Tujuh Tahun Pernikahan
Tujuh tahun pernikahan.
...🍀🍀🍀...
PLAK!
''Dasar menantu nggak tau di untung! Sengaja kamu permalukan saya, iya!'' Bentak wanita paruh baya dengan marah, sambil menampar menantunya.
''Nggak Bu, Dira nggak bermaksud seperti itu.''
''Terus kenapa kamu belum hamil juga sampai hari ini hah! Kamu senang Ibu jadi bahan tertawaan oleh teman-teman Ibu!'' Bentaknya, sambil menjambak rambut Nadira.
''Aahh ... Bu, Dira nggak sengaja ketemu Ibu sama teman-teman Ibu. Ampun Bu ...''
''Eehh! Dasar menantu nggak guna! Kenapa kamu nggak cerai saja sama anakku hah!''
''Bu, Dira mohon lepaskan Bu ... ini sakit.''
BRUG!
Bu Mumun langsung mendorong Nadira ke lantai dengan kasar, ia marah karna sampai hari ini menantunya belum kunjung hamil. Terlebih tadi ia bersama teman-teman tengah arisan dan Nadira tiba-tiba datang yang mana membuat ia jadi bahan tertawaan oleh teman-teman arisan nya karna sampai hari ini Nadira belum kunjung hamil.
''Denger ya Dira, saya nggak mau tau! Pokonya kalau kamu belum hamil juga. Biarkan Edgar menikah lagi, atau ceraikan saja Edgar! Aahhh ... sialan.''
BUGH!
Teriaknya dengan marah sambil menendang Nadira sebelum pergi keluar dari rumah, sementara Nadira menangis dalam diamnya ... ia sudah biasa dengan perlakuan mertuanya yang selalu mendiskriminasi dan menyiksa dirinya dari fisik mau pun batin.
Hisk ... Hanya sebuah tangisan yang bisa ia keluarkan, karna ia tidak bisa melawan mertuanya.
•
•
•
''Mang, Ini bawang merah beli lima ribu saja. Trus ini kangkungnya satu iket, jadi berapa?'' tanya Bu Mumun dengan ketus, karna masih sangat kesal pada menantunya.
''Delapan ribu, ceu.''
''Bu Mumun, kemana aja?'' Panggil seseorang dari belakang.
Bu Mumun menoleh dan langsung tersenyum. ''Eh, Bu Ai ... kemana aja?'' Tanya Bu Mumun dengan ramah, sampai-sampai ia lupa jika dirinya sedang kesal.
''Nggak kemana mana, Bu. Baru pulang dari Jakarta.'' Jawabnya dengan senyuman tak kalah ramah.
Bu Mumun berbalik tersenyum pada Bu Ai, lalu melirik gadis cantik di sebelah Bu Ai. ''Oh ... trus ini siapa Bu?''
Bu Ai melihat gadis di sebelahnya dan tersenyum. ''Bu Mumun itu gimana sih ... ini kan putri saya yang kerja di Jakarta, masa udah lupa.''
''Oalah ... cantiknya anak gadis mu, Bu Ai.'' puji Bu Mumun.
''He he he ... tentu saja dong Bu, dia ini 'kan kerja di Jakarta jadi model majalah ternama. Tentu harus cantik dong yaa.'' Terlihat jika Bu Ai membanggakan anak gadis nya.
''Apa kabar anak mu, Edgar? Udah punya anak sekarang ... sudah kali ya, soalnya setau saya pernikahan putra mu sudah tujuh tahun. Masa belum punya anak sih.''
Terlihat Bu Mumun langsung cemberut, mengingat tentang seorang cucu yang belum hadir di hidupnya.
''Belum Bu, kayanya mereka masih program deh.'' Bohongnya.
''Oalah, udah tujuh tahun masih program toh? nggak kelamaan itu, He he ... coba anak Ibu mau sama anak saya waktu dulu. Pasti sekarang Ibu Mumun udah gendong cucu,'' ujar Bu Ai dengan kekehan, mengingat jika dulu Edgar menolak anaknya secara terang-terangan.
''Yaa ... mau bagaimana lagi Bu, si Edgar kekeh pengen nikah sama si Nadira. Dari pada anak saya gila, ya mending saya setuju aja. Ribet urusannya jika menyangkut kebahagiaan anak.''
''Iya juga sih Bu, kita selalu mikirin kebahagiaan anak. Tapi anak belum tentu mikirin apa yang kita mau.'' Ucap Bu Ai, terselip ejekan di setiap kata katanya.
Bu Mumun hanya tersenyum getir seolah kemarahan yang baru saja meluap kini siap untuk menyembur kembali.
