Part 10

"Apa wanita j@lang itu kecelakaan? bagus lah saya berdoa semoga dia cepat mati."

Degh

Fatimah terkejut dengan perkataan Ibu nya Wati.

"Jaga perkataan Ibu, Wati itu anak Ibu. Tidak sepantasnya seorang Ibu berkata seperti pada anaknya yang sekarang sedang berjuang hidup dan mati!."

"Kamu gak usah nasehatin saya Fatimah, saya tahu Wati di kota bekerja sebagai wanita murahan, iya kan!. Saya tak mau makan uang haram!."

"Anda bisa ngomong seperti setelah berhasil menikmati hasil kerja keras putri Anda!, Anda sehat. Hah!" ucap Fatimah sarkas.

"Pokoknya saya tidak peduli dengan keadaan Wati, biarlah dia mati karena karma pekerjaan

Tut...Tut..Tut

Sambungan telepon di matikan sepihak, membuat Fatimah mendengus kesal. Apalagi ketika ia mencoba menghubungi Ibu nya Wati sudah tidak lagi diaktifkan oleh nya.

Fatimah mengacak rambut frustasi berjalan gontai ke arah Zidan yang sedang duduk di kursi panjang.

"Kenapa lemes gitu Fatimah?. Memang nya tadi telpon dari siapa ?" tanya Zidan seraya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Dari Ibunya, Dia bilang tidak peduli dengan keadaan anaknya!." Jawab yang di tanya.

Fatimah bisa saja pergi meninggalkan Wati, dirinya bukan siapa-siapa Wati hanya sekedar teman saja. Tapi sisi kemanusiaan nya membuat dia harus tetap berada di sana.

"Astaghfirullohaladzim...Kok ada yah seorang Ibu yang tidak peduli dengan keadaan anaknya?." ucap Zidan mengucapkan kalimat istighfar.

Entah sejak kapan Zidan berubah menjadi sedikit agamis, dia juga sering meminta Fatimah untuk berhenti dari pekerjaannya. Tapi Fatimah tidak mengindahkan permintaan Zidan.

Segalanya butuh uang, dia tidak bisa mendapatkan uang banyak karena dia tidak memiliki keahlian apa-apa. Dulu dirinya tidak sekolah dan hanya bekerja sebagai penjual gorengan saja.

"Lalu bagaimana dengan biaya operasi Wati?, Apa mungkin Wati mempunyai simpanan di rumah nya."

Fatimah menggeleng, "Aku tidak tahu."

"Hhmmm ini aku ada sedikit uang, mungkin sedikit bisa meringankan biaya pengobatan Wati." ucap Zidan sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya dan menyerahkan kepada Fatimah.

Fatimah menerima uang dari Zidan dan mengucapkan terima kasih. Kemudian Zidan pamit karena ada pekerjaan mendesak.

"Kamu mau di sini dulu? atau ikut aku pulang?." tanya Zidan.

"Aku ikut pulang dulu kayaknya setelah membayar biaya administrasi untuk Wati." Jawab Fatimah.

"Baiklah, Ayo aku antar!."

Mereka berdua pun beranjak dari kursi dan berjalan menuju tempat administrasi untuk membayar uang muka biaya operasi Wati.

Setelah itu mereka keluar dari rumah sakit dan langsung pulang.

.

.

.

"Keluarga Bu Ayu?."

"Iyah Sus?, bagaimana apa anak saya sudah lahir?" tanya Azam seraya berdiri.

"Sudah pak, Alhamdulillah anak nya perempuan, Tapi...." Suster itu menjeda ucapannya.

"Tetapi apa Sus?" tanya Azam.

"Istri Bapak tidak bisa di selamatkan, Ibu Ayu meninggal dunia setelah anaknya lahir." ucap Suster itu membuat tubuh Azam limbung.

Azam tiba-tiba merasa lemas seakan tak bertenaga setelah mendengar Apa yang di ucapkan Dokter. Dunia nya runtuh seakan hancur lebur.

Ia hendak jatuh, namun dengan sigap Ibunya menopang tubuh Azam di bantu oleh Suster karena bobot tubuh Azam lumayan berat. Azam begitu kalut begitu mendengar kabar istrinya meninggal. Ibunya terus menyemangatinya agar tetap tegar dalam menjalani kehidupan.

"Yang tabah Azam, ingat masih ada anak kamu yang butuh uluran tangan Ayahnya. Ini demi Anak kamu!".

