"Siapa yang telah memukuli adikkuuu..!"
"Cari mati..!!"
Suara teriakan sampai terdengar keruangan tempat dimana Bima dan yang lainnya sedang dalam pertanyaan petugas kepolisian. ketika mereka akan menengok mendadak pintu terbuka dengan keras.
"Brak"
Seorang pemuda berumur sekitar duapuluh lima tahunan dengan wajah menyeramkan karena marah, muncul di depan Bima dan yang lainnya, dibelakang ada sepuluh orang badannya tinggi dan besar, komandan maupun anggota kepolisian tidak bisa berbuat apa-apa setelah kemunculan pemuda itu, karena mereka tahu identitas pemuda itu. kemudian ada seorang pemuda berbadan kurus menerobos masuk, tangannya menunjuk kearah bima.
"Itu dia den yang telah melukai adik aden." Ucap orang di samping pria muda.
"Jadi kau bocah yang telah melukai adikku, apa kamu belum tahu siapa kami!!" pemuda itu menatap tajam kearah Bima;
"Ya aku apa ada masalah..? siapa kamu aku tidak perlu tahu," Bima berbicara dengan tenang.
"Ha..ha...ha..."
"Plok..plok..plok.."
"Bagus-bagus. Sungguh kau telah berani menyinggung orang, yang seharusnya tidak kamu singgung; Pemuda itu tertawa menupuk-nepukkan tangannya tersenyum sinis memandang rendah kerarah Bima, lalu berkata kembali, Aku Surya kakaknya Budi yang kau pukuli bocah.. dan aku pemilik salah satu Klub Beladiri di kota Mawar ini, semua orang sudah mengetahuinya."
Sementara yang lain hanya diam, bu Lasmi sudah ketakutan bahkan tubuhnya bergetar kalau tidak di tahan oleh Wira tubuhnya sudah jatuh, dari awal dia sudah tahu bahwa gara-gara dia kejadian ini bakal berbuntut panjang;
Wira dengan sikap acuh tak acuh, membiarkan saudaranya untuk berurusan dengan mereka, namun bukan berarti akan selalu diam bila saudaranya terkena masalah dia tetap waspada dan mengawasinya.
Pihak kepolisian dari awal sudah tidak bisa berbuat apa-apa saat kedatangan Surya bersama murid-murid Klub beladiri, karena percuma untuk berurusan dengan mereka dibelakangnya ada dukungan kuat, yang berpengaruh di kota Kembang. Tidak peduli seberapa beraninya orang menyinggung Surya, maka akan berakhir menyedihkan. Inilah disebut yang berkuasa menindas yang lemah. Hukum tetaplah hukum yang dibuat oleh orang yang berkuasa, akan tetapi hukum bisa di sesuaikan atas keinginan orang berkuasa juga.
Bima akhirnya tahu nama pemuda itu Surya, akan tetapi Bima tetap tenang tidak ada sedikitpun rasa gentar apalagi takut, meskipun Surya telah menyatakan bahwa dia adalah kakaknya Budi, juga pemilik Klub beladiri. Dengan mata malaikatnya Bima sudah mensensor tubuh Surya dari awal pertama kali melihatnya, menyilidiki apakah memiliki energi tenaga dalam atau tidak dan setelah di selidiki Surya hanya memiliki beberapa lingkaran tenaga dalam, dan inilah yang membuat Bima tetap tenang.
Bima lalu berkata; "lalu apa yang akan anda inginkan atau perbuat terhadapku..?"
"Tentu saja aku akan membalas seratus kali lipat atas perbuatanmu terhadap adikku;" Surya dengan senyum sinisnya.
"Oh jadi begitu. Seharusnya sebelum membalas, kamu harus bisa melihat dulu kejadian yang sebenarnya." Bima dengan ekspresi acuh tak acuh.
"Aku tidak perlu menyelidikinya, siapapun orang yang telah menyinggung atau bahkan lebih-lebih melukai keluargaku maka orang itu akan berakhir dengan kesengsaraan;" Wajah Surya semakin suram.
He...he..he... Bima terkekeh setelah mendengar perkataan Surya yang menurut dia konyol, kemudian berkata; "he..he... sungguh masih ada orang bodoh yang tidak bisa membedakan mana yang salah dan benar. Kau mengancamku apa yang bisa kamu lakukan kepadaku..?"
"Bangsat"
"Aku akan mengancurkanmu sekarang, kalian berdua seret dia kemari." Surya dengan marah dan memerintahkan temannya agar menyeret Bima. keduanya langsung bergerak maju, tangannya sudah diayunkan secara horizontal, suara hembusan angin terasa kasar menandakan menggunakan tenaga penuh, terlebih kedua orang itu memiliki badan kekar dan tinggi..
