NovelToon NovelToon

Hijrah Sang Pendosa

Prolog

"Mau Kemana Kak malam-malam?" tanya Nandini lemah, saat ia memergoki kakaknya yang sudah bersiap untuk pergi.

"Kakak mau ke rumah teman dulu bentar. Kamu kalau mau tidur, tidur aja duluan terus kunci pintunya. Kakak bawa kunci kok" Jawab Fatimah sedikit gugup khawatir adiknya curiga lalu melangkahkan kakinya ke arah pintu.

"Tunggu Kak" dengan langkah lemah Nandini mencegah kepergian sang kakak.

"Kenapa setiap hari kakak harus ke rumah teman kakak. Ada apa di sana?" tanya Nandini curiga, pasalnya tidak hanya hari ini saja Fatimah pergi. Tapi hampir setiap malam Fatimah pergi.

Semenjak Fatimah dan Nandini merantau ke kota, Nandini tidak pernah tahu pekerjaan sang kakak. Mereka hanya hidup berdua setelah kematian sang Ayah, Fatimah harus kerja banting tulang untuk menghidupi mereka berdua, Nandini tidak bisa membantu kakaknya karena Nandini sedang sakit Ia menderita penyakit Leukimia atau kanker darah sejak kecil.

Di usia nya yang masih terbilang muda, Fatimah sudah harus bekerja keras. Dia menjadi buruh cuci di rumah para tetangga di kampung atau dia juga berjualan gorengan ke sekeliling kampung. Masa kecil nya dia habiskan dengan bekerja, walaupun cape Fatimah tidak pernah mengeluh.

Nandini bersyukur memiliki Fatimah menjadi kakaknya, tapi juga kasihan. Sebab ia tahu dia tidak bisa membantu sang kakak karena kondisinya yang sakit-sakitan.

Nandini sering mengeluh sakit kepala tapi ia tahan agar tidak membuat Fatimah khawatir dengan kondisinya.

Ketika Fatimah berjualan gorengan tanpa sengaja Fatimah bertemu dengan teman masa kecilnya Wati. Dia sedang berkunjung ke rumah kedua orang tuanya yang kini rumah itu lebih besar dan mewah di bandingkan dengan rumah-rumah lainnya. Padahal dulu rumah orang tua Wati itu hanya sebuah gubuk dan masih lebih baik rumah Fatimah. Tapi sekarang berkat kesuksesan Wati, rumah itu di rombak dan menjadi rumah yang paling kaya bahkan adik-adik Wati semua di biayai Wati sampai kuliah.

Fatimah tergiur dengan kesuksesan Wati saat itu, karena tuntutan hidup dan harus membayar biaya pengobatan sang adik, Fatimah memutuskan untuk merantau ke kota dan meminta pekerjaan kepada Wati.

Fatimah menoleh ke arah sang adik lalu berkata "Kamu gak perlu tahu apa yang kakak lakukan, yang penting kakak bisa bayar pengobatan kamu." ucap Fatimah kesal lalu berlalu meninggalkan adiknya, dalam hati Fatimah tidak ingin adiknya tahu pekerjaan nya selama ini.

Nandini menatap sedih punggung sang kakak yang menjauh di balik pintu, bergegas ia menutup pintu lalu menguncinya.

FLASBACK ON

Perkenalkan Fatimah Azzahra, hidup berdua bersama adiknya Nandini putri, usianya 19 tahun beda 4 tahun di atas Nandini.

Fatimah berniat merantau ke kota atas tawaran teman kecilnya, Wati. Hidup Fatimah sudah sangat sulit semenjak Ayah mereka meninggal dunia. Fatimah menjadi tulang punggung keluarga yang harus bekerja mencari uang di tambah harus membiayai adiknya yang memiliki penyakit Leukimia sejak kecil.

Ibu mereka pergi entah kemana, dia meninggalkan Fatimah dan Nandini sejak kecil karena tidak mau hidup miskin bersama sang Ayah dan memiliki putri yang punya penyakit. Awalnya Ibu mengajak Fatimah untuk pergi dan meninggalkan Ayah dan Nandini, tapi Fatimah kasihan kepada mereka dan memilih untuk tinggal bersama Ayah dan juga Nandini.

