Hijrah Sang Pendosa

Hijrah Sang Pendosa

Prolog

"Mau Kemana Kak malam-malam?" tanya Nandini lemah, saat ia memergoki kakaknya yang sudah bersiap untuk pergi.

"Kakak mau ke rumah teman dulu bentar. Kamu kalau mau tidur, tidur aja duluan terus kunci pintunya. Kakak bawa kunci kok" Jawab Fatimah sedikit gugup khawatir adiknya curiga lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu.

"Tunggu Kak" dengan langkah lemah Nandini mencegah kepergian sang kakak.

"Kenapa setiap hari kakak harus ke rumah teman kakak. Ada apa di sana?" tanya Nandini curiga, pasalnya tidak hanya hari ini saja Fatimah pergi. Tapi hampir setiap malam Fatimah pergi.

Semenjak Fatimah dan Nandini merantau ke kota, Nandini tidak pernah tahu pekerjaan sang kakak. Mereka hanya hidup berdua setelah kematian sang Ayah, Fatimah harus kerja banting tulang untuk menghidupi mereka berdua, Nandini tidak bisa membantu kakaknya karena Nandini sedang sakit Ia menderita penyakit Leukimia atau kanker darah sejak kecil.

Di usia nya yang masih terbilang muda, Fatimah sudah harus bekerja keras. Dia menjadi buruh cuci di rumah para tetangga di kampung atau dia juga berjualan gorengan ke sekeliling kampung. Masa kecil nya dia habiskan dengan bekerja, walaupun cape Fatimah tidak pernah mengeluh.

Nandini bersyukur memiliki Fatimah menjadi kakaknya, tapi juga kasihan. Sebab ia tahu dia tidak bisa membantu sang kakak karena kondisinya yang sakit-sakitan.

Nandini sering mengeluh sakit kepala tapi ia tahan agar tidak membuat Fatimah khawatir dengan kondisinya.

Ketika Fatimah berjualan gorengan tanpa sengaja Fatimah bertemu dengan teman masa kecilnya Wati. Dia sedang berkunjung ke rumah kedua orang tuanya yang kini rumah itu lebih besar dan mewah di bandingkan dengan rumah-rumah lainnya. Padahal dulu rumah orang tua Wati itu hanya sebuah gubuk dan masih lebih baik rumah Fatimah. Tapi sekarang berkat kesuksesan Wati, rumah itu di rombak dan menjadi rumah yang paling kaya bahkan adik-adik Wati semua di biayai Wati sampai kuliah.

Fatimah tergiur dengan kesuksesan Wati saat itu, karena tuntutan hidup dan harus membayar biaya pengobatan sang adik, Fatimah memutuskan untuk merantau ke kota dan meminta pekerjaan kepada Wati.

Fatimah menoleh ke arah sang adik lalu berkata "Kamu gak perlu tahu apa yang kakak lakukan, yang penting kakak bisa bayar pengobatan kamu." ucap Fatimah kesal lalu berlalu meninggalkan adiknya, dalam hati Fatimah tidak ingin adiknya tahu pekerjaan nya selama ini.

Nandini menatap sedih punggung sang kakak yang menjauh di balik pintu, bergegas ia menutup pintu lalu menguncinya.

FLASBACK ON

Perkenalkan Fatimah Azzahra, hidup berdua bersama adiknya Nandini putri, usianya 19 tahun beda 4 tahun di atas Nandini.

Fatimah berniat merantau ke kota atas tawaran teman kecilnya, Wati. Hidup Fatimah sudah sangat sulit semenjak Ayah mereka meninggal dunia. Fatimah menjadi tulang punggung keluarga yang harus bekerja mencari uang di tambah harus membiayai adiknya yang memiliki penyakit Leukimia sejak kecil.

Ibu mereka pergi entah kemana, dia meninggalkan Fatimah dan Nandini sejak kecil karena tidak mau hidup miskin bersama sang Ayah dan memiliki putri yang punya penyakit. Awalnya Ibu mengajak Fatimah untuk pergi dan meninggalkan Ayah dan Nandini, tapi Fatimah kasihan kepada mereka dan memilih untuk tinggal bersama Ayah dan juga Nandini.

Sekarang Fatimah ingin merubah nasib dan ingin memiliki banyak uang. Karena jika harus mengandalkan menjadi buruh cuci dan jualan gorengan itu tidak akan cukup bahkan sangat kurang sekali, sedangkan untuk biaya pengobatan Nandini sangat mahal. Mereka juga harus membayar hutang kepada tetangga-tetangga mereka.

Saat ini Fatimah dan Nandini sedang mencari kontrakan di kota. Fatimah kasihan melihat adiknya yang harus berjalan panas-panasan mencari kontrakan tapi Nandini tetap tersenyum padahal fisik nya lemah, Fatimah tahu, Nandini tidak ingin membuatnya khawatir.

