Penghuni Desa

“Hey, Nak!" Salah satu dari kedua orang asing yang berpapasan dengan Doni dan Ratna berusaha menghentikan langkah kaki Doni.

“Iya Om, ada apa?” Doni menarik Ratna ke belakangnya dengan cepat, khawatir jika nanti terjadi apa-apa dirinya langsung bisa melindungi Ratna.

“Apa kau menemukan sesuatu saat di perjalanan tadi?” Pria paruh baya yang berwajah lancip dan bertubuh kerempeng menatap Doni dengan tatapan menyelidik.

“Saya tidak menemukan apa-apa saat perjalanan tadi, Apa Om kehilangan sesuatu? Bentuknya bagaimana Om? siapa tahu saya bisa bantu cari.”

Doni berusaha ikut dalam alur percakapan yang aman dan mencoba tidak menimbulkan perselisihan.

“Tampaknya dia tidak tahu Ton. Ayo, kita harus bergegas mencari, matahari sudah hampir tenggelam."

Pria bertubuh gelap dan berbadan besar memperingati temannya dan setelah itu berjalan meninggalkan temannya yang masih berbicara dengan Doni.

Merasa ditinggalkan, pria yang dipanggil Ton itu segera menyusul temannya yang sudah berjalan lebih dulu.

“Kenapa kak Doni?” Ratna berlari kecil mengimbangi langkah kaki Doni yang sudah berjalan lebih dulu.

“Tidak, hanya saja firasatku mengatakan mereka bukan orang baik, kamu tahu siapa mereka?”

“Ratna tidak tahu, mereka baru datang ke desa ini sekitar empat bulan yang lalu, mereka berdua jarang berinteraksi dengan warga desa dan selalu menjaga jarak."

“Oh, begitu. Sudah ayo jalan cepat sebelum matahari terbenam."

Keduanya berjalan beriringan, setelah beberapa saat berjalan akhirnya keduanya sampai di depan rumah panggung sederhana kemudian seorang perempuan seumuran Doni menuruni anak tangga dan membawa sabuk kelapa yang sedikit terbakar hingga mengeluarkan percikan api dan asap, setelah sampai di permukaan tanah anak perempuan itu meletakkan sabuk kelapa di bawah tangga rumahnya.

“Ini rumah mu?” Doni menoleh ke arah Ratna yang sudah berlari ke arah anak perempuan yang tadi dilihatnya.

“Iya, ini rumah kami dan ini kakakku Rita." Ratna memperkenalkan kakak perempuannya itu kepada Doni.

“Halo saya Doni, cucu Wak Tuni." Doni memperkenalkan dirinya sopan.

“Saya Rita." Rita memperkenalkan dirinya singkat.

“Terimakasih sudah mengantar Ratna pulang, biasanya sih bisa pulang sendiri."

“Oh, itu tidak masalah tadi saya ketemu di jalan, Saya permisi pulang dulu yah sudah malam." Setelah mengantar Ratna pulang Doni pamit pulang pada si pemilik rumah.

Doni berjalan pulang ke rumah kakeknya, jarak rumah kakeknya dengan rumah Rita dan Ratna kurang lebih sekitar seratus meter jauhnya.

“Oh, jadi jarak terdekat yang dimaksud Uwak sejauh ini yah." Doni bergumam pada dirinya sendiri.

Setelah sampai di depan rumah kakeknya Doni melihat kakeknya itu sudah berada di depan rumah dan sedang menunggunya.

“Wak, kenapa di luar?” Doni mempercepat langkahnya menuju tempat wak Tuni berdiri.

“Aku menunggumu Nak Doni, Uwak kira kamu tersesat dan tidak tahu jalan pulang."

“Hehe, tidak usah khawatir Wak, ingatan Doni kuat kok kalau cuman menghapal jalan."

Doni terkekeh pelan melihat kakeknya yang khawatir padanya.

“Ayo masuk, sudah malam tidak baik berada di luar jam begini, kenapa bajumu kotor sekali?” Wak Tuni menyuruh Doni segera masuk ke dalam rumah.

“Tadi jatuh, didorong Ratna wak." Doni dan wak Tuni terkekeh mengingat bagaimana tingkah Ratna yang menjengkelkan. Tapi, entah kenapa tidak bisa untuk marah terhadap anak perempuan itu.

Doni baru saja selesai mandi, ia masuk ke dalam kamarnya membongkar isi kopernya dan mengambil baju kaos berwana hijau dan celana pendek berwarna hitam. Setelah selesai berpakaian Doni keluar dari kamar dilihat kakeknya tengah sibuk menyiapkan makan malam di dapur.

Di meja, telah tersedia beberapa lauk sederhana. Terlihat sepiring tomat yang sudah di tumbuk kasar bersama daun kemangi, dan semangkok sayur bening serta nasi di meja makan.

“Kamu sudah selesai?”

“Iya Wak."

“Ayo sini, kita makan sama-sama. Maaf ya Nak, adanya cuman lauk sederhana."

