Kepercayaan Penduduk Desa

Doni menikmati sepotong ubi goreng yang dibawa oleh Ratna untuk dirinya dan Wak Tuni, setelah habis dimakan Doni kemudian menuang air dari cerek ke dalam gelas kosong dan menenggaknya sampai habis.

“Wak, kemarin waktu Doni mengantar Ratna pulang kerumahnya aku melihat kakaknya sedang meletakkan semacam sabuk kelapa yang sudah dibakar dan diletakkan di dekat tangga rumahnya Wak, itu untuk apa ya?”

“Oh mungkin yang kamu maksud itu dupa. "

“Dupa?" Doni mengulang perkataan wak Tuni.

“Iya dupa, sebagian penduduk di desa percaya kalau membakar dupa dan meletakkannya di dekat tangga atau di dekat pintu rumah akan terlindungi dari gangguan makhluk astral."

“Maksudnya hantu wak?"

“Iya itu salah satunya."

“Memangnya sudah pernah ada yang liat atau diganggu wak?"

“Beberapa waktu ini warga sering melihat penampakan makhluk bertubuh besar dan badannya dipenuhi bulu sedang berjalan-jalan di pemukiman warga saat tengah malam, saat makhluk itu menampakkan dirinya besoknya ladang penduduk desa sudah rusak. "

Doni mengigat gambar aneh yang tidak sengaja diambilnya itu mirip seperti yang di ceritakan oleh kakeknya.

“Tapi semenjak para penduduk membakar dupa dan meletakkan sesajen di jalan masuk ke hutan makhluk itu sudah jarang menampakkan diri dan tidak merusak ladang milik penduduk desa lagi. "

“Tunggu sebentar wak." Doni bergegas masuk ke dalam kamarnya mengambil ponsel pintar miliknya dan kembali ke meja makan tempat wak Tuni duduk menikmati ibu gorengnya.

“Wak coba lihat, maksud Wak makhluk yang ini?” Doni menyodorkan ponsel pintar miliknya menunjukkan gambar makhluk aneh yang ia dapat beberapa waktu yang lalu pada wak Tuni.

Wak Tuni mengamati gambar yang ditunjukkan Doni dengan seksama di sana terlihat sosok makhluk aneh berbadan besar dan di sekujur tubuhnya dipenuhi oleh bulu, makhluk itu tengah berdiri di tengah semak-semak.

“Kamu dapat dari mana?"

“Aku dapat saat memotret kunang-kunang kemarin Wak, menurut Uwak itu makhluk apa?”

“Paling cuman bayangan pohon atau sesuatu, sudah jangan terlalu dipikirkan". Wak Tuni menyodorkan ponsel yang dipegangnya pada Doni.

“Uwak mau ke kebun dulu, kamu mau ikut?"

Wak Tuni beranjak dari tempat duduknya mengambil topi kecapi yang digantungnya di dinding serta mengambil sabit.

“Doni mau cari jaringan dulu Wak, mau kasih kabar ke bapak sama ibu di rumah, Doni belum pernah kasih kabar semenjak Doni sampai di sini tapi nanti Doni pasti menyusul Wak."

“Kalau begitu Wak pergi ke ladang dulu, kalau keluar jangan lupa kunci pintunya. " Wak Tuni pergi meniggalkan doni menuju ladangnya.

“Iya Wak. "

Wak Tuni berjalan melewati beberapa persawahan dan ladang milik penduduk desa lainnya, menuju kebun miliknya yang terletak di pinggir desa dan dekat dengan hutan, setelah sampai di ladang miliknya wak Tuni segera memangkas rumput liar yang tumbuh sembarangan, membersihkan akar-akar pohon agar tidak merambat dan membunuh tanaman miliknya.

Wak Tuni menanam tomat, lombok, sawi dan kacang-kacangan. Wak Tuni membagi kebunnya menjadi empat bagian masing-masing bagain di tanami tanaman yang berbeda dan hasil panennya akan dijual ke pasar untuk menghidupi dirinya di kampung.

“Selamat pagi Wak." Laki-laki dengan suara serak menyapa wak Tuni yang tengah sibuk memotong rumput liar dan akar-akar pohon yang merambat di ladang wak Tuni.

Wak Tuni yang mendengar seseorang menyapanya segera menoleh mencari tahu siapa pemilik suara serak itu.

“Nak Roni, sedang apa disini nak?”

“Saya baru pulang dari hutan Wak, semalam habis berburu. " Roni berbicara sembari memperlihatkan beberapa kelinci dan ayam hutan kepada wak Tuni.

“Wah hasil buruan mu kali ini banyak yah. "

“Iya wak lumayan, Uwak sendiri? Cucu uwak kemana?"

“Doni katanya pergi cari sinyal buat nelpon orang tuanya di kota, tapi katanya nanti mau nyusul Uwak ke sini. "

“Mau Roni bantu Wak?"

“Wah, tidak usah nak, kamu pasti capek dari hutan. "

“Tidak apa-apa kok wak." Roni meletakkan hasil buruannya, menarik badik dari sarungnya yang terikat di pinggangnya dan mulai ikut membasmi rumput liar yang tumbuh di ladang wak Tuni.

