Part 9

"Zidan apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Fatimah yang kaget karena kedatangan Zidan yang tiba-tiba di pagi hari.

"Hai Fatimah!." ucap Zidan.

Fatimah melirik adiknya, Nandini namun hanya di balas dengan gelengan saja olehnya.

"Aku kangen sama kamu!" ucap Zidan merentangkan tangannya lalu menghampiri hendak memeluk Fatimah. Tapi sebelum itu Fatimah sudah memberi pelototan kepada Zidan dan akhirnya Zidan tidak jadi memeluk Fatimah hanya memeluk angin saja.

"Dek, Kakak mau bicara nya dulu sama Kak Zidan. Bisa kah kamu tinggalkan kami berdua di sini!," pinta Fatimah pada Nandini.

Nandini menganguk, "Iyah Kak," lalu ia memutar kursi roda nya dan berbalik menuju kamar nya. Pandangan Fatimah tidak lepas dari adiknya hingga Nandini hilang dari pandangannya masuk ke dalam kamar.

Lalu di rebahkan tubuhnya di sofa empuk miliknya. Memejamkan mata nya sesaat karena dirinya sedang sangat lelah, namun tamu tak di undang ini sudah datang pagi-pagi sekali ke Apartemen miliknya.

"Sudah ku bilang aku kangen sama kamu Fatimah!" ucap Zidan lalu menghampiri Fatimah yang duduk di sofa.

Fatimah mendengus kesal, "Aku harap besok -besok kamu tidak datang ke sini tanpa sepengetahuanku, kamu tahu aku menjaga perasaan Nandini. Dia tidak tahu pekerjaanku."

"It's Oke!, aku tidak akan mengulangi nya lagi. Ngomong-ngomong kemarin kamu tidak bisa di hubungi, kenapa?" tanya Zidan menopang dagu nya menatap Fatimah.

"Kamu kan tahu aku kerja."

"Sebaiknya kamu berhenti saja dari pekerjaan itu!," Fatimah mengerutkan keningnya mendengar perintah Zidan.

"Kamu menikah saja dengan ku!, aku akan memenuhi semua kebutuhan kamu, tenang saja." lanjutnya.

Fatimah berdecak mendengar tawaran Zidan, "Jangan kira aku tak tahu kalau kamu selama ini pengangguran, Mau ngasih makan apa aku nanti lalu apakah kamu mau membayar biaya pengobatan adik ku yang mahal?."

Zidan menghela nafas panjang, "Tapi bagaimana bisa kamu membayar pengobatan adikmu dengan uang haram?."

Fatimah melempar bantal sofa ke arah Zidan"Ck...kalau kamu ke sini hanya untuk ini, lebih baik kamu pergi saja!. Adikku bisa saja mendengar omongan kamu." ucap Fatimah dengan mata mendelik.

Dddrt,

Dddrt,

Ddrtt,

Terpampang di layar ponsel nama Wati memanggil.

"Halo Wati ada apa?" ucap Fatimah.

"Mbak ini saya mau menyampaikan kalau Saudari Wati mengalami kecelakaan di jalan Tol."

"APA?" Fatimah Spontan berdiri karena kaget mendengar berita itu,.

"Saudari Wati sudah di bawa ke Rumah sakit Karunia Asih, Saya di minta pihak rumah sakit untuk memberi kabar keluarga. Dan kontak anda yang berada di urutan atas. Untuk itu bisakah Mbak datang kemari!".

"Baik Pak, terima kasih banyak sudah menolong teman saya, saya akan segera ke sana!" Fatimah kembali terduduk lemas di sofa, tungkai kakinya mendadak terasa lemas, tulang-tulang di dalam tubuh seakan semuanya terlepas. Tak lama kemudian dia tersadar dan langsung bersiap-siap menuju rumah sakit sesuai info yang di dengar nya tadi.

Meskipun Wati orang yang sudah menjerumuskan dirinya ke dalam pekerjaan ini, tapi Fatimah tidak tega membiarkan Wati seorang diri dalam keadaan dia sedang terkena musibah sedangkan Orang tua dan Kerabat nya masih berada di kampung.

Dia satu-satu nya teman di sini dan sudah di anggap kerabat oleh Wati.

"Fatimah ada apa?" tanya Zidan yang melihat Fatimah yang panik dan tergesa-gesa mengambil tas dan dompet nya. Dia menghiraukan panggilan Zidan hingga Zidan menarik lengannya.

"Ada apa?." tanyanya.

"Wati kecelakaan, Zidan."

"Wati?."

"Maksud ku Helen."

"Apa? yah sudah aku yang menyetir." ucap Zidan mengambil kunci di tangan Fatimah.