"Dek, kamu tunggu di sini dulu yah. Kakak mau mencari kontrakan ke sebelah sana. Kakak seperti melihat tulisan di sewakan disebelah sana. Kamu istirahat saja di sini yah!" ucap Fatimah kepada Nandini yang tidak tega melihat wajah pucat sang adik.

Fatimah lalu berjalan, menengok ke kanan dan ke kiri melihat apakah ada kendaraan lalu ia menyebrang dan berjalan menjauh hingga Fatimah sudah tidak terlihat lagi dari pandangan Nandini.

Beberapa menit kemudian, Fatimah kembali ke adiknya dengan memakai jasa ojek. Lalu ia turun dan menghampiri adiknya

"Dek, kakak sudah ketemu kontrakan murah di sana" Fatimah menunjuk arah sebrang, "Posisi nya lumayan jauh, jadi kita naik ojek yah!".

"Iyah kak." jawab Nandini.

Fatimah dan Nandini naik ojek, Mereka tidak begitu banyak membawa barang. Bahkan tas yang di bawa Fatimah, ia tinggalkan di kontrakan itu. Jadi tas kecil yang di bawa Nandini tidak menyulitkan mereka walau mereka naik ojek berdempetan di tambah badan mereka yang ramping-ramping.

"Sudah neng," tanya tukang ojek

"Sudah mang" Jawab mereka serempak

Lalu motor pun melaju perlahan meninggalkan tempat istirahat tadi Nandini menuju kontrakan yang akan di sewa mereka.

Setiba nya di tempat kontrakan mereka turun dari motor, Fatimah tidak lupa membanyar ongkos ojek itu. Mereka ternyata sudah di sambut ramah oleh wanita bertubuh gempal.

"Ini uang sewa nya, Bu" Fatimah menyodorkan uang tiga ratus ribu pada pemilik kontrakan.

"Baik terima kasih yah, ini kuncinya." jawab Marni, pemilik kontrakan itu. Lalu berlalu meninggalkan Fatimah dan Nandini.

"Ayo masuk Dek, istirahat di dalam!" titah Fatimah.

"Iyah Kak."

Mereka masuk ke dalam kontrakan kecil, lumayanlah untuk tempat tinggal mereka berdua sementara. Kontrakan ini bisa di bilang seperti gudang, karena tidak seperti kontrakan pada umumnya, hanya ada satu ruangan, kamar mandi nya pun ada di luar ruangan ini. Namun Fatimah bersyukur Ibu pemilik kontrakan mau meminjamkan dua buah kasur untuk mereka.

Saat itu Fatimah tidak menganggap pusing kondisi rumah kontrakan nya, karena mereka memang butuh tempat untuk tinggal. Uang yang mereka punya hasil dari menjual rumah di kampung pun tidak seberapa banyak.

Mungkin setelah nanti Fatimah bisa bekerja di tempat nya Wati, ia akan bisa menyewa tempat yang lebih layak. Sementara mereka tinggal di tempat kecil ini dulu.

"Dek Maaf yah kakak hanya bisa menyewa tempat ini dulu sementara, kamu kan tahu kakak belum bekerja. Sisa uang penjualan rumah kita pakai untuk kehidupan sehari-hari ke depan dan untuk membeli obat kamu. Jadi setelah ini, kakak mau menghubungi Wati dan menanyakan pekerjaan kepadanya." jelas Fatimah.

"Iyah Kak. Maaf Nandini selalu merepotkan kakak dan makasih kakak selalu ada untuk Nandini. Tidak seperti Ibu yang justru meninggalkan kita anaknya." ucap Nandini menunduk sedih, Ia mengingat bagaimana Ibu mereka yang memilih meninggalkan mereka karena ia yang memiliki penyakit. Tapi Nandini juga bersyukur karena kakaknya dan Ayahnya tidak pernah meninggalkannya walaupun Ayahnya kini sudah di panggil sang pencipta tapi kakak nya di sini ada bersamanya dan selalu menyanyanginya.

Mendengar itu Fatimah menghampiri dan berjongkok di depan adiknya,

"Eh jangan bilang seperti itu, Nandini tidak pernah merepotkan kakak kok. Kamu satu-satu nya keluarga yang kakak punya. Kita hidup berdua dan pastinya saling bergantung, jadi kamu tidak perlu mengingat Ibu lagi dia sudah bahagia dengan pilihannya." ucap Fatimah menenangkan Nandini.

Nandini menganguk dan mengusap air mata di pipinya laku tersenyum menatap sang kakak.

"Gitu dong senyum, kakak senang melihatnya." lalu Fatimah berdiri, "Ya sudah kakak cari makanan dulu yah kamu pasti kelaparan. Kamu tunggu di sini yah!" ucap Fatimah dan berlalu keluar kontrakan.

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Terpopuler

Comments

carelin iliana

carelin iliana

Soo kyut

2024-04-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!