“Makasih nak Roni." Wak Tuni kembali melakukan aktivitasnya.

“Sebentar lagi mau panen yah Wak."

“Iya Nak, semoga tidak ada hewan liar yang masuk ke ladang dan merusak. "

Wak Tuni dan Roni berbincang-bincang sambil memangkas rumput liar dan akar-akar pohon yang merambat masuk ke dalam ladang.

“Semoga saja makhluk yang sering di bicarakan penduduk desa tidak nyata Wak, bisa gawat itu." Roni terkekeh melontarkan candaan pada wak Tuni.

“Anu Nak Roni, Doni memperlihatkan sebuah foto tadi."

“Foto apa wak?" Roni menghentikan kegiatannya dan fokus mendengarkan cerita dari Wak Tuni.

“Doni memperlihatkan gambar, dalam gambar itu terlihat sosok yang mirip diceritakan oleh penduduk desa."

“Kapan kejadiannya wak?"

“Sekitar dua malam yang lalu saya dan Doni duduk di teras depan rumah saya masuk duluan dan setelah saya masuk ternyata Doni memotret sekelompok kunang-kunang dan makhluk itu ada disekitar situ."

“Apa tidak ada kejadian lain Wak?" Roni bertanya dengan antusias tertarik dengan cerita dari wak Tuni.

“Waktu itu Doni berjalan ke samping rumah."

“Untuk apa Wak?"

“Uwak juga tidak tahu, Uwak tidak bertanya tapi sepertinya Doni mengalami hal janggal karena saat Uwa tegur dia teriak karena kaget."

“Terus apa lagi wak?”

“Kamu ini sudah seperti wartawan saja, cucuku Doni juga suka bertanya hal-hal aneh, tidak usah terlalu dipikirkan mungkin itu cuman bayangan saja atau semacamnya." Wak Tuni terkekeh pelan tidak menanggapi serius gambar yang diperlihatkan Doni padanya.

Matahari sudah di atas ubun-ubun panasnya sudah sangat menyengat di kulit membuat siapapun pasti akan berkeringat di buatnya.

"Sudah tengah hari, ayo kita pulang Nak Roni."

Wak Tuni beranjak dari tempatnya dan pulang bersama Roni.

“Iya wak." Roni memungut kembali hasil buruannya dan berjalan beriringan degan wak Tuni.

...

...

Setelah wak Tuni pergi ke ladang Doni juga keluar dari rumah berjalan ke sembarang arah untuk mencari sinyal sesekali Doni menggoyang-goyangkan ponselnya di udara berharap mendapat jaringan yang stabil agar ponselnya itu bisa digunakan.

Doni sudah sangat jauh berjalan kaki mencari sinyal dan sudah mulai kelelahan akhirnya Doni melihat sebuah batu besar setinggi satu meter doni memilih untuk memanjat menaikinya dan berdiri di atasnya kemudian mengangkat tinggi-tinggi dan menggoyang-goyangkan kembali ponsel pintar miliknya berharap mendapatkan sinyal yang bagus. Karena merasa seperti orang bodoh Doni memilih duduk di atas batu itu mematikan ponsel miliknya dan menyalakannya kembali. Setelah beberapa saat menunggu ponsel miliknya aktif kembali akhirnya ponsel Doni mendapatkan sedikit sinyal tapi masih bisa digunakan untuk mengabari orang tuanya.

Setelah mendapatkan sinyal Doni segera menghubungi orang tuanya di kota menanyakan kabar dan berbincang-bicang sebentar setelah itu mematikan panggilannya.

Setelah berbicara dengan orang tuanya Doni membuka group obrolan miliknya bersama tiga teman karibnya dan memulai mengirimkan pesan.

[group chat]

Doni: "Oi."

Doni: "Oi."

Nola: "Masih hidup Do?"

Nola salah satu teman karib Doni membalas pesan terlebih dahulu.

Doni: "Apaan sih, di sini susah sinyal."

Doni mendengus kesal membaca sapaan aneh teman- temannya setelah sekian lama baru bisa berhubungan kembali.

Aldo: “Apa kabar Do?”

Doni: “Baik”

Aldo: “Masih jadi manusia kan?”

Doni: “Masih lah lo kira gue mutan bisa berubah-ubah.”

Aldo: “Yah maaf, kirain kamu dah jadi manusia purba di kampung.”

Nola: “haha bener tuh Al.”

Doni: “Apaan sih gak lucu tau.”

Doni: “Reza mana? kok nggak nongol. "

Nola: “Ada tuh tapi cuman nyimak."

Aldo: “Woi jangan sider Za teman purbamu ngasih kabar nih."

Doni: Apaan sih jahat lo pada, eh tunggu sebentar liat ini baek-baek yah.”

...

...

Terpopuler

Comments

Ridho Widodo

Ridho Widodo

lanjutin...

2024-01-27

0

Randy_Chavaladruva

Randy_Chavaladruva

n

2022-10-13

0

Randy_Chavaladruva

Randy_Chavaladruva

2

2022-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!