Part 13

"Kamu tahu akan kesalahan yang telah kamu buat?"

Anindya menganggukkan kepalanya pada manajer itu, lalu mengakui kesalahannya. Satu hal yang perlu dilakukan saat di depan atasan yaitu meminta maaf dan mengakui kesalahan agar meminimalisir terjadinya pemecatan.

Seharusnya office girl tidaklah masuk dalam urusannya. Namun, karena amanat dari William membuat manajer itu, mau tidak mau harus turun tangan.

Walaupun pria itu meninggalkan Anindya, namun bukan berarti William akan lepas tangan begitu saja. Dia akan terus memantau dan mengawasi

"Saya tidak melarang segala sikap kamu, tapi kamu telah berbuat onar di area kantor itu yang Saya permasalahkan,"lanjut manajer itu.

"Maafkan Saya Pak, kedepannya kalau mau bertengkar di luar perusahaan,"ucap Anindya dengan kepala masih menunduk.

Manajer itu terperangah mendengar ujaran Anindya itu. Dia kira, gadis di depannya itu akan berhenti memikirkan bagaimana melawan para wanita-wanita tadi. Namun, Anindya justru mengatakan akan mencari tempat lain untuk meladeni Yuri dan Prita.

Manajer itu mengurut pelipisnya saat melihat semangat Anindya kala membahas akan melakukan pembalasan pada Yuri dan Prita.

"Sudah-sudah, pusing saya berhadapan dengan kamu. Sekarang keluar ruangan Saya,"ucap manajer itu.

"Loh Saya nggak dipecat Pak?"tanya Anindya sambil menatap manajer itu.

"Kamu ingin dipecat?"balas manajer dengan tag name Andreas itu.

"Tidak Pak, tidak mau. Kalau begitu saya pamit keluar Pak, terima kasih tidak memecat Saya,"ucap Anindya senang.

Gadis itu memutar tubuhnya lalu berjalan dengan cepat meninggalkan ruangan Andreas yang tengah menatap punggung Anindya dengan segala pikiran rumitnya.

"Entah ada hubungan apa antara CEO dengan gadis unik itu,"gumam Andreas.

Anindya berjalan menuju pantry perusahaan. Disana beberapa rekannya termasuk Monic telah menunggu gadis itu.

"Gimana, Nin?"tanya Monic

"Kamu nggak jadi dipecatkan?"lanjut gadis itu lagi.

Anindya berjalan santai melewati mereka lalu berkata dengan jumawah.

"Nggak dong, Anin kali ini beruntung."

"Syukur deh, kirain mau dipecat. Ikut takut soalnya kalau kamu dipecat,"celetuk Monic.

"Lah, takutnya kenapa?"tanya balik Anindya.

"Soalnya kamu kalau pengangguran, ngerepotin pakai banget,"canda Monic.

"Dasar sahabat l*cnut."

Ucapan Monic itu tidaklah benar, walaupun memang benar jika Anindya menganggur. Gadis itu akan stand by di rumah Monic dan terkadang memberi ide gila agar Monic membolos.

Hari ini cukup sudah, masalah Yuri dan Prita yang mendatangi kantor dimana Anindya bekerja telah usai untuk. Ya, hanya untuk hari ini. Entah hari selanjutnya akan ada apa yang menunggu Anindya.

Karena seorang Yuri tidak akan terima begitu saja direndahkan oleh mantan calon menantunya, begitu pula dengan Prita yang tidak ingin kalah dari Anindya.

 Setelah keributan itu usai Anindya dan yang lainnya kembali menyibukkan diri mereka dengan tugas masing-masing. Sampai di sore hari dimana semua staf kantor untuk pulang.

Begitupula dengan Anindya, gadis itu terlihat baru saja sampai di rumah kecilnya. Sepi, dan hanya ada tetangga julid yang selalu menunggu Anindya untuk dijulidi olehnya.

"Kasihannya ya, baru nikah udah ditinggal saja,"julid Laksmi.

Anindya yang terlalu lelah bekerja seharian ini, terlihat tidak bernafsu melayani kejulidan Ratna.

Gadis itu memilih gegas memasuki rumahnya dan mengunci pintu rapat-rapat.

Langkah kaki gadis itu berjalan menuju kamarnya, dilihatnya selimut yang pernah ia berikan pada William saat pria itu tidur di luar.

Dihirupnya dalam-dalam aroma wangi William yang masih melekat disana.

"Sepertinya Aku memang sudah jatuh cinta padanya, tapi bagaimana dengan dia? Aku takut dia tidak pernah memiliki perasaan yang sama,"gumam anindya.

