Part 13

Setelah dari pemakaman, Fatimah dan Zidan pulang ke rumah Almarhumah Wati, karena mobil Fatimah masih terparkir di sana. Mereka pun sekalian pamit kepada Pak Asep dan keluarganya.

.

.

.

Sepanjang perjalanan ke kota, Di dalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti mereka, tidak ada satu pun dari mereka yang bersuara. Zidan memaklumi karena Fatimah baru saja kehilangan temannya untuk itu dia juga ikut diam dan fokus menyetir.

Sampai di Apartement, Fatimah turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih kepada Zidan yang sudah menemaninya.

Zidan mengangukkan kepalanya, lalu menaiki mobilnya yang terparkir di besment Apartement Fatimah. Membunyikan klakson lalu melambaikan tangan kepada Fatimah untuk pamit pulang.

Setelah mobil Zidan pergi meninggalkan basment dan tidak nampak lagi oleh Fatimah. Fatimah berjalan gontai menuju lift dan menekan tombol di mana Apartement nya berada.

Memasuki Apartement, Fatimah tidak melihat Nandini. Fatimah pikir Nandini saat ini sudah tidur karena hari sudah malam.

Fatimah masuk ke dalam kamarnya lalu merebahkan diri di kasur memandangi langit-langit kamarnya. Kejadian yang menimpa Wati sangat membekas di hati Fatimah.

Tiba-tiba perasaan takut menelisik ke dalam hati Fatimah, dia takut kematian menghampirinya saat ia masih melakukan pekerjaan hina ini. Fatimah bukan nya tidak tahu apa yang di lakukannya itu dosa, karena ketika Ayah nya masih ada. Fatimah dan Nandini juga pernah ikut mengaji saat di kampung.

Mengambil keputusan di tengah kegundahan, memutar semua kejadian mencoba perlahan untuk pergi dari keterpurukan, walaupun semua itu sulit di lakukan, tapi seperti nya hidayah itu telah menghampiri Fatimah saat ini.

Berubah memang tak mudah, mungkin itu kata yang pas untuk menggambarkan diri Fatimah saat ini. Dirinya yang terjebak dengan kelamnya dunia malam, bahkan Fatimah pernah menjadi wanita simpanan.

Perlahan ia mengusap perut nya yang masih datar, mengingat sudah ada jiwa di dalam dirinya.

Saat itu dia hampir saja membunuh janin yang tak berdosa itu jika saja Nandini tidak mencegahnya, mungkin Fatimah sudah menambah daftar dosa dalam hidupnya

Di tengah kegundahan nya, suara bel terus menerus berbunyi di kediaman milik Fatimah. 'Siapa gerangan yang bertamu larut malam begini?.', batin Fatimah.

Fatimah beranjak dari pembaringannya, keluar dari kamar lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Melati!."

"Steefy?. Ngapain kamu malam-malam ke mari?."

"Ya ampun, kamu gak nawarin aku masuk dulu nih?." tanya wanita yang bernama Steffy yang mempunyai profesi yang sama dengannya.

"Ya udah, Ayo masuk!." Ajak Fatimah.

Steefy berjalan masuk melewati Fatimah lalu duduk di sofa sambil menumpukkan kaki kanan nya di atas kaki kiri yang menampilkan paha mulus di balik rok pendek nya.

Fatimah ikut duduk berhadapan dengan Steffy.

"Mel, kamu gak kerja gitu?. Bukankah kamu ada job malam ini?. Rencananya aku mau ngajak berangkat bareng." tanya Steffy.

Fatimah mendengus kesal mendengar pertanyaan Steffy. "Aku baru pulang dari kampung, Helen meninggal dunia."

Ya Mereka hidup dengan menggunakan nama samaran, tidak ada yang tahu nama asli teman seprofesi nya walaupun mereka teman dekat. Seperti Fatimah dan Steffy. Steffy memanggil Fatimah, Melati karena itu yang ia tahu begitupun Fatimah memanggil nya dengan nama Steffy karena Fatimah tidak tahu nama asli Steffy.

"Helen, orang yang ngajak kamu kerja di sini?."

Fatimah menganguk,

"Gak nyangka Helen pergi secepat itu." Mereka berdua menunduk sedih.

"Jadi aku mutusin buat berhenti dari pekerjaan ini!." ucap Fatimah tiba-tiba.

"Hah!. Kamu serius Mel?. Kamu mau berhenti dari pekerjaan ini?. Apa kamu yakin?." ucap Wanita yang berpakaian seksi itu.

"Steffy kamu adalah teman terdekatku. Aku hanya menceritakan masalah ini sama kamu. Jangan bilang sama Madam Sindy, Yah!. Aku berusaha mencari jalan takdirku yang sebenarnya." ucap Fatimah dengan begitu berharap pada Steffy.

