Titik Awal

“Makhluk aneh apa ini?" Tanya Doni pada dirinya sendiri.

“Semalam aku duduk di sini dan makhluk aneh ini berdiri di sana."

Doni beranjak dari posisi duduknya menuju tempatnya semalam mengambil foto dan mulai menelusurinya, ia mencoba untuk mencari tahu makhluk apa yang ikut eksis di dalam kamera ponselnya itu.

Kini Doni tengah melangkahkan kakinya mendekati pinggiran hutan yang di tempati oleh kunang-kunang dan makhluk berbulu aneh yang dilihatnya semalam. Doni telah sampai di semak-semak tempat makhluk berbulu yang dilihatnya di dalam foto ia memposisikan tubuhnya mirip seperti makhluk aneh di foto, dan berdiri menghadap ke teras rumah.

“Jadi, semalam aku di awasi makhluk aneh dari sini yah." Gumam Doni saat berada di tengah semak-semak.

Doni menyilangkan kedua tangan di dadanya dan mulai berfikir, bola mata Doni berusaha menyusuri seluruh tempat itu kemudian ia menemukan jejak-jejak kaki di tanah, Doni membungkuk untuk melihat jelas jejak kaki yang ditemukannya itu. Jejak kaki yang dilihat Doni berukuran kecil dan terlihat baru saja tertempel di tanah.

“Jejak kakinya kok kecil yah, padahal di dalam foto badannya besar apa makhluk ini punya kelainan ya."

Doni bergumam dan memindahkan tangan kananya di bawah dagunya sedangkan tangan kirinya masih bersilang di depan dadanya.

“Apa yang kau lakukan di wilayahku, anak kota!"

“Uwaaaa." Doni berteriak karena terkejut mendengar suara yang entah dari mana asalnya, tiba-tiba saja muncul dan menegurnya.

“Brukk."

“Apa yang kau lakukan di wilayah kekuasaanku HAHAHA. "

Doni kembali mendengar suara cempreng yang berusaha disangar-sagarkan oleh seseorang, sontak Doni terkejut dibuatnya dan terjatuh ke belakang karena tersandung akar pohon dan semak-semak.

Doni sepenuhnya terlentang di atas tanah karena terjatuh, dia melihat anak perempuan yang sedang asik bergelantungan di atas pohon.

“Hahahaha, dasar penakut!"

Anak perempuan yang dilihat Doni perlahan-lahan turun dari atas pohon kedua tangannya memegang dahan pohon dan kaki kanannya bergantian dengan kaki kirinya mencari pijakan untuk turun dari pohon setelah merasa dekat dengan permukaan tanah anak perempuan itu melompat turun dan berjalan mendekati Doni. Doni sendiri yang masih berbaring telentang di atas tanah memperhatikan gerak-gerik anak perempuan yang baru saja melompat turun dari pohon.

“Kau nyaman, tidur di sana anak kota?"

Anak perempuan yang baru turun dari pohon tersebut berjalan mendekati Doni dan membungkukkan badannya tepat di atas wajah Doni yang masih terlentang di atas tanah.

“Jadi itu jejak kakimu ya? dasar setan kecil, cebol pula."

Doni berusaha bangun dari tanah dan membersihkan pakaiannya dari debu yang menempel dengan cara di tepuk-tepuk.

“Brukk." Doni kembali terjatuh kali ini dirinya tersungkur ke depan karena didorong dari belakang saat berusaha berdiri.

“Sembarang panggil orang cebol, kamu tuh yang ketinggian dasar anak kota!"

Anak perempuan itu berbicara sambil menyilangkan tangannya di dadanya dan membuang wajahnya ke samping.

“Dasar aku kok malah didorong lagi, faktanya kamu memang cebol kok, nah satu lagi namaku bukan anak kota, Aku punya nama tahu."

Doni kembali berusaha berdiri dan kali ini menepuk-nepuk pakaian bagian depannya untuk membersihkan tanah yang menempel pada pakaiannya.

“Namaku Ratna namamu siapa? Kamu dari kota mana? naik apa ke sini?"

Ratna mengulurkan tangannya, memperkenalkan dirinya dan memberikan pertanyaan beruntun pada Doni.

“Kamu ini belum kenal sama orang sudah main serang pake pertanyaan saja."

Doni berjalan meninggalkan Ratna mengabaikannya yang masih mengulurkan tangan kanannya.

“Eh, kok aku malah ditinggal aku kan lagi perkenalan. Oi, namamu siapa?"

Ratna mempercepat langkah kakinya menyusul Doni yang sudah jauh meninggalkannya di depan.

“Aku mana mau kenalan sama anak nakal kayak kamu."

Doni mempercepat langkahnya agar Ratna tidak bisa menyusulnya.

“Oi, Oi. anak kota!"

Ratna memilih berlari untuk menyusul langkah kaki Doni yang semakin bertambah cepat.

“Aku minta maaf."

