Pembantumu Jodohku
Isak tangis seorang gadis yang bernama Gendis di depan kuburan sang paman yang masih basah mengharu biru. Keadaan kuburan sangat sepi, karena para pelayat sudah pulang ke rumah masing-masing. Paman Jimin yang selalu menyayangi dan menjadi sosok pengganti sang ayah yang selama ini tidak pernah Gendis ketahui keberadaanya. Tetapi paman telah kembali ke peraduannya lebih dulu. Pupus sudah harapan Gendis kini, untuk menyibak tabir misteri siapa ayah yang sudah membuatnya terlantar.
Jika Gendis menanyakan kepada Ningrum sang ibu tentang siapa ayah nya, Ningrum selalu marah. Harapan Gendis untuk mencari keberadaan sang ayah kandas sudah. Saksi kunci satu-satu nya yang tahu keberadaan ayah biologis Gendis hanya paman Jimin, tetapi Tuhan rupanya menyayangi Jimin dan meninggalkan Gendis lebih dulu. Jimin sudah berjanji kepada Gendis, akan memberi tahu siapa ayah Gendis. Namun paman mencari waktu yang tepat, karena paman Jimin sudah diancam oleh Ningrum ibu Gendis, agar jangan membuka mulut.
Anak kelas tiga SMK yang tinggal 6 bulan lagi akan lulus itulah karena sang paman yang membiayai. Namun dengan kepergian paman Jimin yang begitu cepat, Gendis ragu. Akankah ia mampu untuk lanjut sekolah sampai lulus? Sementara Ningrum sang ibu selama ini seolah tidak pernah perduli kepadanya.
Tidak ada hentinya Gendis berdoa di depan gundukan tanah, dimana sang paman pria baik dan penyayang kini telah pergi untuk selamanya.
"Paman... semoga Tuhan bersamamu,"
Gendis menaburkan bunga dan menyiram gundukan tanah dengan air kendi sebelum akhirnya beranjak dengan langkah berat meninggalkan Jimin dalam peristirahatan terakhir nya.
Dengan langkah gontai, Gendis kembali pulang ke rumah. Rumah milik sang paman yang sudah ia tinggali semenjak ia kecil. Walaupun bukan rumah mewah namun rumah ini yang membuat Gendis tumbuh menjadi gadis yang berwajah cantik. Walaupun sang ibu memberi nama Gendis bukan berarti kulitnya coklat kemerahan seperti gula jawa, seperti arti nama Gendis yang artinya gula.
************
Tiga hari kemudian, Gendis tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, ia harus bangkit kembali ke sekolah. Dengan seragam putih abu-abu rambut dikuncir kuda, menggendong tas rangsel, gadis itu keluar dari kamar.
"Kamu yakin? Mau melanjutkan sekolah Ndis?" tanya bu Ningrum yang baru selesai mandi.
"Gendis yakin Mak, aku harus bisa lulus sekolah, walaupun tanpa Paman," Gendis bersemangat menarik kursi usang yang sudah lapuk dimakan waktu, kemudian duduk berhadapan dengan bu Ningrum. Ia seruput teh manis dan singkong goreng untuk menu sarapan pagi yang sudah gendis masak setelah subuh tadi pagi.
"Jangan mimpi Ndis!" ketus Ningrum.
"Jangan begitu dong Mak... kalau berdoa untuk anak itu yang baik, karena doa Mak akan di kabulkan," tutur Gendis disela-sela mengunyah.
"Kamu harus menurut kata Mak, Ndis!" ketus Ningrum. "Lebih baik kamu berhenti sekolah, terus kerja sama Mak di rumah Tuan Daneswara, beliau sekarang sedang mencari pembantu" kata Ningrum.
"Nggak mau Mak, aku akan cari kerja yang lain saja, kalau sudah pulang sekolah, tapi jangan menjadi pembantu," tolak Gendis, jika ia bekerja menjadi pembantu bisa-bisa seharian, tentu tidak akan bisa bagi waktu untuk sekolah.
"Pokoknya Mak nggak mau tahu! Mulai besok, kamu harus ikut Mak bekerja! Walaupun kamu sekolah sampai setinggi apa, tetap saja! Ujung-ujungnya di dapur!" Pungkas Ningrum, kemudian beranjak meninggalkan Gendis.
"Maaak..." Gendis hanya bisa menarik napas sesak. Gendis menghabiskan sisa teh sebelum akhirnya berangkat ke sekolah.
Tanpa Gendis tahu Ningrum menatap langkah Gendis dari jendela. Air mata Ningrum bercucuran, menatap anak gadisnya hingga masuk angkutan umum.
Dengan berdesakan, Gendis numpang angkutan umum tidak lama kemudian tiba di sekolah. Ia berjalan pelan karena waktu masuk masih 10 menit lagi. Gendis membuka pintu kelas masih sepi, hanya terdengar derap sepatu miliknya. Ia segera duduk di kursi menurunkan tas, kemudian membuka risleting, ambil buku memeriksa tugas yang ia kerjakan selama tiga hari ini selama tidak masuk sekolah. Tugas sekolah yang selalu dikirimkan Ayu teman sekelasnya yang selalu baik kepadanya, agar tidak tertinggal pelajaran.