"Melati, Apa kamu yakin dengan keputusanmu ini?, Kamu kan tahu bagaimana Madam Sindy orangnya. Kamu masih ada kontrak dengan nya dua tahun lagi dengan Madam Sindy. Jika kamu keluar sekarang kamu sudah tahu dengan resiko yang akan kamu dapatkan, Melati. Pikir-pikir terlebih dahulu, Melati. Sebelum penyesalan akan menghampirimu nanti."

"Fi, aku hanya berpikir bagaimana jika kita mati dengan pekerjaan hina ini?. Sepeninggal nya Helen aku jadi takut jika aku mati dan aku belum sempat bertaubat." ucap Fatimah membuat Steffy begitu tidak percaya dengan ucapan ia yang dengar.

"Kamu takut mati?, Kamu kesambet dimana Melati?. Apa jiwa mu masih di pemakaman?." ucap Steffy dengan nada mencemoh masih tidak percaya jika Fatimah bisa berbicara seperti itu pada dirinya.

"Sudah, aku mau kerja dulu. Sudah ada yang pesan nih dari Madam Sindy nih." ujar Steffy.

"Melati, kamu jangan lupa malam ini juga kamu ada pelanggan yang minta segera di puaskan!." lanjut Steffy.

Fatimah menghembuskan nafas perlahan, dia sedang sangat lelah hari ini. Sejenak dia lupa bahwa dia punya job malam ini jika tidak di ingatkan oleh Steffy.

Dering ponsel milik Steffy memecahkan keheningan untuk sementara di antara mereka, lekas Steffy mengangkat telepon dari Madam Sindy.

"Iyah, Halo Madam. Nih aku segera ke sana sekarang!." ujar Steffy.

'Kamu jangan lama-lama Steffy. Pelanggan Madam tidak bisa di biarkan menunggu!.' ucap Madam Sindy dengan nada seakan memberikan ancaman kepada Steffy.

"Iyah, Madam. Aku sudah dekat kok tenang aja. Aku pasti gak bakalan mengecewakan Madam." ujar Steffy yang segera melirik Fatimah.

'Oh yah kamu jangan lupa datang dengan Melati yah, dia juga ada pelanggan kaya raya yang tengah menunggu malam ini!' ucap Madam Sindy lewat Sambungan telepon.

"Iyah, Madam. Aku pasti akan membawa Melati langsung. Aku tutup dulu yah, Madam. Bye Madam Sindy!." ujar Steffy lalu mematikan telepon dari Madam Sindy.

"Mel, kamu dengar sendiri apa yang di ucapkan Madam Sindy barusan. Aku harap kamu pikir matang-matang terlebih dahulu sebelum bertindak." ucap steffy segera memakai lipstik berwarna merah menggoda, menggunakan warna merah menyalah adalah ciri khas seorang steffy.

"Kamu pergi dulu aja, fi!. Aku masih butuh waktu." ucap Fatimah yang begitu merasa tak ada celah dirinya untuk segera meninggalkan lembah hitam tersebut.

"Melati, aku harap kamu tidak menyesal nantinya." ujar Steffy segera melangkah meninggalkan Fatimah seorang diri.

Fatimah yang tengah di landa oleh keputusan penting yang akan segera ia putuskan tetapi keputusan itu begitu sulit untuk di tempuh jalannya.

Apa yang sekarang aku harus pilih?, Apa aku harus tetap ada di pekerjaan ini?, batin Fatimah seakan dirinya semakin terjerat dan tak dapat melepaskan diri dari lembah hitam itu.

***

Malam semakin kelam, hingar- bingar suara musik diskotik begitu mengguncangkan malam ini. Cafe yang di sulap menjadi tempat berkumpulnya orang-orang dengan nafsu dunianya.

"Malam Madam, maaf yah aku telat malam ini begitu macet, Madam." ujar Steffy terpaksa berbohong pada Madam Sindy perihal pembicaraan yang sedang Melati ucapkan kepada dirinya.

"Malam ini Madam maaf kan kamu, awas jika besok malam kamu terlambat seperti ini, Steffy!. Madam tidak segan-segan untuk tidak membayar kamu sepersen pun nantinya!." ancam Madam Sindy.

Madam Sindy yang sekarang tidak segan-segan mengancam anak buah yang menghambat kepada pekerjaannya. Bahkan Madam Sindy tidak akan tinggal diam jika ada yang berani mengundurkan diri secara sepihak sebelum masa kontrak habis, ia tidak akan segan-segan membuat wanita yang mengundurkan diri dari pekerjaan hina ini dengan siksaan dan begitu banyak hinaan.

Ibarat jika sudah menjadi wanita malam, walaupun itu hanya sekali pekerjaan. Maka tidak akan pernah lepas dari genggaman Madam Sindy.

...*** JANGAN LUPA LIKE DAN COMMENT NYAH ***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!