Sikap William padanya selalu sama, sedari awal mereka bertemu hingga menikah. Bicara jika perlu, dan rasanya Anindya tidak pernah merasa jika pria itu memiliki perasaan padanya.

Terlalu misterius bahkan sangking misteriusnya membuat Anindya sulit mendekati apalagi mengenalnya lebih dalam.

***

#Bavers Group.

Sementara itu William yang tengah berada di ruangannya terlihat mengulas senyuman kecilnya setelah pria itu mematikan sambungan teleponnya.

Dia baru saja menyelesaikan rapat bersama para petinggi perusahaan perihal kebocoran data di perusahaannya. Lalu saat rapat itu selesai, William justru mendapatkan laporan dari manajer perusahaan cabang mengenai Anindya yang terkena masalah.

Dengan segera ia meminta Andreas menanganinya, dan memastikan jika Anindya tidak apa-apa. Namun, kabar selanjutnya yang ia dapatkan justru tentang keberanian Anindya melawan Yuri dan Prita.

Sebenarnya manajer yang bernama Andreas adalah orang yang William pinta untuk mengawasi Anindya saat di kantor dan terus memberikan laporan kepadanya.

"Aku sedikit lega, dia memang selalu bisa diandalkan"gumam William.

Tadinya dia takut, jika Anindya adalah sosok yang lemah. Membuat pria itu ragu untuk membawanya. Namun siapa sangka, Anindya diluar ekspektasinya, membuat William bisa bernafas lega.

Pria itu berjalan mendekati meja kerjanya dan kembali menyibukkan dirinya dengan tumpukan berkas itu. William pikir, ia harus segera menyelesaikan masalah yang tengah terjadi di perusahaannya dan pulang ke desa untuk menjemput Anindya.

Sayangnya, setelah semua berkas ia pelajari. Masalah di perusahaan pusat semakin terlihat di bagian lainnya.

"Tuan, sepertinya Anda tidak bisa meninggalkan perusahaan dalam jangka waktu dekat,"celetuk Alex.

William menganggukkan kepalanya, yang dikatakan Alex itu benar adanya. Dia pergi ke perusahaan cabang selama satu bulan namun Wanda sang ibu tiri itu sudah berbuat ulah.

Ingin sekali pria itu mengusir Wanda, namun wanita itu terlalu manipulatif sehingga Papa-nya William mudah sekali ditipunya.

Jika saja William tidak menimbang akan Papanya, sudah dari awal saat Wanda menginjakkan kakinya mengatas namakan sahabat almarhum Mamanya, saat itu juga William ingin mengusir wanita itu.

"Dimana wanita itu?"geram William mengingat sosok Wanda.

"Seperti biasa, Nyonya bersembunyi dibalik kasih sayang Tuan,"ujar Alex.

"Berhenti memanggilnya Nyonya, Alex! Nyonya Besar Bavers hanya satu yaitu Mamaku, Nyonya Anastasia!"hardik William.

"Maaf Tuan Muda,"balas Alex patuh.

William hanya terdiam, terlalu malas baginya untuk melanjutkan pembicaraan jika membahas Nyonya Besar Bavers.

"Jika dalam waktu dua hari, masalah ini belum selesai. Kamu kirim seseorang untuk menjemput Anin,"titah pria itu.

"Maksudnya, Nona Anindya, istri Anda?"

"Hem."

"Baik, Tuan."

William kembali menyibukkan dirinya dengan tumpukan berkas. Anindya adalah tanggung jawabnya, sebagai pria beristri. William tidak akan membiarkan Anindya hidup di pedesaan terus menerus sedangkan ia di kota dengan hidup nyaman.

Oleh karena itu. William pikir jika ia tidak bisa maka orang-orangnya lah yang akan menjemput gadis itu.

"Apa Aku sudah mulai menyukainya, kenapa Aku tidak sabar menunggu gadis itu tiba di di depanku. Dan bagaimana reaksi Anin saat melihat suami office boy-nya menjelma sebagai pria tampan ini?"gumam William membayangkan reaksi Anindya.

***

TBC

Terpopuler

Comments

Lilis mulyati

Lilis mulyati

smoga smua kbusukan ibu trimu clat terungkap dan kau bsa membawa anin kedpan papamu sbgai mnantunya dan mndepak ibu trimu dri rmah ayahmu.aq ykin jka ibu tirimu msih disitu hdup anin akan hncur krna ditindas olh ibu dirimu itu

2023-08-02

1

الفريزة

الفريزة

oke Thor.. lanjut,🥰

2023-08-02

0

ardiana dili

ardiana dili

lanjut

2023-08-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!