Setelah berpamitan kepada Nandini. Fatimah dan Zidan terburu-buru keluar dari Apartement dan Mereka berdua masuk ke dalam mobil Fatimah dengan Zidan yang menyetir.

.

.

.

.

Sepanjang perjalanan Fatimah mencoba menghubungi pihak keluarga Wati di kampung. Namun nomer Ibu nya Wati selalu berada di luar jangkauan.

Kendaraan roda empat itu berhenti tepat di depan pintu Unit Gawat Darurat, Fatimah belum berhasil menghubungi Ibu nya Wati, membuat dia merasa bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.

"Dokter sedang melakukan penanganan kepada Saudari Wati.!" ucap seorang suster yang keluar dari pintu UGD.

Fatimah mengusap wajahnya gusar, dia khawatir dan panik dengan keadaan Wati.

"Bagaimana Fatimah, apa kamu sudah bisa menghubungi keluarga Wati?."

"Belum, belum Zidan. Tidak bisa di hubungi, selalu di luar jangkauan." Jawab yang di tanya sambil mondar-mandir di depan pintu.

Beberapa jam kemudian, pintu Gawat Darurat terbuka. Dokter keluar dengan wajah terlihat tegang, menanyakan keluarga pasien ingin berbicara empat mata.

"Bagaimana dengan keadaan teman saya, Dok?." tanya Fatimah dengan nada panik dan penasaran ingin tahu keadaan temannya saat ini.

"Di sini ada keluarga pasien?." tanya Dokter itu sekali lagi.

"Maaf Dok, keluarganya belum bisa di hubungi. Teman saya merantau ke sini dan keluarganya berada jauh di kampung. Mungkin akan sangat lama jika menunggu keluarga nya datang. Dokter bisa katakan langsung pada saya, nanti saya sampaikan kepada keluarganya." ucap Fatimah yang sudah sangat tidak sabar ingin tahu keadaan Wati.

"Baiklah, Pasien mengalami pendarahan otak dan harus segera di lakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan nyawa teman Anda!." terang Dokter membuat Fatimah menghela nafas berat.

"Operasi?. Apakah tidak ada cara lain, selain operasi Dok?. Terus bagaimana dengan biaya nya dokter!."

"Tidak ada cara lain Mbak!. Dan kami juga harus bergerak cepat. Untuk masalah biaya bisa di tanyakan di bagian administrasi. Nanti Assisten saya juga segera membawakan surat persetujuan penanganan operasi dan harus segera di tandatangani. Agar pasien segera mendapatkan penanganan."

"Baik Dokter."

"Kalau begitu saya permisi dulu, tolong segera di persiapkan semuanya."

"Siap Dokter!."

Lelaki beralmamater putih itu kemudian bergegas pergi meninggalkan Fatimah dan juga Zidan karena masih banyak pasien lain yang membutuhkan penanganan dari nya.

Gontai perempuan berusia 25 tahun itu berjalan menuju bagian administrasi, menanyakan kisaran biayanya yang harus di siapkan kemudian segera mendatangani surat persetujuan penanganan operasi. Mungkin jika pihak keluarga Wati akan merasa lega karena Wati sudah mendapatkan penanganan.

"Mohon lakukan pembayaran minimal sepuluh juta untuk uang muka yah Mbak!. Sebab jika belum menerima pembayaran dari keluarga pasien kami juga belum bisa melakukan tindakan operasi." ujar perempuan yang berpakaian putih-putih seraya menyodorkan selembar kertas kepada Fatimah.

"Baik Sus, terima kasih!."

Fatimah berjalan dengan lesu menuju ke arah Zidan yang sedang duduk di dekat ruang Unit Gawat Darurat.

"Harus bayar uang dulu baru Dokter bisa melakukan tindakan operasi." ucap Fatimah.

"Terus gimana?, keluarga nya masih belum bisa di hubungi?." tanya Zidan.

Fatimah menggeleng,

"Ya sudah kamu hubungi aja terus keluarganya!." usul Zidan.

Fatimah mengikuti usul Zidan untuk terus menghubungi keluarga Wati.

"Halo?" ucap seseorang di sebrang sana.

"Halo, Syukurlah. Bu saya mau ngabarin kalau Wati kecelakaan. Keadaannya sangat kritis. Bisakah Ibu datang kesini?." ucap Wati.

"Apa wanita j@lang itu kecelakaan? bagus lah saya berdoa semoga dia cepat mati."

Degh

Fatimah terkejut dengan perkataan Ibu nya Wati.

...*** MOHON BANTU LIKE DAN KOMENT YAH ***...

Terpopuler

Comments

Ira Susana

Ira Susana

Astaghfirullah ibu nya Wati, menikmati nya jg

2023-12-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!