Wanita yang Hilang

Deril duduk diam di bangku yang ada di seberang warung. Mereka akhirnya sampai setelah berjalan kaki selama sekitar tiga menit. Warung yang mereka datangi tidak begitu besar, namun cukup bersih untuk ukuran warung di tengah desa. Bayu masuk sendirian. Dia tampak akrab ketika berpapasan dengan pemilik warung.

"Cepat juga," gumam Deril, saat melihat Bayu keluar warung sambil membawa dua gelas minuman hangat di tangannya.

"Nih! Teh melati. Cuma itu yang ada di sana," Bayu menyodorkan gelas milik Deril. "Bu Ayu bentar lagi ke sini buat bawakan pisang goreng."

'Rezeki nomplok!' Deril menjadi girang. Dia sangat suka pisang goreng. Apalagi gratis.

Bayu menyeruput kopinya dengan hati-hati sambil duduk di sebelah Deril. "Oke, kita lanjut obrolan kita tadi, ya?"

Deril mengangguk saja. Matanya fokus ke arah ibu-ibu paruh baya yang sedang menuangkan adonan pisang goreng ke dalam penggorengan berukuran besar. Wanginya bahkan tercium sampai di tempat mereka duduk.

"Wanita yang dikabarkan hilang itu, namanya Xiao Ying," Bayu memulai. "Dia wanita keturunan Tionghoa yang cantiiiiiikkkk banget! Sudah pasti harus cantik, kan? Dia menikah dengan dokter spesialis, sih!"

"Itu ibunya Mika?"

"Iya," Bayu membenarkan. "Hilangnya wanita itu kira-kira nggak jauh beda dengan waktu hilangnya Ardi."

"Apa nggak ada yang curiga kalau dua kasus ini saling berkaitan?"

"Tentu semua curiga," sahut Bayu cepat. "Dokter Stephen sampai dibuat gila karena istrinya menghilang!"

"Gila?"

"Yaaah, kamu tahulah! Masalah yang bisa buat lelaki menggila, ya, cuma wanita," Bayu mengatakan itu sambil mengangkat kelingking tangan kirinya. "Dulu, waktu Dokter Stephen pindah ke desa ini, istrinya sedang hamil muda. Alasan mereka pindahpun karena Dokter Stephen mau istrinya tinggal di tempat yang asri dan nyaman, jauh dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Mereka dikenal sebagai warga yang sangat baik dan dermawan. Dokter Stephen nggak segan-segan membantu desa ini dalam urusan keuangan."

"Dokter Stephen tinggal di sebelah rumahku. Orangnya memang ramah dan baik."

Bayu menyeruput kopinya lagi. "Itulah yang buat warga sini jadi bingung. Sifat sempurna, pekerjaan hebat, dan seorang anak perempuan yang cantiknya tiada tandingan. Terdengar sebagai alasan siapapun untuk hidup, kan? Tapi, istrinya malah menghilang."

"Apa kata polisi?"

"Ada banyak kemungkinan. Aku dengar kasus ini dari orangtuaku yang menjabat sebagai perangkat desa. Kemungkinan pertama, istrinya kabur dengan laki-laki lain yang lebih hebat dari Dokter Stephen. Kemungkinan kedua, istrinya hilang saat menyusul anaknya ke luar negeri. Kemungk--"

"Stop! Stop!" Deril menyela. "Siapa yang ke luar negeri?"

"Mika."

"Ngapain?"

"Oh, itu ada kasus lain lagi," Bayu menjawab enteng. "Bentar, bentar. Pisang gorengnya datang."

Perhatian Deril teralih pada Bu Ayu yang datang dengan sepiring penuh pisang goreng. Wanginya membuat perutnya keroncongan. Bu Ayu melemparkan senyuman simpul ketika pandangannya bertemu dengan Deril.

"Bule, Yu?" dia menoleh pada Bayu sambil bertanya dengan suara medok khas daerah sana.

"Iya, Bu! Coba aja ajak ngomong!" jawab Bayu.

Bu Ayu menoleh dengan mata penuh binar. "Wih, deg-degan loh akunya! Baru belajar Bahasa Inggris sedikit-sedikit."

"Nggak apa, Bu! Yang penting yakin!" Bayu masih saja menggoda Bu Ayu.

"Helo, Sir!" Bu Ayu melambai penuh semangat pada Deril. "This is very good!" ujarnya sambil menyodorkan pisang goreng pada Deril. "Try! Try!"

Deril menghela nafas panjang saat Bayu terkikik geli. "Saya bisa Bahasa Indonesia, Bu," aku Deril.

"Owalaaaaah!" Bu Ayu langsung menyarangkan pukulan bertubi-tubi di lengan Bayu. "Kamu ini buat Ibu malu aja!" gerutu Bu Ayu. Bayu hanya membalasnya dengan tawa lepas. Setelah puas memukul Bayu, Bu Ayu berpaling pada Deril. "Dimakan, Dik, pisang gorengnya! Dijamin enak!" tawar Bu Ayu.

