Pengacara Cantik, Kamu Milikku!
"Aku akan rindu sekali dengan Jerman." ucap Mily.
"Siapa yang telah pergi, pasti akan kembali. Begitu juga dengan kita." kata Raya.
"Huuh. Aku tidak tahu apakah aku bisa kembali lagi ke Jerman. Oh ya, Vanya. Sepulang ke Indonesia, apa yang akan kamu lakukan?" ucap Mily.
"Kalau aku, tentu aku akan menjadi jaksa yang hebat dan jujur. Aku akan mengenakan jubah jaksa, menangkap pelaku dan berbicara lantang di pengadilan." sahut Raya.
"Akan kutunggu. Aku juga tidak sabar mengenakan jubah dan duduk di kursi hakim, mengetuk palu." kata Mily.
"Kalian hebat. Pasti kalian akan sering keluar masuk ruang sidang." ucap Vanya.
"E-eh? Kamu kan juga. Kamu lebih hebat dari kita. Pasti kamu akan memenangkan kasus yang banyak dalam waktu yang singkat, lalu kamu hisa membentuk firma hukum sendiri." kata Mily.
"Entahlah. Aku tidak yakin." ucap Vanya dengan lirih.
"Loh, kenapa? Kamu kan pintar." kata Raya.
"Kalian tahu? Aku pikir ayahku menyuruhku segera pulang karena dia sudah rindu padaku. Tapi ternyata.. dia ingin menjodohkanku dengan laki-laki pilihannya sendiri." jawab Vanya.
"Apa?! Ini sungguh tidak adil. Mentang-mentang kamu anak perempuan satu-satunya, ayahmu bisa seenaknya menjodohkanmu." bentak Mily.
"Betul. Bahkan kamu belum memulai karirmu sebagai pengacara. Jangan pulang, Vanya. Tetaplah di Jerman." sahut Raya.
"Itu yang kupikirkan. Tapi kalian ingat 4 tahun yang lalu? Aku bahkan tidak bisa hadir di samping mama saat detik detik terakhirnya. Aku harus pulang." jawab Vanya.
"Baiklah, Vanya. Kalau itu keputusanmu untuk pulang, lalu menikah dengan orang yang tidak dikenal. Kita bisa menerimanya, lagipula, tidak mungkin juga kan ayahmu menjodohkan kamu dengan pria yang buruk?" kata Mily.
"Aaa.. terima kasih. Aku terharu. Sangat terharu." ucap Vanya lalu memeluk erat kedua temannya itu.
Hanya Mily dan Raya lah teman yang masih bertahan dengan Vanya. Mereka bagaikan saksi hidup Vanya yang tahu setiap lika-liku perjalanan hidup Vanya.
———
BANDARA SOEKARNO-HATTA
"Non Vanyaa!! Di sini." teriak Jalu yang merupakan supir kepercayaan ayah Vanya.
"Ayah tidak datang?" tanya Vanya.
"Tidak, non. Tapi dia sudah menunggu non di rumah. Sini non saya bawain kopernya." jawab Jalu.
"Terima kasih ya, Jalu." ucap Vanya.
"Sama-sama non." balas Jalu.
Jalu mengantar Vanya ke mobil sekaligus membawa barang bawaannya.
"Non, ngomong-ngomong non kamu menikah ya?" tanya Jalu.
"Rupanya berita itu sudah menyebar ya, Lu. Sampai kamu saja tahu." jawab Vanya.
"Hehehe iya non." balas Jalu.
"Gimana kabar? Baik? Semua sehat-sehat saja kan?" tanya Vanya mengalihkan.
"Iya non. Semua juga lagi pada ngumpul. Tuan Fery sama istri anaknya, tuan Redy sama istrinya lagi pada main ke rumah." jawab Jalu.
Fery dan Redy merupakan kakak laki-laki Vanya.
"Tumben. Biasanya kalau aku pulang mereka tidak datang." kata Vanya.
"Lagi ada tamu, non. Makanya pada ngumpul. Tamu penting sih kayaknya." balas Jalu.
"Ohh."
———
KEDIAMAN AYAH VANYA
Vanya keluar dari mobil dan kakinya menyentuh halaman rumah yang sudah lama dia tinggal pergi. Vanya menarik napas dalam-dalam dan membuangnya. Cerita baru dimulai. gumamnya.