Sekarang Fatimah ingin merubah nasib dan ingin memiliki banyak uang. Karena jika harus mengandalkan menjadi buruh cuci dan jualan gorengan itu tidak akan cukup bahkan sangat kurang sekali, sedangkan untuk biaya pengobatan Nandini sangat mahal. Mereka juga harus membayar hutang kepada tetangga-tetangga mereka.

Saat ini Fatimah dan Nandini sedang mencari kontrakan di kota. Fatimah kasihan melihat adiknya yang harus berjalan panas-panasan mencari kontrakan tapi Nandini tetap tersenyum padahal fisik nya lemah, Fatimah tahu, Nandini tidak ingin membuatnya khawatir.

"Dek, kamu tunggu di sini dulu yah. Kakak mau mencari kontrakan ke sebelah sana. Kakak seperti melihat tulisan di sewakan disebelah sana. Kamu istirahat saja di sini yah!" ucap Fatimah kepada Nandini yang tidak tega melihat wajah pucat sang adik.

Fatimah lalu berjalan, menengok ke kanan dan ke kiri melihat apakah ada kendaraan lalu ia menyebrang dan berjalan menjauh hingga Fatimah sudah tidak terlihat lagi dari pandangan Nandini.

Beberapa menit kemudian, Fatimah kembali ke adiknya dengan memakai jasa ojek. Lalu ia turun dan menghampiri adiknya

"Dek, kakak sudah ketemu kontrakan murah di sana" Fatimah menunjuk arah sebrang, "Posisi nya lumayan jauh, jadi kita naik ojek yah!".

"Iyah kak." jawab Nandini.

Fatimah dan Nandini naik ojek, Mereka tidak begitu banyak membawa barang. Bahkan tas yang di bawa Fatimah, ia tinggalkan di kontrakan itu. Jadi tas kecil yang di bawa Nandini tidak menyulitkan mereka walau mereka naik ojek berdempetan di tambah badan mereka yang ramping-ramping.

"Sudah neng," tanya tukang ojek

"Sudah mang" Jawab mereka serempak

Lalu motor pun melaju perlahan meninggalkan tempat istirahat tadi Nandini menuju kontrakan yang akan di sewa mereka.

Setiba nya di tempat kontrakan mereka turun dari motor, Fatimah tidak lupa membanyar ongkos ojek itu. Mereka ternyata sudah di sambut ramah oleh wanita bertubuh gempal.

"Ini uang sewa nya, Bu" Fatimah menyodorkan uang tiga ratus ribu pada pemilik kontrakan.

"Baik terima kasih yah, ini kuncinya." jawab Marni, pemilik kontrakan itu. Lalu berlalu meninggalkan Fatimah dan Nandini.

"Ayo masuk Dek, istirahat di dalam!" titah Fatimah.

"Iyah Kak."

Mereka masuk ke dalam kontrakan kecil, lumayanlah untuk tempat tinggal mereka berdua sementara. Kontrakan ini bisa di bilang seperti gudang, karena tidak seperti kontrakan pada umumnya, hanya ada satu ruangan, kamar mandi nya pun ada di luar ruangan ini. Namun Fatimah bersyukur Ibu pemilik kontrakan mau meminjamkan dua buah kasur untuk mereka.

Saat itu Fatimah tidak menganggap pusing kondisi rumah kontrakan nya, karena mereka memang butuh tempat untuk tinggal. Uang yang mereka punya hasil dari menjual rumah di kampung pun tidak seberapa banyak.

Mungkin setelah nanti Fatimah bisa bekerja di tempat nya Wati, ia akan bisa menyewa tempat yang lebih layak. Sementara mereka tinggal di tempat kecil ini dulu.