"Terima kasih, Bu," Deril mencoba bersikap sopan. Tanpa ragu, karena perutnya juga sudah menjerit-jerit minta diberi makan, Deril langsung mencoba pisang goreng buatan Bu Ayu.

"Enak, kan?" kata Bayu penuh rasa bangga, padahal bukan dia yang membuat pisang gorengnya.

Deril mengangguk saja. Mulutnya sibuk mengunyah.

Melihat bule menikmati pisang gorengnya, senyuman Bu Ayu semakin melebar. "Kali ini, pisang gorengnya gratis, buat salam perkenalan," ujarnya seraya menepuk pundak Deril dengan lembut. "Makan yang banyak, ya! Nanti minta aja lagi kalau kurang. Ibu masuk dulu," pamitnya.

"Makasi banyak, Bu!" jawab Deril sebelum Bu Ayu berlalu.

"Lanjut, ya?" tanya Bayu.

Deril manggut-manggut.

"Kemungkinan kedua, istri Dokter Stephen nyusul Mika ke luar negeri. Kemungkinan ketiga, istrinya hilang selama di perjalanan, entah karena diculik, kecelakaan, atau dibunuh."

"Artinya kasus itu besar, dong?"

"Iya. Polisi sini sampe kerjasama sama polisi luar negeri. Tapi, nggak ada jejak keberadaan orang bernama Xiao Ying. Waktu itu, Mika nggak bisa dimintai keterangan, karena Mika baru habis operasi besar."

"Nah, lanjut ke kasus itu!"

"Mika pernah tinggal di luar negeri karena harus menjalani operasi besar. Kata Dokter Stephen, Mika tidak sengaja terkena air panas sampai harus dioperasi."

"Operasi apa?"

Bayu mengangkat bahunya. "Aku nggak begitu mengerti dengan dunia medis. Pokoknya operasi," jawabnya. "Yang pasti, Mika menghabiskan waktu hampir tiga tahun di luar negeri sebelum kembali ke sini."

Deril meminum teh hangatnya banyak-banyak. "Apa ada yang berubah?"

Bayu diam sejenak. Dia mengingat-ingat gosip yang pernah dia dengar. "Mika jadi semakin cantik."

'Apa mungkin operasi plastik?' batin Deril. "Lalu, sampai sekarang wanita bernama Xiao Ying itu, tidak ketemu?"

"Tidak. Bahkan, jejaknya saja tidak ada. Xiao Ying dinyatakan meninggal dua tahun setelah pencariannya. Dokter Stephen sempat tidak mau bersosialisasi selama berapa waktu. Kerjaannya diam di rumah terus dan sering ke luar negeri untuk jenguk Mika."

"Pantas ada banyak CCTV di sekitar rumah Dokter Stephen. Dia pasti trauma karena kehilangan istrinya."

"Dokter Stephen jadi biasa lagi, setelah Mika balik ke sini. Tapi, over protektifnya nggak ada lawan!"

"Aku juga akan melakukan hal yang sama kalau punya anak secantik itu," aku Deril.

"Tapi, warga sini setuju, kalau Mika jadi agak berbeda."

Deril menoleh. "Berbeda apanya?"

Bayu menggaruk-garuk dagunya. "Dia memang cantik sejak lahir. Tapi, aku rasa wajahnya agak berbeda. Sifatnya juga berubah 180 derajat. Dari yang awalnya periang dan mudah diajak bergaul, Mika jadi pendiam dan lebih sering mengurung diri di rumah."

"Mmm, mungkin dia trauma sama kejadian hilangnya ibunya?" tanya Deril.

"Bisa jadi. Tapi, menurutku ada yang ganjal."

Deril berpikir sejenak. Mungkin, karena dia baru mengenal keluarga Dokter Stephen, tidak ada yang aneh baginya. Berbeda dengan Bayu. Dia dan keluarganya mengenal mereka sudah sejak lama. Pastinya mereka merasa jika ada yang berbeda.

Suara dering handphone membuat keduanya terlonjak kaget. Bayu buru-buru merogoh sakunya untuk mengangkat telepon.

"Aku balik duluan, ya!" pamitnya ketika selesai menerima panggilan telepon. "Ibuku mau pulang duluan karena adikku rewel. Kamu bisa habiskan pisang gorengnya. Masih ada banyak waktu untuk santai sebelum arisan itu selesai."

"Oke."

"Jarang-jarang aku dapat teman ngobrol di sini. Nggak banyak anak seumuran kita. Lain kali, aku main ke rumahmu, ya?" Bayu menepuk bahu Deril sambil tersenyum kecil. Tanpa menunggu jawaban Deril, Bayu langsung beranjak dari tempatnya.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!