Part 4

"Kamu di mana?, Jadi kerja nggak hari ini? Aku sudah bilang pada Bos Erik ia akan menerima mu bekerja karena aku, Fatimah. Kalau enggak udah banyak yang antri kerja di sini." terdengar suara Wati di telepon yang membuat Fatimah terpacu untuk bekerja.

"Tapi aku tidak bisa memakai pakaian seperti itu dari kontrakan. Akan ada banyak pandangan buruk dari Nandini dan tetangga-tetangga di sini," Suara Fatimah agak di pelankan menjawab telepon Wati. Bahkan bicara saja sambil memasukkan baju Wati ke dalam tas.

"Kamu ganti aja di sini, asalkan kamu datang lebih awal."

"Baiklah aku siap-siap dulu."

"Oke aku tunggu, jangan lama-lama"

Setelah mengakhiri pembicaraan di telepon. Fatimah pamit pada Nandini, dan berpesan untuk berhati-hati di rumah. Kemudian dia menyediakan stok makanan supaya Nandini tidak kelaparan saat di tinggal.

Setelah berpamitan Fatimah melangkah cepat ke arah samping rumah utama pemilik kontrakan. Namun baru saja ingin pergi ke pagar rumah terlihat Bu Leha sedang duduk di teras depan rumahnya terlihat dia sedang menelpon. Fatimah menyapa dan Bu Leha tersenyum mengangukkan kepala meskipun Hp nya masih menempel di telinga.

Naik ojek online Fatimah menuju tempat kerja itu. Ya, itu sebuah cafe dan tempat perjudian. Jika bukan karena keadaan mungkin pekerjaan ini Fatimah akan tolak, karena jika mengandalkan uang yang tersisa, takut saja nanti tidak kunjung dapat dan uang habis untuk biaya sehari-hari. Yang penting dia kerja bukan untuk jual diri, itu pikirnya.

***

"Kamu kenapa lama sekali?" tegur Wati langsung melarik tangan Wati saat Fatimah baru saja tiba di tempat kerjaan.

"Kamu kenapa di luar? Nunggu aku?" Fatimah mengiringi langkah Wati.

"Bukan, lagian aku kurang yakin kamu akan datang. Tadi ada yang datang mencarimu!"

"Hah?" Fatimah merasa aneh saja jika ada yang mencari sementara dirinya baru saja menginjakkan kaki di sana. Intinya dia belum punya teman sehingga ada yang mengunjungi. Atau jangan-jangan Zidan, batin Fatimah bertanya.

"Siapa?" tanya Fatimah.

"Helen!" Tiba-tiba ada yang memanggil Wati tapi dengan nama Helen, sepertinya Fatimah harus terbiasa memanggil Wati dengan nama Helen. Mereka langsung menengok ke belakang.

Seorang wanita cantik berkelas dengan dress hitam selutut, sepatu hak tinggi menenteng sebuah tas mewah, bisa dipastikan itu tas branded memanggil Wati alias Helen. Ia mendekat dari arah pintu masuk.

"Ya Madam?," Jawab Wati.

Wanita itu menatap wajah Fatimah dari ujung kepala sampai ujung rambut, alisnya berkerut entah sedang memikirkan apa. Fatimah merasa risiko karena masih berpakaian biasa saja dengan rok panjang dan kemeja longgar. Fatimah sadar karena semua wanita di sini berpakaian pendek dan riasan wajah begitu tebal.

"Maaf Madam ini temanku, Fatimah. Ia baru datang dari kampung belum sempat dandan. Tapi nanti akan aku berubah seperti penampilan lainnya. Madam tenang saja." Ujar wati menunjuk Fatimah.

"Oke cepat bawakan minum seperti biasa!" Ia berlalu dengan lagak angkuh dan tak terlihat lagi setelah masuk ke ruangan Bos Erik.

"Jangan bengong, Ayok" Wati menarik Fatimah masuk dapur tapi mirip seperti kamar rias. Yang jelas ada kamar mandi di sudut ruangan dan cermin besar di dinding sebelah kanan.

Fatimah duduk di depan cermin rias mirip seperti yang di gunakan artis-artis,

"Kali ini ku ajari kamu, dan boleh pake make upku. Tapi lain kali beli sendiri bila kamu sudah dapat gaji pertama." Wati pun terus merias wajah Fatimah dan mengajari perempuan itu berdandan.

"Nanti kamu juga belajar pakai sepatu High heels agar lebih menarik." kata Wati tangannya masih sibuk menambah lipstik di bibir Fatimah yang rasanya sudah sangat tebal.