"Dek Maaf yah kakak hanya bisa menyewa tempat ini dulu sementara, kamu kan tahu kakak belum bekerja. Sisa uang penjualan rumah kita pakai untuk kehidupan sehari-hari ke depan dan untuk membeli obat kamu. Jadi setelah ini, kakak mau menghubungi Wati dan menanyakan pekerjaan kepadanya." jelas Fatimah.

"Iyah Kak. Maaf Nandini selalu merepotkan kakak dan makasih kakak selalu ada untuk Nandini. Tidak seperti Ibu yang justru meninggalkan kita anaknya." ucap Nandini menunduk sedih, Ia mengingat bagaimana Ibu mereka yang memilih meninggalkan mereka karena ia yang memiliki penyakit. Tapi Nandini juga bersyukur karena kakaknya dan Ayahnya tidak pernah meninggalkannya walaupun Ayahnya kini sudah di panggil sang pencipta tapi kakak nya di sini ada bersamanya dan selalu menyanyanginya.

Mendengar itu Fatimah menghampiri dan berjongkok di depan adiknya,

"Eh jangan bilang seperti itu, Nandini tidak pernah merepotkan kakak kok. Kamu satu-satu nya keluarga yang kakak punya. Kita hidup berdua dan pastinya saling bergantung, jadi kamu tidak perlu mengingat Ibu lagi dia sudah bahagia dengan pilihannya." ucap Fatimah menenangkan Nandini.

Nandini menganguk dan mengusap air mata di pipinya laku tersenyum menatap sang kakak.

"Gitu dong senyum, kakak senang melihatnya." lalu Fatimah berdiri, "Ya sudah kakak cari makanan dulu yah kamu pasti kelaparan. Kamu tunggu di sini yah!" ucap Fatimah dan berlalu keluar kontrakan.

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Part 1

Fatimah kembali membawakan Nandini makanan, kemudian mengeluarkan nasi bungkus yang ia beli lalu memberikannya satu untuk Nandini.

"Setelah ini kakak mau mencari alamat Wati." ucap Fatimah memulai percakapan tanpa melihat wajah sang adik.

Nandini mendongak dan menatap wajah Fatimah khawatir "Apa sebaiknya kakak istirahat dulu, kita kan baru sampai di kota. Kakak pasti capek" ucap Nandini takut Fatimah kelelahan karena perjalanan dari kampung kota itu jauh.

"Tidak, Ini masih siang, kakak tidak ingin membuang waktu. Kakak mau beli ponsel dulu setelah itu menghubungi Wati." jelas Fatimah yang tahu kekhawatiran Nandini, sedangkan mereka sangat membutuhkan uang. Menurutnya semakin cepat ia mendapatkan pekerjaan semakin cepat juga dia mendapatkan uang.

"Baik kak, terserah kakak. Tapi kakak hati-hati yah!"

Fatimah mengangguk lalu menyuapkan nasi ke mulutnya, sebagai kakak dia harus kuat menghadapi keras nya kehidupan. Nandini saat ini bergantung dan mengandalkan dirinya, hanya dia yang Nandini punya.

Fatimah juga sangat menyanyangi adik nya itu, ia tahu penyakit yang di derita Nandini adalah penyakit mematikan. Fatimah belum siap kalau harus kehilangan adik satu-satunya itu, ia ingat ketika sang Ayah meninggal dunia Fatimah begitu sangat terpukul kehilangan sosok pelindung dan penjaganya itu. Jadi ia juga tidak mau kehilangan sang adik, Fatimah rela berjuang bekerja keras mencari uang demi membayar biaya pengobatan Nandini supaya Nandini bisa hidup lebih lama dengannya.

***

Fatimah keluar dari kontrakan lalu berniat membeli HP terlebih dahulu. Kota ini besar takut nyasar dan malah buang-buang ongkos, pikirnya.

Setelah mendapatkan HP baru dengan nomer baru tentunya. Lalu Fatimah menghubungi temannya, Wati.

"Halo" terdengar suara Wati di sebrang sana.

"Halo Wati, ini aku Fatimah,"

"Fatimah? Fatimah yang mana?"

