Part 2

Fatimah segera bangkit dari duduk.Terkejut melihat keberadaan Zidan, mantan kekasih nya di kampung. Fatimah tidak menyadari keberadaannya karena di sini banyak lelaki dan takut membalas tatapan mereka. Tatapan genit dengan mengedipkan mata tertuju pada Fatimah. Bukan hanya itu, mereka juga menatap tubuh nya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ini keadaan yang membuatnya risih.

Bahkan sambil melangkah masuk, Fatimah terus saja menarik rok nya ke bawah agar lebih mentupi paha. Namun semua itu sia-sia karena jika di tarik terlalu keras, rok itu pasti akan robek dan lebih parah lagi.

"Ma-Mas Zidan," Fatimah menanggapinya dengan gugup.

Ia malah tersenyum, tapi bukan senyum biasa. Lalu menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambut seperti lelaki lainnya. Lagi-lagi membuat Fatimah risih karena Fatimah menarik rok ke bawah dan Zidan menatapnya ke arah itu.

"Mas...mmmmm... Anu... M-mas ada apa yah?." Fatimah terus menarik rok nya walaupun itu semua tidak merubah keadaan.

"Ternyata aku tidak salah lihat, aku kira hanya kebetulan mirip saja. Aku tak menyangka akan bertemu Fatimah cantik di sini." Zidan berucap namun mata nya terus fokus pada dada Fatimah karena baju nya terlalu mencetak tubuh. Fatimah terus berusaha menutup dengan tas kecil yang di jinjing.

"Aku gak menyangka bertemu Mas di sini." Zidan adalah mantan kekasih Fatimah di kampung, Zidan tidak pernah di sukai oleh Ayah Fatimah karena sikapnya yang kurang sopan. Jadi Fatimah untuk memutuskan untuk tidak berpacaran lagi dengan Zidan, di samping karena tidak di sukai Ayah nya dia pun tidak punya waktu untuk berpacaran.

Zidan tidak terima di putuskan oleh Fatimah, tapi dia juga tidak ingin memaksa Fatimah. Jadi Zidan pun menerima ajakan orang tua nya untuk tinggal di kota dan meninggalkan kenangan manis bersama Fatimah saat di kampung.

Zidan meneguk minuman botol di tangannya. Lagi-lagi ia menatap ku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Entah kenapa, tatapannya seperti ingin menelanjangi Fatimah. Fatimah takut, sehingga agak mundur ke belakang.

"Aku kira kamu gadis lugu, tapi ternyata..." ucapnya mencemoh. "Aku menerima hinaan Ayahmu yang mengatakan kalau aku berandalan, urakan, anak tak sopan dan tidak pantas bersanding dengan anak nya yang wanita baik-baik. Jadi ini ajaran Ayah mu yang mengatakan kalau kamu wanita baik-baik dengan menjadi pemuas para laki-laki." lanjutnya.

Fatimah menatap sendu laki-laki yang pernah ia cintai dulu, dia boleh menghinanya tapi Zidan tidak boleh menghina Ayahnya, batin Fatimah.

"A-apa?" rasanya tidak percaya Zidan akan berucap yang menusuk jantung."

"Berapa harga mu? Aku penasaran ingin mencobanya."

Plak!

Fatimah menampar Zidan karena telah menghina harga dirinya. Tujuan nya ke sini bukan untuk jual diri. Hanya mencari kerja melalui temannya di kampung.

"Kamu...!" matanya merah membulat dan melotot.

"Jaga ucapanmu!". Fatimah menunjuk wajahnya tanpa takut.

"Hahahaaaa" Ia malah tertawa besar. "Kamu kira dengan sikapmu seperti ini, bisa menunjukan kalau kamu adalah wanita baik? Tapi ini tidak mengubah pandangan kami para lelaki. Lihat kamu sekarang!" Zidan menunjuk penampilan Fatimah. "Kamu di tempat seperti ini tapi berlagak sok suci... Hahahaha".

Tempat apa ini? Apakah tempat ini tempat yang buruk bagi wanita? Kalau di perhatikan, semua pengunjung lelaki yang berjudi dan minum minuman beralkohol. Ada beberapa wanita yang berpakaian seksi mengantar minuman dan memakai sepatu hak tinggi. Batin pikiran Fatimah berkecamuk saat melihat sekelilingnya.

