Brum.

Prita menatap penuh dendam rumah sederhana Anindya.

"Aku tidak akan tinggal diam saja Anin, "gumam Prita.

Sementara itu Anindya tengah mengatur napasnya sebelum keluar kamar dan meminta maaf kepada penghulu dan tamu undangan karena ia telah membatalkan pernikahannya.

"Maaf pak penghulu dan seluruh tamu undangan, karena ada sedikit masalah jadi pernikahan ini Saya batalkan, "ujar Anindya dengan senyum yang ia paksakan.

Bisik-bisik mulai terdengar dari tamu undangan tersebut.

"Untuk Pak penghulu uang pembayaran akan tetap Saya lakukan, walaupun acara ini batal, "ucap Anindya mengulurkan amplop berisi uang.

"Baik Mba Anin, jika begitu Saya pamit,"ucap penghulu itu melangkah pergi meninggalkan rumah sederhana Anindya.

Begitupun dengan para tamu yang terdiri dari tetangga-tetangga gadis itu.

Setelah semua orang pergi, kini keadaan rumah Anindya yang tadinya ramai berubah menjadi sepi.

Bruk.

"Susah payah Aku menyiapkan acara ini, begitu lama Aku menabung untuk pesta pernikahan sesuai adat di sini. Namun semuanya sia-sia, hiks... hiks. "

***

TBC

hallo jumpa lagi dengan Author Duyung Indahyani dengan karya terbarunya ini. Selamat menikmati. Jangan lupa follow Instagram Othor ya @duyung_indahyani123

Terpopuler

Comments

alexsander

alexsander

anis apa prita sih..

2024-02-05

0

Ira

Ira

Penghianatan adalah hal yang paling sakit sih, di banding luka 🥲

2023-11-06

0

Almora

Almora

Lanjut,

2023-07-01

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!