"Aduh ini aku Fatimah, teman SMA dan sekampung kamu, Ingat?. Beberapa bulan yang lalu kita bertemu di terminal saat kamu pulang kampung. Dan kamu memberikan nomer mu kepadaku." jelas Fatimah semangat menjelaskan.

"Oohh Fatimah, soalnya aku tahu kamu gak punya handphone takut jika ada orang yang iseng, jadi aku berhati-hati. Maaf yah Fatimah."

"Iyah gak papa Wati. Aku sudah sampai di kota, kamu dimana?."

Wati memesankan Fatimah taksi online yang akan menjemput Fatimah di counter ini. Tidak lama kemudian taksi pun datang yang sebelumnya menghubungi Fatimah terlebih dahulu, aku menuju rumah kontrakan Wati. Dia berharap Wati bisa membantunya mendapatkan pekerjaan.

Taksi berhenti di depan sebuah rumah di sebuah perumahan. Suasana tampak sepi meskipun hari sudah siang. Kala Fatimah turun terlihat Wati membukakan pintu seperti tahu akan kedatangannya. Ia tersenyum menyambut.

"Aku ngga nyangka kamu bisa sampai ke sini."

Mereka berpelukan karena sudah lama tidak bertemu, pertemuan mereka pada saat di terminal dan itu sudah sangat lama sekali. Fatimah saat itu masih ragu untuk menerima ajakan Wati bekerja di kota.

Tapi setelah keadaan Fatimah semakin terjepit seperti sekarang ini. Dengan sangat terpaksa ia harus mau merantau ke kota. Dengan begitu ia bisa membayar hutang pengobatan Nandini kepada tetangga nya yang sudah membantunya saat Nandini di opname. Beruntung ada yang membeli tanah dan rumahnya di kampung sehingga ia sekarang sudah berada di Kota saat ini.

"Wah kamu beneran Wati?"

"Aduh, Fatimah. Apa kamu hilang ingatan sampai ragu begitu.Tapi kalau di sini kamu memanggilku Helen saja, yah!"

"Kenapa begitu,"

"Udah ga usah banyak tanya, aku merasa nama Wati sedikit kampungan jadi aku merubah nama ku di kota menjadi Helen. Jadi sebaiknya kamu memanggilku Helen yah!"

"Iiyah terserah kamu deh, aku panggil kamu Helen."

"Good job Fatimah." Wati tersenyum senang.

Sebenarnya Fatimah sangat tidak menyangka Wati akan sangat berubah. Tidak ada Wati yang rambutnya di kepang dan rok yang panjang. Ia sekarang memakai celana pendek dan bahkan seperti celana dalam. Bukan hanya itu, baju nya itu juga mencetak buah dada nya.

"Hey," seru Wati sambil mencoel dagu Fatimah. "Kenapa malah bengong, ayo masuk!" tangan Fatimah di tarik oleh Wati masuk ke dalam.

Rumah Wati kecil tapi cukup bersih dan rapih. Sofanya juga empuk. Bukan hanya itu saja, di meja makan terhidang makanan jajanan seolah Wati memang sedang menyambut Fatimah.

"Kamu sama siapa ke sini?"

Fatimah menceritakan semua kepelitan dalam hidupnya yang harus pontang panting bekerja mencari uang. Termasuk nekad menjual harta satu-satunya peninggalan Ayahnya, rumah dan tanah agar bisa membayar hutang kepada tetangga-tetangganya, dan sisa nya ia gunakan untuk biaya hidup mereka di kota.

"Kamu yang sabar yah Fatimah, Nandini beruntung memiliki kakak kayak kamu."

"Seperti nya Nandini tidak beruntung punya kakak seperti aku, yang payah dan tidak berguna ini. Kalau saja dia punya kakak yang kaya, dia tidak akan hidup susah bahkan mungkin ia akan menjalani pengobatan yang mahal dan Nandini akan cepat sembuh."