Vanya memegang gagang pintu rumahnya dan mendorong pelan. Lagi-lagi dia menarik napasnya. Ditemukan ayah, kedua kakak beserta keluarganya sedang bercengkerama di ruang tamu. Eh tunggu. Siapa dua orang itu? Apa jangan-jangan salah satu dari mereka itu orangnya? Orang yang akan menikah denganku. Tidak mungkin kan yang sudah ubanan itu? batin Vanya.
"Welcome home, Vanya. Ayah rindu sekali padamu." Suara ayah Vanya menghentikan lamunan Vanya. Ayah Vanya memeluk dirinya dengan erat seolah-olah benar kalau dia rindu dengan Vanya.
"Aku juga rindu sama ayah. Bagaimana kabar ayah?" tanya Vanya membalas pelukan ayahnya.
"Baik. Sangat baik. Ayo duduk biar Minah yang beresin barang kamu." kata ayah Vanya sambil membawa Vanya duduk di sofa.
Minah adalah ART kepercayaan mama Vanya sejak dulu.
"Kenalin, ini dokter pribadi ayah sekaligus teman ayah namanya Edward dan ini anaknya, namanya Lucas." kata ayah Vanya.
"Saya Vanya. Senang bertemu dengan kalian." ucap Vanya.
"Oh jadi ini putri kamu satu-satunya. Cantik ya." balas Edward.
Hah? Apa ini? Jangan bilang dia yang akan menikah dengan aku? Jangan bilang.. dia laki laki pilihan ayah? Gabisa, gabisa. Aku harus menghentikan semua ini sebelum terlambat. batin Vanya.
"Hmm.. ayah.." Vanya memotong pembicaraan ayahnya dan temannya.
"Ada apa, Vanya? Oh ya, kamu tahu GH Group? Itu milik teman ayah dan akan dilanjutkan oleh anaknya ini." ucap ayah Vanya.
GH Group adalah sebuah rumah sakit terbesar di ibukota.
"Oh ya. Aku tau kok. Tapi mereka datang ke sini untuk apa ya? Kalau tidak ada urusannya sama aku, aku naik ya ke kamar. Mau istirahat, aku capek." balas Vanya.
"Eh tunggu jangan dulu." Ayah Vanya mencegah Vanya untuk pergi meninggalkan ruang tamu.
"Begini, Vanya. GH Group butuh seorang penerus." kata Edward.
"Bukannya sudah ada penerusnya? Dia kan yang akan menerus GH Group." balas Vanya.
"Betul. Tetapi seorang penerus GH Group dalam waktu 10 tahun atau 2 periode masa jabatannya harus memiliki seorang penerus. Anak om ini sudah memasuki tahun ke 9 masa jabatannya dan sampai saat ini belum bisa memiliki seorang penerus. Bagaimana om bisa menyerahkan GH Group?" kata Edward.
"Oh begitu rupanya. Maaf, tapi di sini bukan tempat yang tepat untuk menyelesaikan masalah om." ucap Vanya.
"Vanya!" Ayah Vanya membentak dirinya.
"Kenapa ayah? Apa Vanya salah?" tanya Vanya.
Edward berdiri. "Om membutuhkan kamu, Vanya." Setelah mengatakan hal itu, Edward pun membungkukkan tubuhnya seolah memohon dengan sangat kepada Vanya.
Ayah Vanya ikut berdiri. "Ah kamu tidak perlu seperti ini. Ini sangat berlebihan." katanya.
"Kamu sudah tahu, Vanya. Ayah sudah memberitahumu. Tentu kamu akan menikah dengannya." kata ayah Vanya.
"Oh begitu? Jadi benar? Jadi benar kalau ayah menyuruh Vanya pulang karena Vanya harus menikah dengan laki-laki pilihan ayah?" ucap Vanya meninggi.
"Kamu kan juga sudah menyelesaikan studimu di Jerman. Untuk apa lagi kamu di Jerman?" balas ayah Vanya.
Tiba tiba sesosok Lucas yang sedari tadi diam, berdiri.
"Permisi. Sepertinya di sini aku yang lebih membutuhkan Vanya, jadi lebih baik biar aku saja yang bicara dengannya." sahut Lucas.
"Vanya, boleh ikut denganku?" sambung Lucas.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca novel Laki-laki Pilihan Ayah. Berikan dukunganmu kepada Author dengan memberikan like, tips, komentar, dan vote. Jangan lupa tambahkan novel ini ke favorite Anda agar mengetahui up episode terbaru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 406 Episodes
Comments
Tommy Pissa
🤔
2023-06-16
0
Arin
mampir semoga menarik...
2023-02-07
0
Whila Abigail
mampir Thor 🥰
2022-06-09
0