Azam pun luluh tersadar mendengar nasihat Ibunya. Ia kemudian bangkit seraya mengurus jenazah Istrinya, tidak ada sanak saudara yang datang dari keluarga istrinya. Karena istrinya hidup sebatang kara selama ini.

Setelah kematian istrinya yang sangat ia cintai, Azam menjadi sosok pendiam dan dingin. Bahkan sampai saat ini Azam belum melihat bagaimana rupa anaknya. Selama ini anaknya di asuh oleh Hamidah, Ibu dari Azam. Hamidah paham betul bahwa saat ini anaknya sedang terpukul karena kehilangan istrinya. Dengan sukarela ia akan mengasuh cucu nya sampai Azam bisa melupakan kesedihannya.

.

.

.

Hari demi hari Fatimah lewati, Wati belum ada tanda - tanda akan segera sembuh setelah operasi. Wati di nyatakan koma menurut Dokter.

Tidak ada sanak saudara yang menjaga Wati di rumah sakit, hanya Fatimah yang sesekali datang ke sana jika ia punya waktu senggang.

"Kamu harus sembuh Wati!." ucap Fatimah dan terus mengenggam tangan Wati.

Fatimah merasa kasihan kepada temannya itu. Dia berjuang bekerja keras mati-matian di kota sampai ia harus menggadaikan kehormatannya itu demi keluarganya. Tapi kini dia terbaring lemah tak sadar kan diri di rumah sakit dan tidak ada sanak keluarga yang mau membayar biaya pengobatan Wati di rumah sakit, bahkan untuk datang dan menemani ke sini pun tidak ada satu pun yang datang.

Bagaimana jika tak ada Fatimah di sisi Wati mungkin ia akan terlunta-lunta hidupnya.

Selama ini yang membayar biaya rumah sakit sebagian menggunakan uang Fatimah dan sebagian lagi menggunakan aset yang di miliki Wati.

Ddrrt,

Ddrtt,

Ddrrt,

Getaran di saku celana, menyadarkan Fatimah bahwa ada sebuah panggilan yang masuk dan ternyata dari Madam Sindy.

"Halo Melati, kamu di mana?." tanya Madam Sindy di sebrang sana tanpa basa basi.

"Melati sekarang lagi ada di rumah sakit, Madam." Jawab Fatimah.

"Kamu cepat langsung datang ke alamat ini yah, malam ini sudah ada yang membookingmu!. Aku kirim alamat nya lewat pesan."

Fatimah menghela nafas berat, sebenarnya dia sudah sangat malas hari ini. Tapi perintah dari Madam Sindy tidak bisa ia tolak.

Dengan sangat terpaksa ia meninggalkan Wati seorang diri di sini.

.

.

.

Seorang pria tengah tak sadarkan diri. Semenjak kematian sang istri yang tiba-tiba. Entah dia harus bahagia karena kelahiran anak nya yang sudah lama mereka nantikan atau dia harus meratapi kepergian sang istri.

Malam ini Azam menghabiskan waktu nya di bar, ia di temani oleh seorang temannya bernama Ronald.

Azam yang tidak pernah meminum-minuman keras, saat ini dia meminumnya. Azam di besarkan di lingkungan yang paham agama, tapi kepergian Ayu membuat dirinya terpukul seakan separuh hidupnya pergi bersama kepergian sang istri yang tiba-tiba.

Hingga pada akhirnya ia tak sadar kan diri karena terlalu banyak meminum minuman keras.

Azam juga tidak sadar bahwa hari ini dia sudah di manfaatkan oleh temannya sendiri. Dan ini sudah untuk yang kedua kalinya.

Ronald membawa Azam ke hotel dengan bantuan orang suruhannya. Di baringkannya tubuh Azam di ranjang King size, tak lupa di lucuti seluruh pakaiannya lalu tubuhnya mereka tutupi selimut.

Mereka keluar dari kamar hotel, meninggalkan Azam seorang diri.

Tidak lama kemudian, seorang wanita cantik berpakaian seksi masuk ke dalam kamar. Setelah itu dia melakukan tugas nya di sana.

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Terpopuler

Comments

Ira Susana

Ira Susana

dan jodoh nya Fatimah Azzam
awl nya kira'in Zidan jodoh Fatimah

2023-12-13

0

Widi Widurai

Widi Widurai

istrinya syok kan krn klakuan dia sendiri ngapain ikutan temen ke bar. akhirnya kejebak kan sampe tdur sama fatimah.

2023-11-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!