The Girl Next Door

The Girl Next Door

Pindah Rumah

Deril memandang ke luar jendela, di mana pohon-pohon yang berdiri kokoh di pinggir jalan, mulai lewat satu demi satu. Dia sedikit mengantuk karena menempuh perjalanan hampir tiga jam lamanya.

Deril mengusap-usap matanya yang mulai kering. Dia melirik ke arah kemudi. Ayahnya mengemudi dalam diam. Sejak awal perjalanan, ayahnya memang tidak menunjukkan minat ingin berbincang dengan siapapun. Beliau pasti lelah, karena sesampainya di rumah sore tadi, Beliau harus langsung mengemudikan mobilnya selama berjam-jam tanpa mengantuk.

Deril baru berusia enam belas tahun. Dia tidak belajar mengemudi sampai ayahnya mengatakan bahwa dia cukup pantas untuk belajar. Deril tidak keberatan. Toh, dia bisa naik transportasi umum.

Adik perempuan Deril mengerang di sebelahnya, seperti bermimpi buruk. Rambut panjangnya menjuntai menutupi sebagian wajahnya. Entah sejak kapan adiknya itu tertidur.

Suara hujan mulai terdengar dari luar mobil. Kabut turun dalam hitungan menit. Deril ingin bertanya apakah tempat tujuan mereka masih jauh, tapi pertanyaannya itu tertelan ketika dia melihat dua gapura setinggi tiga meter dilewati oleh mobil mereka. Mata Deril menyapu setiap sudut yang ada. Mereka telah memasuki sebuah kompleks perumahan.

"Sepi sekali," gumam Deril pelan, namun cukup keras untuk didengar ayahnya.

"Hanya ini yang tersisa," jawab Alex.

Deril tidak berkomentar lagi. Kepalanya sibuk memikirkan seberapa jauh jarak rumah dan sekolahnya nanti. Tapi, di zaman modern ini, tentu saja hal itu tidak jadi masalah. Akan ada transportasi umum, walau itu hanya bemo.

"Ayah sudah siapkan sepeda untuk kalian pergi ke sekolah," kata Alex, seakan membaca pikiran anaknya. "Ayah akan mengembalikan keadaan lagi seperti semula. Tapi, untuk itu Ayah perlu waktu."

Deril memandang bagian belakang kepala ayahnya. Tidak ada rasa benci ataupun kecewa di dalam diri Deril, ketika ayahnya mengumumkan kebangkrutan perusahaan yang telah orangtuanya rintis sejak sepuluh tahun lalu. Deril hanya melihat bahwa sosok ayahnya tampak sangat lelah. Mungkin, pindah ke sini adalah pilihan yang tepat untuk mereka.

"Apa aku akan satu sekolah sama Diana?" tanya Deril, mengalihkan topik pembicaraan.

"Ya, Ayah harap kamu bisa menjaga adikmu."

Deril menghela nafas panjang. Sepanjang hidupnya, Deril selalu bertugas menjaga Diana di manapun adiknya itu berada. Mereka hanya terpaut tiga tahun, yang mana artinya, sekolah Deril nantinya adalah sekolah campuran SD, SMP, dan SMA.

"Tenang saja. Kamu belum masuk jurusan, pastinya tidak akan sulit mengikuti pelajaran nanti," sambung Alex. "Di sekitar rumah nanti juga ada banyak remaja yang bisa kamu ajak berteman."

"Aku akan coba berteman dengan baik sama mereka," jawab Deril seadanya. Sebenarnya, dia tidak benar-benar berniat untuk memiliki teman akrab. Baginya itu akan percuma. Deril tidak tahu kapan dia akan pindah lagi dari tempatnya yang sekarang. Dalam tiga tahun, Deril sudah berpindah rumah sebanyak enam kali. Hal itu membuatnya lumayan sulit menjalin hubungan dan dekat dengan seseorang.

Sekitar dua kilometer dari gapura, akhirnya mobil mereka berbelok memasuki sebuah pekarangan rumah berlantai tiga. Rumah itu cukup besar, berbeda dengan yang Deril pikirkan akan mereka tempati. Alex bilang, rumah itu adalah peninggalan saudara kakek mereka dan sudah tidak ditempati selama tujuh tahun semenjak saudara kakek mereka meninggal.

"Apakah rumah ini aman?" tanya Deril.

Alex menarik rem tangan mobilnya, lalu menoleh ke belakang. "Ayah sudah memugar rumah ini beberapa hari lalu. Setidaknya, rumah ini masih kokoh dan tidak ada atap bocor. Selain itu, kita harus memperbaikinya sendiri."

Deril sudah menduga bahwa mereka nantinya harus bergotong-royong memperbaiki dinding ataupun furnitur rumah itu. Deril keluar mobil duluan. Matanya terpancang pada bangunan di depannya. Bau cat basah memenuhi rongga parunya. Rupanya, cat bagian luar rumah masih baru. Deril memperhatikan sekitar. Halaman depan rumah itu cukup luas untuk nantinya dipakai ibunya berkebun. Ibunya akan senang menghabiskan waktu menanam segala jenis bunga di sana.

