Panen

“Baik tunggu dan lihat saja akan aku buktikan." Doni membatin, tidak terima ia di rendahkan seperti itu, Doni membulatkan tekad untuk membuktikan perkataanya.

“Nak... "

Wak Tuni memanggil cucunya tapi tidak ada respon sama sekali.

“Nak Doni. "

Wak Tuni kembali memanggil Doni dan menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan wajah Doni tapi masih tidak ada respon dari cucunya itu.

“Plakkk."

Karena tidak mendapat respon apa-apa saat wak Tuni memanggil cucunya itu akhirnya wak Tuni memilih untuk memukul punggung Doni untuk mengembalikan kesadaran cucunya itu.

“Aw.. aw.. sakit wak."

Doni memegang punggungnya yang terasa perih karena di pukul oleh wak Tuni.

“Kenapa Doni di pukul wak?"

Doni masih memegang punggunya dan mengusap-usap berusaha menghilangkan rasa sakitnya.

“Kamu kenapa? kok malah melamun, dari tadi uwak panggil tidak di jawab jadi uwak pukul biar kamu sadar. "

“Ah bukan apa-apa kok wak hehe." Doni terkekeh mendengar penuturan kakeknya.

“Wak. Doni mau keluar sebentar yah. "

Doni bergegas berjalan keluar meniggalkan wak Tuni, berniat menunaikan tekadnya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Eh... kamu mau kemana?”

"Mau jalan-jalan sebentar wak."

“Dari pada jalan-jalan mending kamu bantu uwak, ayo kita harus segera ke kebun. "

“Ah iya Doni lupa, hari ini uwak mau panen yah." Akhirnya Doni mengurungkan niatnya untuk pergi, dan ikut ke kebun bersama kakeknya.

Wak Tuni dan Doni kembali masuk ke dalam rumah mempersiapkan bekal dan alat-alat yang akan di bawah ke kebun. Setelah semua persiapan sudah selesai mereka berdua berangkat bersama menuju kebun untuk memanen hasil dari tanaman yang sudah di tanam wak Tuni.

“Uwak.. Uwaakkk.. Uwaaakkk."

Tiba-tiba terdengar suara cempreng memanggil-manggil nama wak Tuni.

Wak Tuni dan Doni segera mencari tahu dari mana suara itu berasal dan dilihatnya anak perempuan tengah berlari-lari ke arah mereka berdua dengan memegang topi di kepalanya agar tidak terjatuh.

“Ratna mau apa kamu?” Doni memanggil nama anak perempuan itu.

“Aku mau ikut ke kebun uwak. "

“Jangan, nanti kamu malah bikin repot di sana”. Doni tidak terlalu suka jika Ratna ikut karena pasti dirinya akan menjadi bahan mainan Ratna nantinya.

“Kenapa? Setiap panen juga Ratna ikut kok. "

“Iya. Ratna sudah sering ikut ke kebun kok yang uwak khawatirkan malah kamu, ini kan pertama kalinya kamu ke kebun. "

“Eh iya yah." Doni terkekeh menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Akhirnya mereka bertiga berjalan bersama menuju kebun uwak Tuni.

Setelah sampai di kebun miliknya, wak Tuni segera memetik buah tomat dan lombok yang sudah memerah, diikuti oleh Ratna dan Doni dan meletakkannya di dalam ember yang mereka bawa untuk menampung tomat dan lombok yang sudah mereka petik.

Matahari sudah berada di atas kepala dan semakin panas tanda sudah waktunya untuk beristirahat dan makan siang.

“Ayo kita istirahat dan makan dulu."

Wak Tuni menghentikan kegiatannya dan mengajak Doni dan Ratna mencari tempat teduh untuk digunakan beristirahat.

Wak Tuni melihat ke kanan dan ke kiri mencari tempat yang teduh untuk bernaung, wak Tuni melihat pohon mangga yang cukup rimbun daunya sehingga dapat digunakan untuk beranaung, setelah menemukan tempat yang cocok wak Tuni berjalan ke tempat itu kemudian menggelar terpal yang dibawanya dari rumah meletakkan rantang berisi makanan di atasnya dan duduk. Doni dan Ratna mengikut di belakangnya.

Wak Tuni membuka Rantang yang di bawanya dan meletakannya di atas terpal. Rantang yang di buka oleh wak Tuni berisi nasi dan lauk sederhana untuk mengganjal perut mereka bertiga.

“Kita lupa bawa piring wak, kalau begini kita makan pake apa?" Doni menepuk jidatnya bingung menghadapi situasi seperti itu.

“Hahahahah." Tiba-tiba Ratna tertawa terbahak-bahak.

“Dasar anak kota."

“Kenapa kamu?"

Doni mendegus kesal mendengar ratna meenertawakannya.

“Kita bukannya lupa tapi memang sengaja tidak dibawa biar tidak banyak barang yang harus di bawa." Wak Tuni menjelaskan ke pada Doni.

