Petualangan Bima Pawitra
Ini adalah desa kecil yang di kelilingi oleh perbukitan, pemandangan yang indah sungguh menakjubkan bagi siapapun yang melihatnya. Flora dan faunanya masih berlimpah, nama desa ini adalah Desa Misterius yang sangat jauh dari perkotaan. Atau bahkan tidak mungkin akan ada yang tahu tentang desa ini, jumlah penduduknyapun hanya sekitar Seratus orang, dan tidak pernah berubah sampai hingga saat ini. Meskipun begitu orang-orang yang berada di desa Misterius sangat menunjung tinggi rasa persaudaraan, saling kerjasama bahu membahu dalam segala hal kegiatan yang ada di desa. Mata pencaharian penduduk desa Misterius adalah bertani dan berburu.
Di sore hari di atas bukit, ada hamparan tanah yang lumayan luas, di tengah-tengah hamparan tanah ada sebuah batu datar, dan di atas batu datar duduk seorang pemuda tampan berumur sekitar tujuh belas tahunan, duduk bermeditasi mata terpejam entah sudah berapa lama pemuda itu bermeditasi.
Sampai pada akhirnya ada seorang pria sepuh rambut yang sudah memutih semuanya, menandakan bahwa umurnya sudah berusia lanjut yang memanggilnya.
"Cepat bangun nak, meditasimu sudah selesai." Suara yang membangunkan penuh dengan wibawa serta kharisma.
Lalu secara perlahan-lahan. Pemuda itu membuka matanya, menarik napas dalam-dalam.. "Huuh... Kakek sudah berapa lama aku bermeditasi disini.?"
Yang di sebut kakek oleh pemuda itu tersenyum sambil mengulurkan buah kelapa muda yang ada di tangannya; "minum dulu nak, kita bicarakan dirumah lebih lanjut."
"Iya kek", pemuda tersebut langsung meminum air kelapa muda sampai habis, "sungguh menyegarkan...." gumamnya dalam hati pemuda itu.
"Mari kek.. kita kerumah". Ucapa sang pemuda sambil tersenyum.
Dua orang yang berbeda usia beriringan berjalan menuruni bukit dengan tujuan mereka tentu saja untuk kerumah sang kakek, beberapa saat kemudian akhirnya sampailah kerumah sang kakek, rumah sang kakek terlihat sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan bukan rumah tapi seperti gubuk dikarenakan rumah sang kakek sangat kecil, hanya ada tiga ruangan kecil, atap rumah terbuat dari daun rumbia. namun meskipun kecil tapi pekarangan rumahnya resik dan bersih. Di halaman depan ada berbagai macam pohon buah-buahan, sedangkan halaman belakang ada tanaman obat.
Kedua orang berbeda usia saat sampai kerumah langsung memasukinya, dan duduk di lantai yang sudah di lapisi oleh tikar yang sudah usang, karena sang pemuda tidak sabaran langsung bertanya kepada sang kakek; "kek sudah berapa lama aku bermeditasi di atas bukit..?"
"Nak, meditasimu sudah sepuluh hari, jadi menurut kakek sudah cukup untuk menyempurkan ilmu yang kakek turunkan padamu." Ucap Sang Kakek.
Sambil menganggukan kepalanya, sang pemuda berkata; "terimakasih kek atas semua pemberian kakek, aku Bima Pawitra tidak bisa membalas budi, semua kebaikan kakek."
Sang kakek hanya terkekeh mendengar perkataan Bima Pawitra yang sudah dianggap cucunya sendiri, karena semenjak kecil sang kakeklah yang merawatnya, "he..he..he.. Apa yang kamu bicarakan nak! kamu adalah cucu kakek jadi sudah sewajarnya apa yang kakek miliki maka akan kakek berikan."
Bima Pawitra hanya menundukan kepalanya, mendengar perkataan kakeknya.
Sang kakek kemudian melanjutkan perkataanya; "Nak dikarenakan kamu telah menyempurkan ilmu dari kitab itu, maka tugas kakek sudah berakhir dan sudah waktunya kamu kembali untuk menjalankan dan mengamalkannya."
Mendengar perkataan sang kakek, Bima Pawitra yang sedang menundukan kepalanya langsung tercekat kaget, "ap...apa yang kakek katakan, aku...aku tidak mau pergi kek, aku ingin menemani kakek.."
Sang kakek hanya menghela napas dia sudah tahu apa yang akan terjadi setelah mengucapkan kata-kata tadi.
"Dengarkan baik-baik apa yang akan kakek katakan padamu nak.!" ucap sang kakek
Bima Pawitra hanya mengangguk
Sang kakek kemudian melanjutkan perkataan setelah melihat reaksi cucunya. "Di dunia ini berpasang-pasangan; ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada hidup ada mati, ada pertemuan ada perpisahan. Semua itu tidak akan berubah sampai akhir zaman, jadi kakek berharap kamu mengerti apa yang kakek sebutkan tadi.