“Iya Wak, tidak apa-apa kok, Doni bisa maka apa saja, yang penting bukan pasir sama batu hehe." Doni terkekeh pelan menanggapi perkataan kakeknya dengan candaan.

Doni malu-malu berjalan menuju meja makan karena tidak membantu kakeknya untuk menyiapkan makan malam, padahal dia datang ke desa tempat Wak Tuni untuk menemani dan membantu sedikit pekerjaannya tapi, dirinya malah keluyuran tidak jelas.

“Tok, tok, tok. "

Baru saja Doni hendak mendudukkan dirinya di kursi tiba-tiba terdengar suara ketukan dari pintu rumah, Wak Tuni kemudian berdiri dan hendak membukakan pintu.

“Biar Doni yang buka pintunya, Wak duduk saja." Doni bergegas berdiri kembali dan segera menuju pintu rumah untuk membuka pintu.

Doni membuka pintu dan melihat sosok laki-laki berbadan tinggi dan tegap, wajahnya terlihat tak terurus kumis dan jenggot pria itu dibiarkan tumbuh seenaknya, rambutnya panjang berantakan, memakai kemeja lusuh dan separuh kancingnya tidak dia kancingkan, hingga terlihat kaos putih sudah berwarna kekuningan yang dipakainya sebagai lapisan baju kemejanya, dan mengenakan celana panjang berwarna hitam yang ujung celananya sudah mulai sobek karena terlalu sering dipakai. Pria itu memegang sesuatu dan dibungkus dengan daun pisang, bungkusan itu mengeluarkan aroma harum khas daging yang sudah matang di panggang.

Laki-laki yang yang datang bertamu itu juga balas menatap Doni dengan tatapan menyelidik, setelah beberapa lama menatap Doni, akhirnya pria itu melirik masuk ke dalam rumah.

“Wak Tuni ada?” Laki-laki itu dengan tegas dan mantap bertanya pada Doni, tanpa menghiraukan tatapan Doni yang sudah dari tadi berulang-ulang menatapnya dari ujung kepala sampai kakinya.

“Ada, di dalam!"

“Siapa nak?” Terdengar suara teriakan Wak Tuni yang membuyarkan kecanggungan diantara keduanya.

“Ini saya wak!" Laki-laki itu membalas teriakan wak Tuni.

“Oh kamu Nak, masuk sini di dapur, kita makan sama-sama."

Laki-laki itu kemudian masuk tanpa memperdulikan Doni. Doni menyadari dirinya sudah ditinggal pergi segera menutup pintu dan ikut masuk ke dalam menuju meja makan.

“Saya mau minta sedikit garam Wak, garam di rumah saya habis." Laki-laki itu terkekeh pelan.

“Iya ambil saja, tapi makanlah dulu baru pulang."

“Iya Wak, kebetulan saya baru mau makan. Ini daging kelinci sudah saya bakar untuk Uwak." Laki-laki itu menyerahkan bungkusan daun pisang yang tadi dibawanya kepada wak Tuni. Wak Tuni lalu mengambilnya dan memindahkannya ke piring, memberi perasan jeruk dan beberapa bumbu lainnya agar memiliki rasa.

“Ayo makan!"

Mereka bertiga kemudian menikmati dan makan bersama-sama, Doni yang belum pernah merasakan daging kelinci sebelumnya hanya terus menatapnya di meja makan tanpa berani mengambilnya.

“Kau mau? ini enak loh." Laki-laki brewokan itu menyodorkan daging kelinci ke arah Doni.

Doni hanya menggeleng dan berusaha menelan silvanya melihat kakek dan pria brewokan itu menikmati daging kelinci bakar di hadapannya.

“Makanlah, coba sedikit saja kalau tidak suka tidak usah dimakan."

Tiba-tiba wak Tuni meletakkan potongan daging kelinci di piring milik Doni.

Doni yang melihat kakeknya sudah terlanjur meletakkan daging kelinci di piringnya terpaksa menerimanya, Doni mengambil daging kelinci yang di letakkan kakeknya itu dan berusaha memakannya saat sampai ke dalam mulutnya Doni memejamkan matanya dan segera mengambil gelas berisi air bersiap-siap meminumnya jika ingin muntah nanti.

“Um, enak!" Doni memicingkan matanya berusaha merasakan daging kelinci yang sudah dikunyahnya.

“Enakkan? makanlah, jarang-jarang anak kota sepertimu bisa makan daging kelinci liar."

Laki-laki brewokan itu menambah sepotong daging kelinci lagi di piring Doni.

Doni mengangguk mengiyakan sementara wak Tuni hanya terkekeh melihat tingkah cucunya itu.

Setelah selesai makan malam bersama laki-laki brewokan itu tinggal sebentar berbincang-bincang dengan wak Tuni kemudian berterimakasi atas makan malam dan pamit pulang ke rumahnya.

...

...

Terpopuler

Comments

Randy_Chavaladruva

Randy_Chavaladruva

keren banget

2022-10-13

1

Srie Wahyuni

Srie Wahyuni

hai salam kenal thor

2022-08-02

0

Sutriyasmi

Sutriyasmi

orang jahatkah laki" brewokan itu???

2021-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!