Part 8

"Mas semalam kamu kemana?, kenapa ngga pulang?" tanya Ayu.

Ddrtt,

Ddrtt,

Ddrtt,

Namun belum Azam menjawab getaran ponsel milik istrinya berbunyi. Di rogoh nya saku gamis dan mengambil ponselnya di situ.

"Tunggu, Mas"

Getaran dan nada dering pertanda ada panggilan masuk, namun sebelum Ayu mengangkat teleponnya, panggilan itu di akhiri.

Ayu mengenyitkan alis saat menerima ada pesan masuk yang datang dari nomer panggilan tadi.

Saat di buka pesan itu, Ayu kaget dan membekap mulut nya. Terjawab sudah kemana suaminya pergi tadi malam.

Hingga tanpa sadar ponsel Ayu terlepas jatuh dari genggamannya, Azam yang sedang lesu menoleh melihat apa yang terjadi pada istrinya, kenapa ia menjatuhkan ponselnya.

Tanpa sadar Ayu memegang perutnya, Azam yang penasaran dengan isi ponsel Ayu lalu beralih pada istrinya yang memegang perutnya, dia khawatir.

"Ada apa Yu?," tanya Azam.

"Mas perut ku sakit." Ayu mengerang kesakitan.

"Apa sudah waktu nya?,"

Ayu menggeleng karena memang usia kandungan nya baru delapan bulan. Ayu mengalami kontraksi hebat, Azam khawatir dengan keadaan istri dan calon anaknya lalu berlari dan memanggil supri supir pribadi mereka.

"Supri...Supri... dimana kamu?," Azam berlari ke arah dapur tapi tidak menemukan supir nya itu.

"Mbok Supri mana?". tanya Azam saat mendapati hanya Mbok Iyem yang berada di dapur.

"Mungkin di depan Tuan!." Jawab Mbok Iyem.

"Tolong panggil kan!, suruh siapkan mobil. Istri saya mau melahirkan."

"Baik Tuan." Wanita paruh baya itu berjalan tergopoh-gopoh memanggil Supri menjalankan apa yang di perintahkan majikannya. Sedangkan Azam berlari menuju kamar mereka dan mengambil tas yang isinya perlengkapan untuk melahirkan yang sudah di siapkan istri nya jauh-jauh hari itu.

"Arggghh,.... Mas toloooong!," teriak Ayu. Mendengar teriakan Ayu, Azam lalu berlari kembali ke ruang tamu dimana istrinya berada.

"Sayang, bertahan lah, kita ke rumah sakit sekarang juga." ucap Azam berusaha menyemangati istrinya.

"Arghh, Tolong Mas. Sakit." Rintih Ayu, keringat sebesar biji jagung membasahi wajah cantik Ayu. Dia sudah tidak kuat lagi. Azam bertambah panik ketika darah keluar dari pangkal paha istrinya.

Mbok Iyem datang menghampiri majikannya.

"Tuan mobil nya sudah siap." ucap Mbok Iyem lalu membantu membawakan tas itu dari tangan majikannya.

Sedangkan Azam menggendong istri nya dan berjalan menuju mobil.

"Bertahan lah sayang."

.

.

.

Sesampainya di rumah sakit, Azam turun dari mobil menuju resepsionis.

"Sus...tolong istri saya. Sepertinya mau lahiran." ucap Azam pada dua orang perawat yang berada di lobi rumah sakit.

Dua orang perawat tadi langsung dengan sigap memanggil rekan perawat lainnya kemudian berlari sambil mendorong brankar.

"Tolong tunggu di luar!" perintah perawat dan menutup pintu ruang UGD.

Azam mengusap wajah nya kasar. Jelas dia amat sangat ketakutan kehilangan sang istri pasalnya kejadian ini sangat mendadak, apalagi sang istri seperti melihat sesuatu yang tak terduga dari pesan yang ia dapatkan.

Ibu Azam datang setelah mendengar kabar dari Mbok Iyem kabar dari menantu nya itu.

"Bagaimana keadaan Ayu, Zam?." tanya Hamidah Ibu nya Azam.

"Dia sedang di tangani oleh Dokter, Bu!" ucap Azam, terlihat jelas gurat wajah kekhawatiran terpancar dari wajah lelaki berusia 28 tahun itu.

"Ibu berdoa semoga istri mu di berikan kelancaran dalam proses melahirkan." ucap Hamidah.

"Iyah Bu Aamiin."

***

Setelah malam itu, Pagi harinya Fatimah pulang ke apartement miliknya yang ia beli untuk kenyamanan dirinya dan adiknya, sudah lama Fatimah dan Nandini tidak tinggal di kontrakan milik Bu Marni lagi. Tepatnya semenjak ia mendapat uang lebih setelah ia menjual kep*rawanan miliknya kepada Madam Sindy.