Dari sudut matanya, Deril dapat melihat pergerakan dari rumah sebelah. Ketika dia menoleh, matanya menangkap seorang perempuan seusianya yang tengah berdiri di ambang pintu. Perempuan itu memiliki kulit seputih salju dan rambut sehitam arang. Matanya bulat besar seperti boneka. Bibir tipisnya semerah buah delima. Untuk sekian detik, Deril menikmati keindahan yang ada di depan matanya.

"Deril!"

Panggilan dari Alex mambuat Deril berpaling. Dia melihat ayahnya sudah menurunkan beberapa koper dari bagasi. Diana meregangkan tubuhnya di sebelah Alex. Sementara ibunya sudah berada di depan pintu rumah dengan kunci rumah.

Deril bergegas membantu Alex menarik dua koper berukuran setengah tubuhnya menuju depan pintu rumah. Serena telah berhasil membuka pintu, membuka daun pintu rumah lebar-lebar, membiarkan udara lembab masuk menggantikan bau apek di dalam.

Rumah itu cukup luas di dalam. Perabotan di sana tidak terlalu banyak. Sepertinya, perabotan di rumah lama mereka lebih banyak disita oleh bank.

"Di mana kamarku?" tanya Deril.

Serena mendongak ke lantai dua. "Sepertinya di lantai dua. Kamu bisa ke atas dan cek? Ajak juga Diana. Dia pasti takut masuk ke rumah baru," jawabnya.

Diana melesat masuk ke dalam rumah dan dengan santainya bergelayut di lengan Deril. Deril memandang tidak suka, namun Diana cuek saja.

"Kak, ayo naik!" ajak Diana. Dia menarik-narik lengan Deril dengan tidak sabar.

Deril ikut saja apa mau Diana. Dia hanya ingin cepat-cepat memilih kamarnya dan istirahat. Udara semakin dingin malam ini dan Diana menariknya ke kamar pertama. Kamar itu cukup besar dengan jendela menghadap ke jalan utama.

"Ini cocok untuk kamar Ayah dan Ibu," ujar Diana. "Kamar ini terlalu besar buatku."

Deril melirik sekilas, sedikit merasa iri pada anak perempuan kesayangan orangtuanya ini. Tentu saja Diana akan diberikan kebebasan untuk memilih kamar paling pertama.

Lalu, Diana membuka kamar kedua yang berada tepat di sebelah kamar besar tadi. "Aku mau yang ini!" seru Diana dengan wajah girang, kemudian melepas pegangannya pada Deril dan masuk mengelilingi kamar. Kamar itu tidak jauh berbeda dengan kamar pertama, hanya saja memiliki jendela menghadap ke Timur dan Selatan. Ruangan itu akan cukup terang di siang hari maupun menjelang malam.

"Hhh, sama aja besarnya dengan ruangan tadi," gumam Deril. "Aku pergi lihat kamar lainnya, ya!" pamit Deril tanpa menunggu jawaban Diana.

Deril berbalik dan melihat pintu kamar berpelitur coklat yang sedari tadi menarik perhatiannya. Pintu itu ada di seberang ruangan pertama. Tanpa ragu, Deril membuka pintu kamar itu dan masuk ke dalam. Ruangannya tidak sebesar kamar pertama dan kedua. Jendelanya terbilang cukup besar dengan tirai kelabu yang masih terbuka. Deril mendekati jendela. Ternyata pemandangan yang dia dapat adalah rumah sebelah, di mana dia melihat perempuan cantik tadi.

"Eh? Dia masih di sana?" gumam Deril, saat melihat perempuan tadi masih berdiri di depan rumahnya. Matanya terpaku pada mobil van Alex. Namun, tidak lama kemudian, seorang laki-laki paruh baya menghampirinya. Mereka tampak bicara sejenak. Deril memperhatikan laki-laki yang terbilang tampan itu. "Mereka mirip." Kesimpulan itu membawa Deril yakin bahwa mereka adalah ayah dan anak.

"Kamu lihat apa, Ril?" suara Alex tiba-tiba terdengar dari arah pintu.

"Anak tetangga sebelah," Deril jujur saja.

Alex tersenyum penuh arti, lalu berlalu bersama Serena yang baru saja tiba di puncak tangga.

***

(Hai, para pembaca tersayang 🥰 Novel ini saya garap pelan-pelan, ya. IGD tempat saya dinas mulai ramai dan lumayan menghabiskan waktu. Terima kasih untuk pengertiannya 🙏)

(Jangan lupa like dan bintangnya ⭐⭐⭐⭐⭐)

Terpopuler

Comments

LINDA

LINDA

hadir kak, ini novel kk yg ke-4 yg aku baca, semangat terus berkarya kk

2023-04-23

1

wulanzahira

wulanzahira

haaiii kak q udah selesai baca tumbal sama bukan dia bagus2 ceritanya...ini q masukin favorit dulu yaw kak nunggu biar banyak up nya...semangat trus kak🥰🥰💪💪

2023-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!