"Kamu jangan berbicara seperti itu. Tidak ada seorang kakak yang banyak berkorban demi kesembuhan adiknya dan mengesampingkan kehidupanya hanya demi kebahagiaan sang adik seperti yang kamu lakukan sekarang. Nandini pasti bangga menjadi adikmu."

"Entahlah, aku harap semua yang kamu katakan benar" ujar Fatimah tersenyum.

"Tentu saja" jawab Wati.

Hening seketika tidak ada ynag berbicara, lalu Fatimah menjelaskan maksud kedatangannya.

"Aku butuh kerjaan Wati. Apakah di tempatmu bekerja ada lowongan?"

"Tenang saja... Aku pasti kan kamu dapat kerja di sini. Tapi..." Wati melihat ke arah rok yang Fatimah kenakan.

"Ada yang salah?"

"Kamu harus berubah agak kekotaan. Jangan gaya kampungan."

"Aku ada bajunya," Fatimah teringat baju yang ia beli, belum pernah ia pakai.

"Tidak, kamu pakai baju ku saja. Kita langsung temui bos aku sore ini karena aku juga harus masuk kerja. Aku yakin gadis secantik kamu pasti di terima bekerja."

Sore ini Fatimah di bawa oleh Wati menemui bos nya. Pakaiannya sangat tidak nyaman karena rok pendek dan baju ngepas dibadan. Wati bilang, ini baju yang biasa jika bekerja di sana. Sepertinya Fatimah harus terbiasa asalkan ia dapat kerjaan.

Mereka sampai di sebuah bangunan yang terlihat banyak mobil-mobil bagus terparkir di depannya. Masuk ke tempat ini, jalannya sepi. Mata Fatimah fokus melihat bangunan yang tidak ada namanya. Biasanya kalau kantor pasti ada nama perusahaan terpampang di depan bangunan.

Kala melangkah masuk, Fatimah berjalan di belakang Wati,

"Ayok jangan bengong," tangan Fatimah di tarik.

"Wati, kok pengunjungnya kebanyakan laki-laki ya?"

Terlihat di dalam kafe ini banyak kaum lelaki duduk sambil minum dan merokok. Bukan hanya itu, mereka duduk seperti bermain judi dengan adegan sinetron yang sering Fatimah tonton di televisi bersama Nandini.

Banyak mata melihat Fatimah, ada yang mengedipkan mata dan ada yang tersenyum genit. Fatimah sangat risih sehingga memegang erat kengan Wati.

"Kamu duduk di sini dulu yah, aku mau temui bos dulu di ruangan."

"Wati, aku takut sendirian." Fatimah memegang erat tangan Wati ketakutan.

"Jangan takut, lagian mereka hanya melihat saja kok."

Wati tetap meninggalkan Fatimah sendirian di sofa, lalu ia berlalu masuk ke ruangan tak jauh dari tempat Fatimah duduk.

Beberapa wanita berpakaian seksi mengantarkan minuman ke meja-meja. Apakah itu pekerjaan yang di katakan Wati?, batin Fatimah bertanya. Kalau di lihat pekerjaannya mudah hanya mengantarkan minuman saja. Hanya cara berpakaian nya yang kurang bagus.

"Fatimah." tiba-tiba seseorang memegang pundak Fatimah.

Fatimah mengalihkan pandangannya ke belakang.

"Ma-Mas Zidan" Fatimah terkejut melihatnya sudah berdiri di belakang Fatimah sambil membawa minuman.

Bersambung.....

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Part 2

Fatimah segera bangkit dari duduk.Terkejut melihat keberadaan Zidan, mantan kekasih nya di kampung. Fatimah tidak menyadari keberadaannya karena di sini banyak lelaki dan takut membalas tatapan mereka. Tatapan genit dengan mengedipkan mata tertuju pada Fatimah. Bukan hanya itu, mereka juga menatap tubuh nya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Ini keadaan yang membuatnya risih.

Bahkan sambil melangkah masuk, Fatimah terus saja menarik rok nya ke bawah agar lebih mentupi paha. Namun semua itu sia-sia karena jika di tarik terlalu keras, rok itu pasti akan robek dan lebih parah lagi.

