Part 18

"Assalamualaikum!, Ummi." ucap seseorang di depan pintu.

Deg!.

'Laki-laki itu?.' batin Fatimah.

Dia berjalan mendekati Ummi Salma lalu mencium punggung Ummi.

"Ummi tidak apa-apa? siapa yang meninggal?, Abi mana?." tanya laki-laki itu dengan nada khawatir karena ia melihat bendera kuning tepat di pasang di rumah nya. Lalu ia melihat ada dua jenazah yang terbaring di.

Dia cukup heran karena anggota keluarga mereka hanya berjumlah empat orang saja, Umi Salma dan Risma ada di hadapannya. Yang Hamzah khawatirkan itu adalah Abi nya yang meninggal, Tapi ada 2 jenazah...

Hamzah belum menyadari kehadiran Fatimah. Hamzah menunggu jawaban dari Uminya.

"Tenang Hamzah, Abi mu baik-baik saja. Yang meninggal itu Saudari Fatimah dan temannya." ucap Ummi Salma.

Mendengar jawaban dari Ummi nya, sontak Hamzah mengalihkan pandangan nya ke samping sang Ibunda. Dia belum mengenali wanita yang memakai pashmina itu, tapi sama-samar dia mengingat wanita yang semalam ia tolong.

'Dia kan...?' batin Hamzah.

"Saya Fatimah, Mas." ucap Fatimah menyadarkan Hamzah dari lamunan nya.

"Kamu bukannya wanita yang semalam?." tanya Hamzah.

Fatimah menganguk,

"Jadi kalian pernah bertemu?." tanya Umi Salma.

"Iyah Ummi." Jawab Hamzah tanpa menceritakan detailnya karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Apalagi di hadapan jenazah.

Hamzah beranjak menuju kamar nya lalu membersihkan badan kemudian ikut tazkiah.

***

Sudah satu minggu semenjak kepergian Nandini dan juga Zidan, Fatimah lebih banyak melamun. Hidup Fatimah sekarang menjadi sebatang kara.

Beruntung Kyai Syamsudin dan Ummi Salma memperbolehkan Fatimah tinggal di pesantren, Fatimah sedikitnya terhibur dengan candaan Santriwati yang terkadang mereka juga selalu menemani Fatimah saat senggang.

Saat ini Fatimah sedang memperhatikan sekelompok anak-anak mengaji di pondok. Dia duduk di bangku panjang menghadap anak-anak yang sedang membaca Alquran. Dia masih melihat mereka karena tidak ada kaca atau jendela yang menghalangi nya walaupun posisi Fatimah jauh di sebrang nya. Karena hanya ada tiang-tiang, dan bangunnya terbuat dari kayu dan berbentuk panggung.

"Kenapa kamu nggak ikut ngaji?." Suara seseorang menyadarkan Fatimah dari lamunannya.

"Saya tidak bisa mengaji." Jawab Fatimah.

"Kenapa? Apa kamu non muslim?." tanya nya lagi.

Fatimah menggeleng, "Bukan, Saya seorang muslim tapi saya tidak pernah belajar agama, pernah waktu kecil saat masih ada Ayah. Tapi setelah Ayah meninggal saya tidak pernah ikut mengaji lagi, saya di tuntut mencari uang agar saya bisa hidup."

Hamzah tertegun mendengar penuturan Fatimah.

Menyadari bahwa Fatimah sudah menceritakan kehidupan nya, ia langsung berkata, "Maaf!."

Hamzah mengenyitkan alisnya, "Maaf ?, maaf untuk apa?."

"Maaf karena saya malah menceritakan kehidupan saya yang pahit." Jawab Fatimah.

"Kamu tidak salah, jadi tidak perlu minta maaf. Jika kamu butuh teman curhat saya bersedia kok untuk mendengarkannya." senyum tulus Hamzah kepada Fatimah.

"Terima kasih." ucap Fatimah berterima kasih.

"Sama-sama." Jawab Hamzah.

Lalu mereka sama-sama memandang lurus anak-anak yang sedang mengaji.

"Tidak ada kata terlambat untuk menuntut ilmu. Selama kita masih bernafas, menuntut ilmu itu wajib." ucap Hamzah lalu Fatimah menoleh ke samping mendengarkan dengan seksama penjelasan Hamzah.