"Wuusshh..." hembusan angin menderu, pukulan terus melaju kearah Bima. yang satu mengarah kebahu kiri dan satunya kekanan, saat telah mendekat Bima mengangkat kedua tangannya kemudian menangkap kedua tangan mereka.
"Grepp" Bima mengangkat kaki kirinya lalu menendang secepat kilat.
"Bugh...bugh".
"Aaaaawwwww"
Suara tendangan dan teriakan kesakitan terdengar secara bersamaan, keduanya jatuh berlutut, tangannya memegang perut tidak kuat menahan sakit. "Lebih baik kalian maju semua itu akan memudahkan aku melumpuhkan kalian" Bima berbicara dengan nada arogan.
Surya melihat rekannya jatuh hanya sekali tendang terkejut, namun dia tetap percaya diri karena masih banyak teman yang membantu.
"Baru punya kemampuan sedikit kau sudah sombong bocah...!! Ayo teman-teman keroyok dia.!" Surya sedikit bertiak.
Bima tersenyum sinis, sebelum mereka bergerak. Bima mulai bergerak duluan menekan kaki kanan kelantai, lalu meloncat keatas seolah-olah melayang dengan menggunakan jurus "tendangan sapuan jagad"
"Siuuuuuuu......
"Bugh...bugh..bugh...bugh..bugh..bugh..bugh..bugh".
Delapan suara tendangan terdengar menggema diruangan kantor kepolisian, membuat kedepalan orang terlempar kebelakang menambrak meja, kursi, tembok bahkan jendela. Kesemuanya meraung kesakitan. posisi Bima masih di udara setelah melakukan tendangan cepat, sambil berbalik tangan kirinya dijulurkan kedepan secara horizontal kearah leher Surya, Surya terkesiap saat tangan Bima akan menyerang namun terlambat, Bima langsung mencengkram leher Surya dan menyekiknya, lalu tangan kananya menampar pipi kiri dan kanan.
"Plak..Plak"
Suara tamparan begitu keras. Kedua pipi Surya langsung bengkak, mulutnya mengeluarkan darah serta beberapa giginya copot. Kemudian bisa melepaskan cengkramannya;
Dengan suara. "Gedebuk" Surya jatuh berlutut mengerang kesakitan, dia tidak percaya hanya sepersekian detik telah dikalahan begitu saja.
Sungguh memalukan jika ini terdengar dan tersebar di media sosial, Surya yang biasanya di elu-elukan, dipuja-puja, baik pria maupun wanita namun hari ini dia mendapatkan malapetaka dari kesombongannya sendiri, itulah yang ada didalam pikiran orang saat melihat kejadian ini.
Surya menahan rasa sakit di kedua pipinya, memuntahkan gigi yang patah, dengan paksa mendongak manatap Bima, jarinya menunjuk...
"Kau..."
"Inikah yang kamu sebut pemilik beladiri yang terkenal itu, ternyata hanya sampah" Kata Bima dengan sinisnya.
"Kau..! Bocah telah melakukan kejahatan fatal, hari ini jika tidak menghukummu dengan berat maka aku tidak akan tenang." Tiba-tiba ada yang berteriak, terlihat dua orang pria paruh baya berjalan mereka berwajah seram karena marah juga dibelakangnya ada banyak pengawal berwajah garang, sedangkan pengacara ada di paling belakang, dia hanya menunggu intruksi. Ternyata salah satu dari mereka adalah Marwan orang tuanya dari Surya dan Budi, setelah mendapatkan informasi Marwan segera menghubungi putra tertuanya Surya, lalu kerumah sakit melihat kondisi anaknya, akan tetapi sampai sekarang Budi belum siuman membuat Marwan semakin marah, lalu menghubungi saudaranya Juber, Juber merupakan orang ketiga yang berpengaruh di kota Mawar dan berniat kekantor polisi untuk melihat apakah Surya mampu menghadapinya atau tidak. Ternyata ketika mereka tiba Surya sudah tidak berkutik juga kesepuluh murid Klub beladiri.
Baik komandan maupun anggota kepolisian, setelah melihat siapa yang datang membuat hati mereka menjadi semakin takut, karena yang ditakutkan telah muncul..
"masalah ini semakin kacau tak terkendali berbuntut panjang, apa gunanya hukum bila yang berkuasa seperti ini" dalam pikiran sang komandan sudah pasrah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
daffa zr
mantapz
2023-02-26
18
Sutisna
cari mati nih surya
2023-02-25
13