“Jadi wak kita makan pake apa?”

Wak Tuni beranjak dari posisi duduknya mengambil badik miliknya dan berjalan menuju pohon pisang yang tumbuh di sekitar kebunnya, wak Tuni memotong satu batang daun pisang dan membaginya menjadi tiga bagian kemudian meletakkan daun pisang yang sudah di ambilnya di depan Doni dan Ratna, kemudian meletakkan potongan daun pisang terakhir di depannya. Setelah itu wak Tuni mengambil sendok dan meletakkan sesendok nasi di atas daun pisang yang diambilnya tadi.

“Nah begini kita akan makan."

Ratna menyeggol tangan Doni yang masih memperhatikan kakeknya itu.

Doni mengikuti apa yang Wak Tuni lakukan meletakkan nasi di atas potongan daun pisang yang di berikan kakeknya tadi. Mereka bertiga menikmati makanannya masing- masing.

Setelah menghabiskan makannya masing- masing dan beristirahat sejenak wak Tuni, Doni dan Ratna kembali ke kebun untuk melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi.

..

..

Hari sudah mulai menjelang sore pekerjaan wak Tuni, Doni dan Ratna pun telah selesai. Mereka bertiga beristirahat sejenak untuk mengisi tenaga setelah seharian penuh berdiri di bawah terik matahari sebelum berjalan pulang.

“Yang sebelah sana apa wak?” Doni bertanya pada kakeknya sembari menunjuk lahan yang di penuhi pepohonan di sekitar kebun milik wak Tuni.

“Itu sudah masuk kawasan hutan."

“Oh jadi kebun uwak dekat hutan yah."

“Iya."

Doni mengigat dua orang laki-laki yang mendorong gerobak masuk ke dalam hutan tenpo hari karena penasaran Doni beranjak dari tempat duduknya kemudian berjalan ke arah perbatasan hutan.

“Mau kemana?” Wak Tuni bertanya pada Doni yang tiba-tiba beranjak dari tempat istirahatnya.

“Doni mau jalan-jalan sebentar wak."

“Jangan lama-lama." Wak Tuni memberi peringatan pada Doni karena hari sudah sore.

“Iya wak."

Doni berjalan menyusuri jalan yang mengarah masuk ke hutan meniggalkan wak Tuni dan Ratna yang masih beristirahat di bawah pohon.

Doni sudah berjalan cukup jauh masuk ke dalam hutan tapi tidak menemukan apa-apa yang mencurigakan dia juga tidak menemukan seuatu yang aneh di dalam hutan.

“Apa memang cuman firasatku saja yah." Doni bergumam pada dirinya sendiri.

“Srek.. Srekk."

Tiba-tiba semak-semak yang berada tak jauh dari tempat Doni berdiri bergerak gerak hingga menimbulkan suara.

“Srek.. Srekk."

“Apa itu? itu tentu bukan karena angin karena hanya satu titik yang terus bergerak semak di sampingnya tidak ikut bergerak."

Doni memperhatikan semak-semak yang bergerak-gerak tersebut, karena penasaran apa yang berada di balik semak-semak tersebut Doni perlahan-lahan mendekati semak-semak tersebut dan mencoba mengitip dengan hati-hati.

“Bbaaa."

Kemudian seekor kelinci berwarna putih melompat keluar dari dalam semak-semak saat mendengar suara yang cukup keras, kelinci putih yang baru saja melompat keluar itu kemudian berlari dengan terbirit-birit masuk ke dalam hutan.

“Brukk."

Doni terjatuh karena kaget mendengar suara teriakan secara tiba-tiba.

“Kamu kenapa kemari?”

Doni dengan nada dongkol bertanya pada anak perempuan yang sangat suka menjahilinya.

“Habis kamu mau pergi jalan-jalan tidak ajak Ratna sih." Ratna menggembungkan pipinya mendengar pertanyaan dari Doni.

“Bisa bahaya kalau aku ajak kamu masuk dalah hutan, nanti bisa- bisa kita di kejar beruang gara- gara kamu bersik. "

Doni berdiri menepuk-nemuk pakaiannya yang kotor karena habis terjatuh.

“Anu.. itu.. kak Doni."

Ratna gelagapan dan terkejut melihat ke belakang Doni.

“Anu.. anu.. apa Ratna? kalau bicara yang jelas."

Doni membesarkan suaranya masih jengkel melihat Ratna yang sudah mengagetkan nya .

“Itu.. itu di belakang mu. "

“Apa?”

...

...

Terpopuler

Comments

Randy_Chavaladruva

Randy_Chavaladruva

keren banget

2022-10-13

0

Randy_Chavaladruva

Randy_Chavaladruva

keren

2022-10-13

0

Randy_Chavaladruva

Randy_Chavaladruva

p

2022-10-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!