"Sebagaimana Hadist Nabi Muhammad Saw : Menuntut ilmu (Agama)itu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan. Jadi wajib setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan itu mencari ilmu agama, tidak hanya mencari ilmu umum. Definisi wajib adalah di kerjakan mendapat pahala jika tidak di kerjakan mendapat dosa. Maka berdosalah baik laki-laki ataupun perempuan jika tidak menuntut ilmu. Saya tidak bermaksud menggurui tapi sebagai sesama muslim kita wajib saling menasihati." tambahnya.

" Saya memang tidak paham dengan agama, karena selama ini saya sibuk mencari uang untuk kehidupan Saya dan juga Almarhum adik saya. Jadi apakah saya boleh belajar agama dengan Mas?."

"Tentu saja boleh, saya akan sangat senang jika kamu mau belajar agama. Jika kita paham tentang agama maka kita bisa membentengi diri kita selama hidup di dunia. Jangan terlena dengan dunia karena dunia itu Fana yang artinya hanya sementara. Semua akan kembali kepada sang pencipta Allah Swt."

Fatimah menganguk, setetes air mata membasahi pipinya. Dia teringat dengan Almarhum teman-temannya dan adiknya, Wati, Zidan dan juga Nandini, mereka sudah berpulang meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini.

Fatimah menganguk, "Apa yang Mas katakan benar, Apalagi sekarang saya sebatang kara, orang-orang yang selalu menemani saya selama ini sudah tiada. Entah bagaimana saya hidup kedepannya, saya sudah tidak memiliki semangat hidup lagi."

"Istighfar Fatimah, jangan berbicara seperti itu. Semua yang terjadi sudah menjadi takdir Allah, kita sebagai manusia tidak bisa mengelaknya. Allah juga tidak menyukai orang yang berputus asa. Seperti firman Allah dalam Alquran surat Az Zumar ayat 53-54 'Wahai hamba-hamba ku yang melampaui batas (mendzalimi diri sendiri) jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya dia maha pengampun lagi maha penyanyang' lalu di ayat 54 nya 'Kembali lah kepada Tuhanmu dan berserah diri kepadanya sebelum datang Azab kepadamu dan kamu tidak akan di tolong'"

Fatimah tersentil mendengar nasehat Hamzah kepada dirinya. Ada rasa takut karena apa yang selama ini ia kerjakan adalah perbuatan dosa. 'Apakah Allah akan mengampuni dirinya yang berdosa?,

Fatimah terdiam mencerna setiap kata yang di ucapkan oleh Hamzah.

"Saya tidak tahu apa yang kamu alami selama ini, tapi saya hanya ingin mengatakan sepahit apapun perjalanan hidup kita, Allah selalu ada bersama orang-orang yang selalu mendekatkan diri kepada nya." ujar Hamzah.

Fatimah menganguk yang artinya membenarkan apa yang di katakan Hamzah. Namun apakah orang seperti dirinya itu pantas mendapatkan ampunan dari Allah?, batin Fatimah.

Tanpa sadar Fatimah mengelus perut nya yang masih datar. Ada kehidupan di dalam perutnya. Fatimah mengingat ucapan Nandini bahwa dirinya tidak boleh menambah dosa dengan menggugurkan bayi yang tidak berdosa. Beruntung sat kecelakaan terjadi janin dalam perut Fatimah selamat, tidak terjadi apa-apa kepada calon bayinya. Ternyata Allah masih melindungi dia dan memberi kesempatan kepadanya untuk berubah menjadi pribadi yang baik. Untuk itu Fatimah akan meninggalkan kehidupan maksiat nya yang dulu.

"Fatimah apa kamu baik-baik saja?." tanya Hamzah.

Fatimah melirik sekilas kepada Hamzah lalu menatap kembali anak-anak yang masih mengaji, Fatimah mengingat pertemuan pertama nya dengan Hamzah, seumur hidup dia tidak pernah di perlakukan semulia dan terhormat itu oleh seorang laki-laki. Laki-laki yang selalu ia temui selalu memandang lapar melihat tubuhnya.

"Saya baik-baik saja, Mas." Jawab Fatimah.

"Syukurlah!, Alhamdulillah."

Fatimah berjanji, sejak hari ini dan selanjutnya ia akan belajar mempelajari agama dan berhijrah menjadi yang lebih baik lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!