Ratna berteriak meminta maaf, Ratna telah menyerah untuk mengejar Doni yang sudah terlalu jauh di depannya, Ratna memegang kedua lututnya berusaha menstabilkan nafasnya yang sudah tidak beraturan karena berlari.

“Apa katamu? coba ulangi lagi!"

Doni yang mendengar permintaan maaf dari Ratna menghentikan langkah kakinya dan berbalik menuju tempat Ratna berdiri.

“Apa katamu tadi aku tidak dengar!"

Doni berpura-pura tuli dan memegangi telinganya untuk mendengar ucapan dari Ratna.

“Aku bilang aku minta maaf! "

Ratna berjongkok dan menundukkan kepalanya lesu karena kelelahan.

“Apa salahmu?"

Doni menyilangkan tangannya di dadanya berusaha bersikap tegas.

“Memang apa salahku?"

Ratna mendongak menatap Doni, bingung mendengar ucapan Doni padanya.

“Oh, jadi kamu tidak tahu salahmu apa yah, terus kenapa kamu minta maaf?"

Doni memalingkan mukanya berpura-pura marah agar Ratna mau mengakui kesalahannya.

“ Iya, iya, Ratna salah."

“Jadi, apa salahmu?"

“Aku salah sudah membuat kegaduhan tadi pagi.”

Ratna kembali menunduk lesu dan mengorek-korek tanah yang ada di depannya dengan ranting yang baru saja dipungutnya.

“Terus apa lagi?”

“Aku salah karena membuat kegaduhan tadi pagi, aku juga salah karena sudah menjahili, aku juga salah karena tadi mendorong dua kali sampai dua kali jatuh ke depan dan ke belakang."

“Good, anak baik. Tapi jumlah jatuh dan arahnya tidak usah kamu sebutkan juga kali."

Doni berjongkok di depan Ratna dan menepuk-nepuk punggungnya sendiri.

“Punggungmu kenapa? sakit?"

Ratna bingung melihat tindakan Doni yang berjongkok di depannya itu.

“Naiklah ke punggungku, Aku akan menggendongmu pulang."

“Benarkah? Boleh?”

Ratna berdiri kegirangan karena akan di gendong oleh Doni.

“Boleh, naiklah!"

Doni mengiyakan dan kembali menepuk punggungnya mempersilahkan Ratna naik.

Ratna tidak menyia-nyiakan kesempatannya itu dan tanpa ragu-ragu memanjat naik ke atas punggung Doni. Kemudian keduanya berjalan pulang menuju rumah.

“Jadi siapa namamu?”

“Namaku Doni."

“Doni, cucunya Wak Tuni?”

“Hoi, panggil aku yang sopan aku lebih tua darimu tau."

“Baiklah.. baiklah." Ratna menghela napas panjang.

“Nah sekarang coba ulangi."

Doni menghentikan langkahnya, fokus ingin mendengar ucapan dari Ratna.

“KAKAK DONI!! cucunya Wak Tuni yah? "

Ratna berteriak sekencang-kencangnya di telinga kiri Doni, kemudian segera melompat turun dari punggung Doni.

“Dasar setan kecil!"

Doni mengumpat dan memegang telinganya yang berdenging akibat ulah Ratna yang berteriak tepat di daun telinganya.

Tiba-tiba mata Doni menangkap sesuatu dari tempatnya berdiri, Doni melihat benda asing berwarna merah berkilat-kilat terkena cahaya matahari yang sudah mulai meredup, batu itu terletak diantara bebatuan lainnya di jalan setapak yang dilaluinya. Doni berjalan mendekati batu itu kemudian berjongkok untuk mengambilnya dan mengangkatnya tinggi-tinggi, melihatnya tepat di bawah sinar matahari yang sudah hampir tenggelam.

“Apa itu?" Ratna berjongkok di dekat Doni dan ikut mengamati batu yang sedang dipegang oleh Doni.

"Entahlah, mungkin cuman manik-manik yang tercecer, ayo kita harus segera pulang sudah mau malam."

Setelah puas mengamati batu yang di temukannya, Doni menaruh batu itu di saku celananya dan segera mengajak Ratna pulang karena matahari sudah mulai tenggelam.

Keduanya berjalan pulang ke rumah, di perjalanan mereka bertemu dengan dua orang laki-laki paruh baya, yang satu bertubuh tinggi tegap serta berkulit agak hitam dan yang satunya memiliki tubuh kerempeng dengan wajah lancip. Doni berpura-pura tidak melihatnya dan terus berjalan berusaha tidak berurusan dengan orang asing.

“Hey nak!"

...

...

Terpopuler

Comments

Randy_Chavaladruva

Randy_Chavaladruva

keren

2022-10-13

1

Rini Elsafitri

Rini Elsafitri

menarik

2021-05-03

2

PinkyOwl

PinkyOwl

Iya kak itu rentang waktunya sengaja saya percepat soalnya kalau runut waktunya di deskripsikan perjam bisa panjang dan mungkin jadi ngebosenin kalau di baca.

Makasih kak Sumiati masukannya nanti aku belajar lagi 💙

2021-04-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!