Makan Malam

Dokter Stephen menatap Deril lurus-lurus. Matanya menyipit, khas elang yang sudah menetapkan buruannya. Namun, hal itu tidak membuat Deril ciut. Dia sudah menetapkan hatinya untuk membongkar kejahatan yang Dokter Stephen lakukan pada keluarganya.

Deril menganggap, bahwa tidak ada yang salah dengan kasih sayang Dokter Stephen sebagai seorang ayah pada Mika. Apalagi, Mika sangatlah rupawan. Meski agak kurus, Mika terbilang cantik. Kulit putihnya terlihat hampir transparan. Hanya sekali, Deril pernah bersentuhan dengan Mika. Saat berkenalan. Selain itu, Deril terlalu takut, karena Mika tampak rapuh.

"Apa kamu berencana bertemu dengan anakku saat aku tidak ada?" tanya Dokter Stephen.

"Maaf, Dokter," jawab Deril cepat. "Saya tidak ada maksud buruk. Hanya saja, saya sangat berterima kasih pada Mika. Kebetulan, saya tidak ada kerjaan di rumah. Jadi, saya ke sini. Mika keluar itu hanya sebuah kebetulan, Dok."

Dokter Stephen gantian menatap Mika dan Deril. Mika langsung menunduk, terlihat takut dengan wajah ayahnya sendiri. Berbeda dengan Mika, Deril berusaha untuk mempertahankan ekspresi wajahnya.

"Oke. Masuklah!" tawar Dokter Stephen.

"Tunggu, Papa!" Mika tiba-tiba maju dan menarik lengan kemeja Dokter Stephen yang berbalik, hendak kembali ke mobilnya. "Deril hanya mau mengucapkan terima kasih. Dia akan pulang sekarang."

Alis Dokter Stephen terangkat. "Kenapa kamu yang memutuskan?" tanya Dokter Stephen. "Deril sudah mengumpulkan keberanian untuk bertemu dengan kamu. Setidaknya, Papa bisa menawarkan minum kan? Apalagi, dia sendirian di rumah. Mungkin saja dia belum makan malam."

"Saya belum makan," sahut Deril cepat.

"Baguslah. Kita bisa makan malam bersama," timpal Dokter Stephen, kemudian kembali masuk ke dalam mobilnya.

Mika dan Deril menepi dari pagar yang terbuka secara otomatis menggunakan remote kontrol dari dalam mobil Dokter Stephen. Ketika mobil sudah melewati mereka, Mika menoleh pada Deril yang berdiri di sebelahnya. "Kamu gila!" desis Mika. Lalu dia berbalik, meninggalkan Deril berdiri di dekat gerbang.

Deril menarik nafas panjang. Dia setuju dengan ucapan Mika, bahwa dirinya gila. Orang waras mana yang mau terjun langsung ke rumah orang yang mau membunuh keluarganya? Namun, dua kejadian di luar nalar yang terjadi bersamaan di dalam hidupnya, membuat Deril kehilangan akal sehatnya.

Deril memang tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Hal yang bisa Deril lakukan, hanyalah menunggu sambil mengamati. Berharap ada celah untuknya membeberkan apa yang telah Dokter Stephen lakukan pada dua orang di keluarganya yang sangat dia sayangi.

'Aku harus sabar. Tunggu waktu yang tepat. Jika tidak, Ibu juga bisa kena masalah,' pikir Deril.

Dia melangkah, mengikuti jejak Mika yang berjalan di depannya. Dokter Stephen telah memarkir mobilnya dengan rapi di dalam garasi rumah. Mobil mewahnya sangat cocok berada di dalam garasi super rapi dan super bersih, khas milik orang kaya raya. Deril berpikir, Alex akan sangat suka jika diberi waktu seharian di dalam garasi seperti itu.

"Aku akan buatkan makan malam," kata Dokter Stephen begitu menghampiri anaknya dan Deril. "Kalian bisa ngobrol di ruang tamu. Satu jam saja."

"Papa, pesan makan?" tanya Mika.

Deril menangkap sinyal dari Mika. Dia berkata seperti itu, seolah tidak ingin ada campur tangan Dokter Stephen di dalam makan malam mereka. Tentu saja itu lebih ditujukan untuk Deril.

"Papa masih sanggup kalau hanya sekedar nasi goreng," Dokter Stephen menjawab sambil tersenyum lebar. Senyuman yang membuat Deril merinding, berapa kalipun dia melihatnya.

"Pa, pesan saja. Cepat."

Dokter Stephen tidak menjawab, dan hanya membalas dengan senyuman di wajah tampannya. Kemudian dia membuka pintu dan masuk. Mika buru-buru mengikuti, begitu juga Deril. "Sepertinya anakku tertarik sama kamu, Deril," ujar Dokter Stephen sambil melepas jam tangannya di atas meja ruang tamu. Dia membuka kancing lengan kemejanya dengan cepat, kemudian menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku. "Dia sampai takut kalau ayahnya ini memberikan kesan buruk saat makan malam."

"Bukan!" kilah Mika. "Supaya cepat."

"Tenang saja. Buat nasi goreng tidak akan lama. Kalian santai saja dulu," tolak Dokter Stephen.

Deril bukannya tidak takut diracuni. Namun, undangan makan malam ini tidak bisa dia tolak. Kesempatan seperti ini jelas tidak akan selalu ada, dan Deril ingin mengambil informasi sebanyak mungkin. Deril merasa sedikit aneh, karena Dokter Stephen membiarkan Mika hanya berdua saja dengannya. Mika yang merupakan anaknya, pasti mengetahui apa saja yang Dokter Stephen lakukan.

'Apa dia tidak takut kalau Mika mengadukan sesuatu?' batin Deril, sewaktu melihat Dokter Stephen berjalan menjauh dari ruang tamu. Dapur mereka bahkan tidak terlihat dari tempat Deril duduk. Bagi Deril, ini adalah waktu yang tepat untuk mengorek sesuatu.

"Mika," panggil Deril, mencoba menarik perhatian Mika yang tiba-tiba kalem.

Mika menggeleng pelan. Mulutnya terkatup rapat. Tangannya mengepal di atas pangkuannya. Dia terlihat sangat tegang. Untung saja Deril menyadari tingkah Mika yang aneh, jadi dia tidak asal bicara dan mendesak Mika bercerita. Deril ikut diam. Dia memperhatikan keadaan sekitar. Ada satu kamera CCTV di pojok atas ruang tamu itu. Deril sangsi, kalau CCTV itu juga merekam suara. Mereka bisa bicara dengan suara pelan untuk menghindari pembicaraan mereka diketahui. Selain CCTV itu, ada sebuah tanaman di dalam pot besar yang diletakkan di dekat pintu masuk. Jaraknya hampir tiga atau empat meter jauhnya. Jika ada alat perekam suara di sana, tempat itu terlalu jauh dari mereka. Selain itu, hanya ada meja dan sofa besar.

'Apa Dokter Stephen menanam alat perekam suara di meja atau sofa ini?' pikir Deril.

Mata Deril akhirnya menyadari apa yang sedari tadi Mika lihat. Deril menarik lurus arah pandangan Mika.

Jam tangan.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!