Bermodal sisa uang yang dimilikinya, tadi nya dia berniat untuk mencari pekerjaan lain atau setidaknya dia bisa membuka usaha. Bersyukur Nandini sudah sembuh, sehingga Fatimah bisa fokus untuk mencari pekerjaan atau membuka usaha.

Namun sayang niat nya itu tercium oleh Madam Sindy.

Pada awalnya Fatimah mengira akan bebas setelah ia menjual kep*rawanannya. Namun ternyata salah, saat Fatimah sedang mencari pekerjaan, anak buah Madam Sindy menangkapnya dan memperlihatkan sebuah bukti yang membuat Fatimah tidak bisa lepas dari jerat Madam sindy. Hingga ia sampai saat ini terjebak dalam pekerjaan gelap ini.

Akhirnya Fatimah membeli Apartement sederhana untuk menghindari gunjingan para tetangga karena pekerjaannya yang mengharuskan keluar malam.

.

.

.

.

FLASHBACK ON

Fatimah tergesa-gesa turun dari taksi menuju tempat dimana Madam Cindy berada. Dia harus segera mendapatkan biaya untuk pengobatan Nandini. Dan Madam Sindy satu-satu nya pilihan Fatimah untuk mendapatkan pinjaman uang.

Tok Tok Tok

Setelah mengetuk pintu, Fatimah masuk setelah mendengar suara yang mempersilahkan dirinya masuk.

Di sana hanya ada Madam Sindy duduk sambil memegang gelas minumannya.

"Ada apa?," tanya Madam Sindy saat melihat Fatimah menghampiri dirinya yang sedang duduk di sofa.

"Madam maaf saya lancang!, Tapi saya tidak tahu harus bagaimana lagi?, Adik saya butuh biaya untuk pengobatan di rumah sakit. Bisakah Madam pinjamkan saya uang, saya janji akan membayarnya nanti!," ucap Fatimah memelas.

"Hahahaaaa!" Madam Sindy tertawa lalu meletakkan gelas minumannya ke meja dan berdiri menghampiri Fatimah yang berdiri menunduk tidak berani menatap Madam Sindy.

Madam Sindy menelisik penampilan Fatimah dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Cantik!" ujarnya.

"Bagaimana kamu akan membayarnya?," tanya nya.

"Aku akan bekerja keras, Madam!". ucap Fatimah.

"Aku akan meminjam kan kamu uang, tapi kamu harus bersedia menjual kep*rawananmu itu!." ucap lantang Madam Sindy.

Deg!.

Seketika jantung Fatimah seperti akan meledak dengan rasa terkejut yang amat terkejut mendengar tawaran dari Madam Sindy.

"Bagaimana?," tanyanya lagi lalu kembali duduk di sofa dengan kaki kanannya menopang kaki kirinya.

Fatimah terdiam,

"Aku akan mencari lelaki kaya yang bisa membeli kep*rawanmu dengan harga ratusan juta, uang segitu cukup untuk membayar biaya rumah sakit adikmu dan kamu juga bisa membeli rumah supaya kalian tidak mengontrak lagi!." ucap nya. "Tenang saja sakit nya cuman sekali dan setelah itu kamu bisa menikmatinya dan uang akan terus mengalir. Pelanggan ku bukan dari kalangan bawah. Aku akan jadikan kamu primadona sehingga bukan cuman rumah, mobil pun kamu bisa beli dan kamu tidak akan miskin lagi." lanjutnya panjang lebar.

'Bagaimana ini apa aku harus menjual kehormatan ku ini?, tapi di sini aku tidak punya pilihan lagi.'

Melihat Fatimah yang masih saja terdiam, Madam Sindy berkata kembali. "Kamu mungkin belum merasakan hidup enak dengan uang banyak makanya seperti ini. Aku bisa maklum karena kamu gadis dari kampung. Identitasmu akan menjadi rahasia seperti Helen, aku akan carikan nama yang pantas untuk pelangganmu."

"Aku tidak punya banyak waktu, Silahkan kalau kamu setuju, tanda tangan kertas ini sebagai perjanjian kontrak kerja." jelas Madam Sindy yang melihat Fatimah masih saja diam.

Flash back off

Fatimah mengingat bagaimana awal mula ia terjebak dengan pekerjaan ini namun saat ini Fatimah tidak bisa berhenti begitu saja. Apalagi anak buah Madam Sindy di mana-mana.

Sesampainya di Apartement, Fatimah memakirkan mobilnya turun dari mobil kemudian menuju lift Apartement lalu menekan tombol 5.

Sesaat Fatimah sampai di Apartement di sambut dengan kedatangan Zidan yang sudah berada di dalam Apartement miliknya.

"Zidan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Fatimah yang kaget karena kedatangan Zidan yang tiba-tiba di pagi hari.

"Hai Fatimah!." ucap Zidan.

Fatimah melirik adiknya, Nandini namun hanya di balas dengan gelengan saja olehnya.

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!