Dirinya tidak jauh beda dengan wanita-wanita itu berpakaian terbuka hanya saja bedanya dia sendiri memakai sendal teplek bukan sepatu hak tinggi.

"Fatimah!" tiba-tiba Wati keluar dari pintu ruangan itu. Ia mendekat ke Fatimah.

"Kamu mau apa, Mas Ganteng?" tanya Wati pada Zidan dengan gaya genit. Wati menarik tangan Fatimah dan menyembunyikannya di belakang.

"Jadi kamu penyalurnya?" Zidan menanggapi ucapan Wati.

"Ssttt..!" Wati menempelkan telenjuknya pada bibir Zidan menyuruh Zidan diam, "Jangan bahas tentang teman aku, Wa aku aja kalau Mas butuh."

Fatimah heran kenapa Wati bersikap seperti itu. Jangan-jangan apa yang dipikiran Fatimah itu benar?.

"Ok, nanti aku Wa."

"Nah gitu dong, Kalau gitu, kami tinggal dulu."

Zidan menanggapi senyuman seperti tergoda dengan cara Wati berucap.

"Ayok Fatimah." Wati menarik tangan Fatimah. Mereka pun melangkah menuju pintu ruangan bos. Kala mereka melangkah, Zidan terpana menatap Fatimah dengan tatapan yang sulit ia jelaskan.

Mereka masuk ke ruangan itu. Di dalam ruangan itu, terlihat seorang lelaki duduk bersilang kaki di sofa sambil menghisap rokok. Rambutnya sudah menampakkan sedikit beruban, di meja depan dia duduk juga ada botol-botol minuman beralkohol yang sama dengan botol yang Zidan minum. Masih ada rasa risih yang di rasakan Fatimah kala lelaki itu juga menatapnya dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Bos ini Fatimah temanku!"

Fatimah berusaha tersenyum kecil menanggapinya.

"Kamu bisa kerja tanpa menarik rok mu itu."

Ternyata Bos nya Wati memperhatikan Fatimah risih dengan pakaian yang di kenakannya.

"Berdiri biasa aja Fatimah." tegur Wati agak berbisik dengan menautkan gigi nya berucap seperti menekan.

"Tapi Wati rok ini?"

"Sssttt.... Kamu harus berdiri biasa saja agat dapat pekerjaan di sini."

"Eheemmm....Bos nya Wati berdehem sehingga Fatimah dan Wati terdiam lalu mengalihkan pandangan mereka.

"Maaf bos, temanku ini dai kampung jadi dia belum terbiasa memakai pakaiana seperti ini. Tapi jangan khawatir nanti aku akan mengajari."

"Kamu bisa menantarkan minuman tanpa menarik rok itu." Mata Bos itu masih tertuju pada rok yang di kenakan Fatimah.

"Mmmm, tapi kerjaan nya apa yah?" tanya Fatimah. Ini yang ingin ia ketahui sedari tadi. Tempat ini membuat pikiran buruk tentang pekerjaan yang di carikan Wati untuknya.

"Ssstt nanti aku jelaskan. Yang penting kamu jawab aja pertanyaan bos aku." lagi-lagi menegur Fatimah.

"Tapi Wati aku..."

"Kerjaan nya seperti yang kamu lihat di luar. Ada gadis-gadis yang mengantarkan minuman ke meja-meja. Aku mau menjelaskan ini karena kerjaan mengingat Helen yang cukup bagus dan termasuk karyawan teladan. Kalau tidak aku tidak akam mau banyak bicara padz orang baru, apalagi orang itu butuh kerjaan padaku."

Alis Fatimah bertaut lalu memamdang temannya, Ia lupa kalau Wati ingin di panggil Helen. Dan ucapan bos Wati berhasi menyentil sehingga Fatimah terdiam dan menundukkan kepalanya. Jika hany mengantarkan minuman ke meja-meja mungkin tidak akan masalah, asal jangan menjual diri, pikirnya.

"Bos aku minta waktu untuk menjelaskan pada temanku ini, karena dia berasal dari kampung. Aku yakin ia kerja di sini tidak akan berulah dan tentu nya pasti akan rajin. Lagian aku juga dulu begitu pas awal-awal, bos ingatkan?. Tenang aja, jika ia tidak bisa patuh maka kerja an ini memang tidak layak untuknya."

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!