"Ayo kita keluar, kita temui Bos Erik di ruangan nya!" Ajak Wati.

Fatimah beranjak dari duduk nya dan mengikuti Wati dari belakang. Mereka harus melewati tamu-tamu atau pengunjung Cafe yang kebanyakan kaum laki-laki.

Seperti biasa pandangan mereka menatap Fatimah seperti pandangan yang penuh nafsu dan gairah. Penampilan Fatimah berubah 180° derajat saat melewati tamu-tamu pengunjung Cafe, Gaun hitam seksi sudah melekat di tubuhnya, di tambah riasan wajah tebal Fatimah menambah kesan menggoda bagi kaum laki-laki.

Saat pertama kemari, Fatimah tidak menggunakan riasan hanya menggunakan rok pendek. Tapi sekarang penampilan Fatimah membuat takjub semua orang yang melihatnya.

Tentu saja Fatimah risih dengan tatapan mereka.

Saat tiba di depan pintu ruangan yang di tempati oleh Bos mereka yang diketahui oleh Fatimah bernama Bos Erik dan yang baru saja Fatimah bertemu, wanita berkelas yang menenteng Tas mewah diketahui bernama Madam Sindy. Fatimah diberi tahu dari Wati saat sedang merias wajah Fatimah tadi.

Tok,

tok,

tok.

"Masuk!" terdengar suara dari dalam yang menyuruh Fatimah dan Wati masuk ke ruangan itu.

Jantung berdegup kencang saat Fatimah melihat Bos Erik dan Madam Sindy menatap nya dari ujung rambut sampai ujung kaki, Sebuah senyuman terbit dari ujung bibir Bos Erik. Fatimah ketakutan melihat itu. Hingga tanpa sadar dia sudah berdiri di belakang Wati.

"Ternyata kita punya primadona di sini Madam, Hahaha" ucap Bos Erik di selingi dengan tawa yang membuat perut gempal nya itu naik turun.

Wanita yang bernama Madam Sindy itu menghampiri Fatimah dan Wati, lalu menyuruh mereka duduk.

"Tanda tangani ini?" ujar wanita itu yang menyodorkan selembar kertas pada Fatimah.

"Apa ini Madam?" tanya Fatimah.

"Kontrak kerja, cepat kamu tanpa tangani itu supaya kamu bisa langsung kerja." ucap Wati sambil menyenggol lengan Fatimah saat Fatimah bertanya tentang selembar kertas itu pada Madam.

Madam Sindy hanya diam saja, saat Fatimah sudah menandatangani kertas itu, senyum terbit di bibirnya yang membuat Fatimah ngeri melihatnya. Apa keputusan nya sudah tepat?, batin Fatimah bertanya.

"Mulai sekarang nama kamu, Melati." ucap Madam Sindy kepada Fatimah.

"Apa?" Fatimah berpikir kenapa ia harus mengganti nama saat bekerja?, sangat membingungkan. Tapi Fatimah tidak berani untuk bersuara, kata ituu hanya tercekat sampai di tenggorokannya.

"Sudah kalian bisa kembali bekerja!" ucap Wanita itu lalu berdiri dan berjalan melangkah mendekati Bos Erik dan mengecup bibir nya sekilas yang sontak di lihat Fatimah.

Fatimah terkejut dengan apa yang di lihat nya.

"Ayo Melati!" ajakan Wati alias Helen menyadarkan Fatimah untuk beranjak meninggalkan ruangan itu.

"Kita harus terbiasa dengan nama panggilan masing-masing kamu juga memanggilku dengan panggilan Helen."

"Tapi kenapa?"

"Sudah nanti aku jelaskan di luar saja." ucap Wati lalu menarik tangan Fatimah keluar dari ruangan Bos mereka, namun Fatimah sempat menoleh ke arah Bos Erik dan Madam Sindy yang kembali berciuman malah lebih intens, di sela ciuman mereka, Bos Erik menatap Fatimah dan mengedipkan mata nya kepada Fatimah.

Sontak Fatimah terkejut dan ketakutan.

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Terpopuler

Comments

Ira Susana

Ira Susana

jujur seperti kisah ku,ank sekolah hanya mencari uang tif,,dgn menemani minum sj,,dri ats smpek pusat dah lah cukup🤭🙈😁☺️😌ms lalu yg cukup kelam ketika ke perawat di ragukan(dkt jurang,,nmn tdk nsuk jurang) Alhamdulillah🤲🏻dan menikah dgn paksu di tmpt bekerja😂🤣🤣

2023-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!