"Ndis..." Panggil Ayu yang baru saja tiba, lalu masuk duduk di sebelah Gendis sang sahabat.
"Kamu Yu" jawab Gendis segera menutup buku kemudian ngobrol dengan Ayu, membicarakan masalah tugas.
"Turut berduka cita Ndis, maaf ya, kemarin aku tidak bisa ikut Ibu aku taziah ke paman kamu," Ayu menatap sendu wajah sahabatnya. Ia tahu, Gendis pasti sangat kehilangan paman Jimin, karena hanya almarhum yang selalu ada untuk Gendis.
"Terimakasih Yu, doakan ya, semoga Paman aku di terima di sisi Tuhan," Gendis menunduk sedih.
"Aamiin..."
Obrolan mereka berhenti kala bel masuk berbunyi. Masuk guru pria yang bernama Damar, selaku wali kelas, kemudian menyampaikan materi pertama hingga tiba waktu istirahat.
"Gendis" panggil pak Damar, kala semua anak berhamburan untuk beristirahat.
"Saya Pak," Gendis berdiri di samping meja guru.
"Ikut saya ke kantor," titah pak Damar.
"Baik Pak" dengan perasaan campur aduk, Gendis mengikuti langkah pak Damar. Jika sudah di panggil ke kantor begini, sudah pasti urusan bayaran sekolah. Gendis harus menyiapkan tenaga dan pikiran bagaimana caranya agar bisa membayar tunggakan bayaran dan bisa melanjutkan sekolah.
"Ndis, kamu pasti sudah tahu mengapa kami memanggil kamu kesini" tandas pak Damar.
"Saya mengerti pak" Gendis mengangguk santun.
"Untuk itulah Ndis, ulangan semester akan di adakan seminggu lagi, jika kamu tidak segera melunasi tunggakan, kamu tidak akan bisa mengikuti ujian," pak Damar berbicara diplomatis. Sebenarnya pak Damar tidak tega menyampaikan ini karena Gendis masih berkabung, namun sebagai wali kelas, pak Damar hanya menjalankan amanat pihak sekolah.
"Saya akan berusaha Pak Damar,"
Gendis menutup pembicaraan karena sudah waktunya ikut pelajaran jam berikutnya.
**********
Jam pelajaran selesai Gendis bergegas menggendong rangsel. Namun sebelumnya ke toilet sekolah dulu salin baju. Mulai hari ini ia harus mencari kerja tanpa harus mengganngu sekolah.
"Ndis... kamu kenapa terburu-buru? Kita pulang bareng," Ayu mengejar Gendis dengan sepeda motor. "Terus... kenapa kamu ganti kaos?" cecar Ayu.
"Aku mau cari kerja Yu, Pak Damar tadi, memanggil aku agar melunasi tunggakan uang sekolah." tutur Gendis, setelah paman sakit selama 6 bulan, bayaran sekolah membengkak karena tidak dibayar.
Ayu mengerti tentang masalah apa yang dialami sahabnya. Tentu Ayu dengan senang hati mengantar Gendis untuk mencari kerja, hingga tiba disalah satu steam mobil, Gendis minta diturunkan dari motor.
"Ndis... ini kan tempat kerja pencucian mobil almarhum Paman kamu? Kamu yakin akan melamar bekerja disini? Ini pekerjaan laki-laki loh" cecar Ayu.
"Tenang saja, sebaiknya kamu pulang Yu, terimakasih ya," Gendis melambaikan tangan kepada Ayu, sebelum akhirnya masuk ke dalam pemilik usaha pencuncian mobil.
"Permisi Ko" kata Gendis, kepada koko.
"Ndis... kamu mau apa kesini? Bukankah paman Jimin sudah meninggal?" tanya koko, ia sudah mengenal Gendis, karena Gendis sering mengantar makan siang untuk paman Jimin ketika masih bekerja di tempat itu.
"Ko, saya mau melamar bekerja disini untuk menggantikan paman saya,"
"Apa kamu bisa Ndis? Ini kan pekerjaan laki-laki" dahi koko berkerut.
"Tenang saja Ko, koko bukanya sering lihat saya membantu paman" Gendis meyakinkan.
Dengan berbagai pertimbangan koko menerima Gendis bekerja di tempat itu.
Gendis mengamati mobil mewah yang baru datang, tentu milyaran rupiah harganya.
"Nah... ini tugas pertama aku, semangat... semangat Ndis," gumam Gendis. Ini tugas Gendis yang pertama kali akan mencuci mobil tersebut.
"Brak!
Tampak sang pemilik mobil keluar setelah dibukakan pintu oleh sang supir.
"Bisa saya bantu Tuan" Gendis tersenyum manis, membuat pemuda tampan pemilik mobil mewah membuka kaca matanya, menatap lekat wajah Gendis.
*******
Ayo kita berpetualang dengan Gendis semoga suka cerita ini. ❤❤❤.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Hera Puspita
baru mampir thor
2024-06-05
1
Elisanoor
Gendis anak ningrum, kan dia art ,masa ga sanggup byr spp sekolah si Gendis,jahat apa ya si Nining 😅
2023-10-09
1
Zenun
ayo
2023-10-07
0