"Ma-Mas Zidan," Fatimah menanggapinya dengan gugup.

Ia malah tersenyum, tapi bukan senyum biasa. Lalu menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambut seperti lelaki lainnya. Lagi-lagi membuat Fatimah risih karena Fatimah menarik rok ke bawah dan Zidan menatapnya ke arah itu.

"Mas...mmmmm... Anu... M-mas ada apa yah?." Fatimah terus menarik rok nya walaupun itu semua tidak merubah keadaan.

"Ternyata aku tidak salah lihat, aku kira hanya kebetulan mirip saja. Aku tak menyangka akan bertemu Fatimah cantik di sini." Zidan berucap namun mata nya terus fokus pada dada Fatimah karena baju nya terlalu mencetak tubuh. Fatimah terus berusaha menutup dengan tas kecil yang di jinjing.

"Aku gak menyangka bertemu Mas di sini." Zidan adalah mantan kekasih Fatimah di kampung, Zidan tidak pernah di sukai oleh Ayah Fatimah karena sikapnya yang kurang sopan. Jadi Fatimah untuk memutuskan untuk tidak berpacaran lagi dengan Zidan, di samping karena tidak di sukai Ayah nya dia pun tidak punya waktu untuk berpacaran.

Zidan tidak terima di putuskan oleh Fatimah, tapi dia juga tidak ingin memaksa Fatimah. Jadi Zidan pun menerima ajakan orang tua nya untuk tinggal di kota dan meninggalkan kenangan manis bersama Fatimah saat di kampung.

Zidan meneguk minuman botol di tangannya. Lagi-lagi ia menatap ku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Entah kenapa, tatapannya seperti ingin menelanjangi Fatimah. Fatimah takut, sehingga agak mundur ke belakang.

"Aku kira kamu gadis lugu, tapi ternyata..." ucapnya mencemoh. "Aku menerima hinaan Ayahmu yang mengatakan kalau aku berandalan, urakan, anak tak sopan dan tidak pantas bersanding dengan anak nya yang wanita baik-baik. Jadi ini ajaran Ayah mu yang mengatakan kalau kamu wanita baik-baik dengan menjadi pemuas para laki-laki." lanjutnya.

Fatimah menatap sendu laki-laki yang pernah ia cintai dulu, dia boleh menghinanya tapi Zidan tidak boleh menghina Ayahnya, batin Fatimah.

"A-apa?" rasanya tidak percaya Zidan akan berucap yang menusuk jantung."

"Berapa harga mu? Aku penasaran ingin mencobanya."

Plak!

Fatimah menampar Zidan karena telah menghina harga dirinya. Tujuan nya ke sini bukan untuk jual diri. Hanya mencari kerja melalui temannya di kampung.

"Kamu...!" matanya merah membulat dan melotot.

"Jaga ucapanmu!". Fatimah menunjuk wajahnya tanpa takut.

"Hahahaaaa" Ia malah tertawa besar. "Kamu kira dengan sikapmu seperti ini, bisa menunjukan kalau kamu adalah wanita baik? Tapi ini tidak mengubah pandangan kami para lelaki. Lihat kamu sekarang!" Zidan menunjuk penampilan Fatimah. "Kamu di tempat seperti ini tapi berlagak sok suci... Hahahaha".

Tempat apa ini? Apakah tempat ini tempat yang buruk bagi wanita? Kalau di perhatikan, semua pengunjung lelaki yang berjudi dan minum minuman beralkohol. Ada beberapa wanita yang berpakaian seksi mengantar minuman dan memakai sepatu hak tinggi. Batin pikiran Fatimah berkecamuk saat melihat sekelilingnya.

Dirinya tidak jauh beda dengan wanita-wanita itu berpakaian terbuka hanya saja bedanya dia sendiri memakai sendal teplek bukan sepatu hak tinggi.

"Fatimah!" tiba-tiba Wati keluar dari pintu ruangan itu. Ia mendekat ke Fatimah.

