Gambar Aneh

“Doni."

“Aaaaa!”

Doni berteriak, terkejut mendapati seseorang yang secara tiba-tiba memanggil namanya.

“Kamu kenapa malam-malam malah keluyuran keluar?”

“Ah, Uwak!” Doni menoleh dengan cepat mencari tahu siapa yang menegurnya itu.

“Aku kira tadi Uwak ada di sini." Doni mengelus kasar dadanya karena masih terkejut.

“Loh kok, Kamu bagaimana sih? bukannya Uwak tadi masuk ke dalam rumah duluan."

“Tapi itu.... "

“Sudah ayo masuk! sudah tengah malam."

Belum sempat Doni menuntaskan ucapannya Wak Tuni sudah menariknya masuk ke dalam rumah.

“Clekk."

Wak Tuni mengunci pintu kemudian berjalan menyusuri seluruh jendela memeriksa satu-persatu apakah semua jendela sudah terkunci atau tidak dan berjalan masuk ke dalam kamarnya.

“Sudah malam Nak, Kamu cuci muka dan kakimu sebelum tidur, Uwak tidur duluan yah."

“Iya Wak." Doni masuk ke dalam rumah dan ia masih terbayang-bayang dengan kejadian yang membuatnya hampir mengalami serangan jantung.

Setelah mendengar perintah dari kakeknya Doni segera masuk ke dalam kamar mandi, dan mengambil gayung yang terbuat dari buah bilah, yang sudah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai gayung untuk mengambil air, Doni mencuci mukanya dan kedua kakinya seperti yang wak Tuni katakan. Setelah mencuci muka dan kakinya Doni segera meninggalkan kamar mandi dan segera masuk ke kamar dan naik ke atas tempat tidurnya dan perlahan-lahan melelapkan kedua matanya.

Matahari telah keluar dari tempat persembunyiannya di timur dan perlahan-lahan menyinari permukaan bumi dengan cahayanya dan mengganti malam menjadi pagi yang menyejukkan. Membangunkan sebagian makhluk hidup untuk memulai aktifitasnya untuk hari ini.

“Uwak, Uwak, Uwak!"

Seorang anak perempuan berumur tujuh tahun berteriak-teriak memanggil Wak Tuni, karena tidak mendapat jawaban dari si pemilik rumah akhirnya ia menyerbu masuk ke dalam rumah Uwak Tuni dengan memeluk bakul kecil di tangan mungilnya.

“Uwak ada di belakang rumah, Ratna!"

Wak Tuni segera menyabut saat mendengar Ratna datang, sebelum anak kecil itu berteriak lebih keras lagi dan membuat kegaduhan.

Mendengar suara si pemilik rumah anak perempuan itu kemudian berlari menuju ke arah pemilik suara.

“Uwak, Ratna bawa ubi rebus untuk Uwak. Mamak Ratna masak banyak ubi rebus pagi ini."

Ratna berbicara sambil menyodorkan bakul kecil yang sedari tadi dipeluknya agar tidak tumpah saat berlari.

“Terimakasih banyak Ratna." Wak Tuni mengambil bakul yang diserahkan Ratna padanya.

“Ratna pilih ubi yang paling besar untuk Uwak loh."

“Wah, iya terimakasih banyak Ratna kamu semakin pintar sekarang." Wak Tuni terkekeh mendengar ucapan Ratna dan mengelus lembut kepalanya.

Ratna tersenyum sumringah mendengar pujian yang dilontarkan Wak Tuni untuknya, yang memang sudah ia tunggu-tunggu dari tadi.

“Ayo masuk!" Wak Tuni berjalan masuk ke dalam rumah menuju dapur, mengambil wadah untuk ubi rebus yang diberikan Ratna untuknya, setelah mendapat wadah yang dirasa cocok Wak Tuni segera memindahkan ubi yang dibawa Ratna dan meletakkannya di atas meja kemudian menutupnya dengan tudung saji.

“Wak, siapa yang masih tidur di kamar wak?"

Ratna berbicara sambil terus melirik seorang anak laki-laki yang masih tertidur di dalam kamar yang dekat dengan dapur itu.

“Itu cucu Uwak dari kota."

“Kok, masih tidur sih Wak? inikan sudah siang."

“Maklum dia baru pertama kali tinggal di desa."

“Oh, di kota orangnya bangun siang-siang yah Wak?" Ratna mengangguk-angguk mengerti.

“Sebenarnya tidak semuanya juga, mungkin hanya sebagian saja, di desa juga tidak semuanya yang bagun pagi kan."

Wak Tuni terkekeh mendengar celoteh Ratna yang ceplas-ceplos.

“Kenapa tidak dibangunkan Wak? katanya tidur pagi itu bikin pelupa loh. "

“Semalam dia begadang nanti juga bagun sendiri. Nah, ini tempatmu sampaikan sama mamak mu terimakasih banyak." Wak Tuni berbicara sambil menyodorkan bakul tempat ubi yang dibawa oleh Ratna tadi.