Mereka pun berbincang bincang, hingga Bu Mumun berpamitan karna sebentar lagi menantu keduanya Rima dan anak bungsunya Sandi akan datang. Dari tempat kang sayur hingga ke arah rumahnya, terlihat jika Ibu Mumun sedang menggerutu dengan hati yang sangat kesal. Hingga ia tidak menyadari sudah sampai di rumahnya dan langsung menaruh sayuran itu di meja dapur dengan kasar.
''Nadira ...'' Teriak Bu Mumun dari arah dapur, sambil berkacak pinggang.
''Iya, Bu.'' Jawab Nadira dari kamar, lalu menghampiri mertuanya.
''Ngapain aja sih! Di kamar ... melulu, mau Ibu tampar lagi kamu!''
Nadira langsung menggeleng.
''Udah beres kamu nyuci baju nya? jangan harap kamu bisa leha leha di rumahku!''
Nadira menunduk, ''Sudah Bu ... semua pekerjaan rumah sudah beres, tadi Dira di kamar solat dulu.''
Terlihat Bu Mumun berdecih tak suka ketika mendengar penjelasan menantunya. ''Solat apa udah siang begini! Alesan aja kamu, bilang aja kalau kamu itu leha leha di kamar sambil tidur tiduran.'' Sentaknya.
''Nggak kok Bu, tadi Nadira beneran solat.''
''Alah, bohong aja kamu bisanya! Kamu tau, gara gara kamu belum hamil hamil juga! Aku jadi bahan gunjingan para teman temanku yang sudah punya cucu!'' Sentaknya bersungut sungut.
''Maaf Bu.''
''Maaf, maaf! Itu saja yang keluar dari mulut busuk mu! Kupas semua itu dan langsung cuci! Setelah ini selesai, goreng ayam untuk makan Rima yang ada di dalam kulkas. Sebentar lagi Sandi dan Rima akan datang.'' Cetus Bu Mumun, lalu pergi dengan kesal.
''Baik, Bu.''
Nadira menuruti perkataan mertuanya, ia dengan cepat menggoreng ayam sambil mengupas sayuran. Ia tidak pernah mengeluh dengan sikap mertuanya yang selalu menyulitkan dirinya selama tujuh tahun pernikahan dirinya dan Mas Edgar.
Karna Nadira sadar diri akan kekurangan dirinya yang tidak bisa memberikan seorang anak sekaligus cucu untuk keluarga suaminya, untuk itu ... Nadira berpikir ia cukup beruntung karna suaminya tidak menceraikan dirinya karna tidak bisa mengandung.
Tak lama ketika Nadira bergelut dengan sayuran nya ... ketukan pintu membuat Nadira menghentikan kegiatan nya dan langsung berdiri untuk membuka pintu. Namun Bu Mumun dengan terburu buru melewatinya dari arah belakang hingga dengan sengaja menubruk Nadira sampai jatuh di lantai.
BRUUGH!
''Kalau jalan itu pakai mata! Buta kamu hah! Dasar wanita nggak punya rahim.'' Bentak Bu Mumun yang tidak memperdulikan Nadira, ia dengan semangat membuka pintu dengan cepat untuk menyambut menantu kesayangannya.
''Kalian sudah datang, Nak.''
''Asalamualaikum, Bu.''
''Walaikum'salam.'' Jawab Bu Mumun, memeluk menantu dan anaknya secara bergantian.
Nadira yang masih duduk di lantai lagi dan lagi hanya tersenyum, lalu berdiri sambil mengibaskan bajunya.
''Mbak Dira apa kabar?'' Rima menyapa Nadira dengan ramah.
''Baik, Rim.''
''Ini, ada oleh-oleh buat semua orang yang ada di rumah.'' Rima memberikan beberapa kantong di tangannya.
''Makasih Rim, udah repot-repot.''
''Sudah, biarkan itu di kerjakan oleh Dira. Kamu pasti capek 'kan Nak? Ayo ... ayo duduk dulu di kursi.'' Ajak Ibu Mumun dengan penuh kasih sayang.
''Dira, ambilkan minum untuk Rima dan Sandi.'' cetus sang mertua, sambil menubruk bahu Nadira.
Nadira mengangguk. ''Baik, Bu.''
''Mbak, sekalian cuciin buah yang baru aku bawa itu yaa. Sekalian sama apelnya juga.''
Nadira tersenyum getir namun mengangguk.
•
...🍀🍀🍀...
...LIKE.KOMEN.VOTE...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
𝒮🍷⃞⃟Ive•Сɛƨℓιɛα•ଓε🐬♀♛ƐꝈƑ⃝🧚
..
2024-03-02
0
mama siska
bagus KK cerita nya🤟🏽
2024-02-28
0
Anonymous
keren
2024-02-24
1