"Dan kenapa Kakek betkata seperti itu..?" ucap sang kakek
"Apa kek," Bima menyahutnya
"Begini nak. Setengah bulan yang lalu sebelum kamu melakukan meditasi di tahap akhir untuk menyempurnakan ilmu dari kitab itu, kamu menanyakan kepada kakek tentang jati dirimu yang sesungguhnya, sang kakek berhenti sesaat sambil memperhatikan cucunya yang tetap diam." kemudian sang kakek melanjutkan perkataanny, "kakek sudah memberi tahu siapa dirimu sesungguhnya, kakek menemukanmu di pinggiran sungai kemudian merawatmu dan sudah kakek anggap cucu sendiri. Meskipun kamu sudah di anggap cucu kakek sendiri, tapi kamu tetap harus pergi dari desa Misterius ini untuk menemukan orang tuamu."
Bima Pawitra mengangkat kepalanya, hatinya bergetar tanpa terasa di kedua matanya meneteskan air mata, meskipun dia seorang laki-laki tetap saja akan merasa sedih setelah mengetahui siapa dirinya. Kek dengan suara bergetar Bima berkata; "aku..aku sudah tahu kek, tapi aku tidak mau meninggalkan kakek juga desa ini."
"Itu bukan sebuah alasan kamu tidak mau, kenapa..?" Sang kakek berkata dengan tegas, meskipun dalam hati sebenarnya diapun tidak mau akan kepergian cucunya, namun apa daya kalau cucunya tidak pergi maka tidak akan tahu siapa kedua orang tua kandungnya.
Tanpa daya akhirnya Bima Pawitra menganggukan kepalanya, menandakan setuju. Kemudian Bima berkata; "Kek ada beberpa hal yang ingin aku tanyakan pada kakek selama ini..?"
"Apa nak," Ucap sang Kakek.
"Aku sudah tinggal disini sudah tujuh belas tahun, namun ada beberapa hal yang menurutku sangat aneh,!" Bima berhenti sesaat untuk melihat reaksi kakeknya, namun sang kakek masih diam, Bimapun melanjutkan bertanyaannya, "yang menjadi pertanyanku; kenapa jumlah penduduk desa ini hanya seratus orang dan tidak pernah bertambah..?"
Sebelum sang kakek menjawab pertanyaan cucunya Bima Pawitra, sang kakek balik bertanya; "hal apa lagi yang ingin kamu tanyakan, sebelum kakek menjawab pertanyaanmu."
Bima pun mengangguk, "yang kedua siapa kakek ini sebenarnya, juga termasuk penduduk desa ini..? Itu saja dulu kek, aku mohon sebelum aku pergi meninggalkan kakek."
Sang kakek menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkan melalui hidungnya.. huuuuuh. "Begini nak untuk jawaban pertama, sebenarnya desa ini bukan berasal dari Duniamu, Dunia ini berbeda dengan Duniamu dan Duniamu berasal dari Dunia lain."
Mendengar jawaban sang kakek Bima Pawitra terkejut, mata melotot, mulutpun menganga, bicarapun sedikit gagap. "Ap..ap..apa bukan dari dunaiku..? lalu desa ini dari dunia mana, emang ada dunia lain, terus yang tadi kakek ucapkan aku ini berasal dari dunia lain.. dunia manakah aku berasal?"
Sang kakek terkekeh mendengar pertanyaan beruntun dari Bima; "he..he..he.. Bima Bima mana yang harus kakek jawab duluan pertanyaanmu yang beruntun ini",
Sementara Bima hanya tersipu malu, senyam senyum sambil jari-jarinya menggaruk-garukan ke kepala, meskipun tidak gatal, "anu kek maafkan cucumu ini terserah kakek mau jawab yang mana dulu.. heee."
Kemudian sang kakek berkata; "Dunia yang kita tempati saat ini, sebenarnya hanyalah sebuah Dimensi dari ratusan Dimensi. Akan tetapi tidak semua orang yang berasal dari Duniamu mengetahuinya, bahkan kakek sangat yakin tidak ada yang tahu."
"Oooh.. jadi Desa ini hanya sebuah Dimensi, Bima menyahutnya. Lalu kenapa orang-orang yang berasal dari Duniaku tidak tahu..?"
Sang kakek merenung sebentar, kemudian menjawabnya; "waktu kakek menemukanmu kakek berusaha untuk mencari keberadaan kedua orang tuamu, kakek bertanya ke sekitar penduduk desa ini, namun tidak ada satupun yang tahu, hingga kakek mengambil sebuah keputusan bahwa kamu bukan berasal dari desa ini; "maafkan kakek tidak bisa mengatakan yang sebenarnya untuk saat ini" kata dalam hati sang Kakek."
"Lalu apa selanjutnya kek," Bima memotong perkataan sang kakeknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Fatkhur Kevin
lanjut
2023-06-05
11
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-04-30
8
ikmaliq
Mantabz 👍
2023-03-19
13