"Kamu mau apa, Mas Ganteng?" tanya Wati pada Zidan dengan gaya genit. Wati menarik tangan Fatimah dan menyembunyikannya di belakang.

"Jadi kamu penyalurnya?" Zidan menanggapi ucapan Wati.

"Ssttt..!" Wati menempelkan telenjuknya pada bibir Zidan menyuruh Zidan diam, "Jangan bahas tentang teman aku, Wa aku aja kalau Mas butuh."

Fatimah heran kenapa Wati bersikap seperti itu. Jangan-jangan apa yang dipikiran Fatimah itu benar?.

"Ok, nanti aku Wa."

"Nah gitu dong, Kalau gitu, kami tinggal dulu."

Zidan menanggapi senyuman seperti tergoda dengan cara Wati berucap.

"Ayok Fatimah." Wati menarik tangan Fatimah. Mereka pun melangkah menuju pintu ruangan bos. Kala mereka melangkah, Zidan terpana menatap Fatimah dengan tatapan yang sulit ia jelaskan.

Mereka masuk ke ruangan itu. Di dalam ruangan itu, terlihat seorang lelaki duduk bersilang kaki di sofa sambil menghisap rokok. Rambutnya sudah menampakkan sedikit beruban, di meja depan dia duduk juga ada botol-botol minuman beralkohol yang sama dengan botol yang Zidan minum. Masih ada rasa risih yang di rasakan Fatimah kala lelaki itu juga menatapnya dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Bos ini Fatimah temanku!"

Fatimah berusaha tersenyum kecil menanggapinya.

"Kamu bisa kerja tanpa menarik rok mu itu."

Ternyata Bos nya Wati memperhatikan Fatimah risih dengan pakaian yang di kenakannya.

"Berdiri biasa aja Fatimah." tegur Wati agak berbisik dengan menautkan gigi nya berucap seperti menekan.

"Tapi Wati rok ini?"

"Sssttt.... Kamu harus berdiri biasa saja agat dapat pekerjaan di sini."

"Eheemmm....Bos nya Wati berdehem sehingga Fatimah dan Wati terdiam lalu mengalihkan pandangan mereka.

"Maaf bos, temanku ini dai kampung jadi dia belum terbiasa memakai pakaiana seperti ini. Tapi jangan khawatir nanti aku akan mengajari."

"Kamu bisa menantarkan minuman tanpa menarik rok itu." Mata Bos itu masih tertuju pada rok yang di kenakan Fatimah.

"Mmmm, tapi kerjaan nya apa yah?" tanya Fatimah. Ini yang ingin ia ketahui sedari tadi. Tempat ini membuat pikiran buruk tentang pekerjaan yang di carikan Wati untuknya.

"Ssstt nanti aku jelaskan. Yang penting kamu jawab aja pertanyaan bos aku." lagi-lagi menegur Fatimah.

"Tapi Wati aku..."

"Kerjaan nya seperti yang kamu lihat di luar. Ada gadis-gadis yang mengantarkan minuman ke meja-meja. Aku mau menjelaskan ini karena kerjaan mengingat Helen yang cukup bagus dan termasuk karyawan teladan. Kalau tidak aku tidak akam mau banyak bicara padz orang baru, apalagi orang itu butuh kerjaan padaku."

Alis Fatimah bertaut lalu memamdang temannya, Ia lupa kalau Wati ingin di panggil Helen. Dan ucapan bos Wati berhasi menyentil sehingga Fatimah terdiam dan menundukkan kepalanya. Jika hany mengantarkan minuman ke meja-meja mungkin tidak akan masalah, asal jangan menjual diri, pikirnya.

"Bos aku minta waktu untuk menjelaskan pada temanku ini, karena dia berasal dari kampung. Aku yakin ia kerja di sini tidak akan berulah dan tentu nya pasti akan rajin. Lagian aku juga dulu begitu pas awal-awal, bos ingatkan?. Tenang aja, jika ia tidak bisa patuh maka kerja an ini memang tidak layak untuknya."

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!