“Siap wak!" Ratna memberi hormat pada wak Tuni, ia sudah seperti tentara yang siap turun ke medan perang untuk bertempur.

“Wak, apa Ratna boleh kenalan sama cucu uwak?"

“Boleh tap... ."

“Siap terimakasih Wak. "

belum sempat Wak Tuni menyelesaikan ucapannya, Ratna sudah berlari masuk lebih dulu ke dalam kamar tempat Doni tidur.

Ratna berlari masuk ke dalam kamar melihat sosok anak laki-laki yang masih tertidur pulas di atas kasur. Ratna kemudian berjalan berjinjit-jinjit mendekati Doni.

“Teengg, Teenngg, Teenngg. Salam kenal anak kota!"

Ratna memukul-mukul bakul yang dipegangnya tepat di atas telinga Doni dan berlari keluar kamar secepat yang ia bisa, meninggalkan rumah Wak Tuni dan pulang ke rumahnya.

Doni yang mendengar suara berisik secara tiba-tiba terperanjat bangun, pandangannya masih kabur karena baru bangun dari tidur, nyawanya masih belum terkumpul sepenuhnya.

Doni mengusap-usap matanya berusaha mencari tahu siapa yang tega membangunkannya dengan cara bar-bar seperti itu. Samar-samar dilihatnya sosok anak kecil yang berlari keluar dari kamar.

“Makhluk cebol macam apa itu?"

Doni mengerjapkan matanya beberapa kali berusaha membuat dirinya sadar sepenuhnya.

Kini kesadaran Doni sudah terkumpul sepenuhnya, Doni turun dari atas tempat tidurnya dan berjalan ke arah dapur dilihatnya Wak Tuni yang tengah sibuk menambal beskom yang bocor dengan plastik yang sudah dibakar terlebih dahulu, setelah plastiknya meleleh dengan cepat wak Tuni menempelkannya pada permukaan ember yang bocor dan menunggunya sampai dingin.

“Kenapa harus ditambal? Uwak kan bisa beli yang baru saja."

Doni berjalan mendekati tempat air minum dan menuangkannya ke dalam gelas kemudian meminumnya sampai air yang diisikan tadi ke dalam gelas habis.

“Kau sudah bangun rupanya, kalau masih bisa digunakan kenapa harus beli yang baru."

Wak Tuni terkekeh melihat wajah Doni yang masih berantakan karena baru bangun.

“Oh iya Wak, apa Wak tidak lihat makhluk cebol dan membawa bakul? Tadi Doni liat pas baru bangun."

“Hahaha, maksudmu Ratna?"

“Oh, jadi itu orang ya Wak, Doni kira makhluk astral, tadi tiba-tiba muncul di kamar orang."

“Itu Ratna, anaknya ibu Wati rumahnya termaksud paling dekat dengan rumah Uwa jadi sering datang ke sini.”

“Tadi ke sini ngapain wak?"

“Bawa ubi rebus, kamu pergilah mandi kalau sudah makanlah ubi rebus yang di bawah Ratna tadi sebagai sarapan, Uwak simpan di meja."

“Iya Wak."

Setelah Doni mandi dan makan ubi rebus yang dibawah oleh Ratna tadi pagi Doni berjalan ke luar dan duduk di bawah pohon mangga depan rumah Wak Tuni, sambil menghirup udara segar pedesaan. Sementara Wak Tuni sendiri sudah pergi ke kebun saat Doni mandi tadi.

Karena bosan sendiri akhirnya Doni masuk ke dalam kamar yang ditempatinya tidur, mengambil ponselnya dan mencoba login pada semua akun media sosial miliknya, Doni berulang kali mencoba masuk tapi terus gagal karena jaringan yang ada di desa sangat buruk, akhirnya Doni hanya membuka galeri melihat-lihat foto hasil jepretannya semalam.

“Apa ini?"

Salah satu gambar hasil jepretannya semalam menarik perhatiannya.

Di gambar itu terlihat sosok seperti manusia tengah berdiri di tengah semak-semak menatap ke arahnya. Doni men-zoom gambar di ponselnya itu untuk memastikannya dan benar saja terlihat sosok mirip manusia berdiri di tengah semak-semak, matanya yang berwarna merah nanar menatap ke arahnya, badannya terlihat sangat besar dan memiliki bulu di sekujur tubuhnya.

“Makhluk aneh apa ini?"

...

...

Terpopuler

Comments

Ndo Ndoe Lumut

Ndo Ndoe Lumut

itu mah wowo

2021-10-24

0

ELI HERLINA

ELI HERLINA

mulai ada bau bau makhluk astral 🥶

2021-08-14

0

Panjul Sutowo

Panjul Sutowo

merinding....

2021-07-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!