Rumah Kosong Ujung Aspal

Rumah Kosong Ujung Aspal

Bab 1 Bosan

"Bruaaak...!"

Wira membanting berkas yang ada di depannya. Kemudian mengusap usap wajah, lalu menghempaskan punggung pada sandaran kursi, sambil memejamkan matanya.

Jam dinding menunjukkan pukul lima belas siang, menjelang sore. Wira terlihat sangat lelah, dia terus memejamkan mata, sampai tiba tiba seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.

"Tok...tok..tok.. Izin masuk komandan."

"Ya masuk..!" Eh Siska, silahkan suduk, ada apa sis?"

Seorang polwan cantik berambut pendek setengkuk, berdiri tegap di depan pintu, sambil menenteng sebuah map berisi berkas di tangan kirinya.

Wira mempersilahkan polwan muda bernama Siska untuk duduk di kursi, tepat depan mejanya. Setelah itu, Wira memperbaiki posisi duduk, lalu melipat tangan di atas meja.

"Izin pak, ini laporan penemuan jenazah wanita di gudang peti kemas wilayah dermaga. Dari laporan petugas di lapangan, tidak ada tanda tanda kekerasan pada tubuh korban, hanya saja tubuhnya membiru dan kulitnya kurus kering seperti mumi."

"Sebagian rambut memutih, mata melotot, mulut menganga, dan ada cairan lendir di daerah bibir yang belum dapat kami pastikan."

Wira memperhatikan uraian Siska dengan seksama sambil mengernyitkan dahinya. Tampak sekali perwira muda itu sedang berpikir keras, dia coba mengolah informasi yang diberikan Siska dengan logika.

Menurut nalarnya, uraian Siska ganjil dan tidak masuk akal, sambil membuka map berkas yang di sodorkan, Wira terus mendengarkan apa yang sedang di laporkan bawahannya itu.

Setelah mendengarkan semua uraian Siska, Wira mengecek lagi kesesuaian laporan Siska, dengan fakta, dan bukti yang ditemukan pada saat team forensik melakukan olah TKP.

Lagi lagi Wira mengernyitkan dahi kala melihat foto korban, dan tempat kejadian perkara (TKP). Dia membaca laporan secara garis besar, kemudian menggaruk keningnya.

"Ini sangat aneh Sis, dalam laporan dikatakan jenazah baru meninggal beberapa jam yang lalu, tapi kondisi tubuh korban mengering, bagaimana mungkin bisa begitu?" bahkan jasadnya belum mengeluarkan aroma layaknya jenazah?" Ini benar benar ganjil."

"Iya pak, bahkan petugas juga kebingungan karena tidak ada sesuatu yang bisa menjadi petunjuk awal. Tidak ada luka bekas penganiayaan, tidak ada kartu identitas, bahkan saksi pertama yang menemukan korban juga tidak melihat siapapun di lokasi."

"Anjing pelacak juga sudah di kerahkan untuk menyisir area di sekitar pelabuhan, tapi hasilnya nihil pak."

"Lalu bagaimana dengan kamera cctv di area gudang?"

"Penemuan jasad korban, berada di titik buta pak, tidak ada kamera yang menjangkau area tempat jasad di temukan."

"Ok Sis, laporanmu saya terima, sementara waktu ikuti perkembangan kasus ini, cek apakah sudah ada masyarakat yang melapor kehilangan anggota keluarga, dan suruh dua anggota kita ke rumah sakit tempat jenazah di simpan, barangkali saja sudah ada orang yang mengaku keluarga korban."

"Siap komandan."

Siska kemudian berdiri, memberi hormat, lalu membalik badannya, dan pergi meniggalkan Wira di ruang kerja. Tidak ada aktifitas yang dilakukan, Wira hanya diam melamun, menjatuhkan kepala di meja sambil memejamkan mata.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, langit berwarna kuning keemasan pertanda sebentar lagi matahari akan mulai tenggelam. Wira bangkit dari duduk, meraih jaket, dan sejurus kemudian pergi meninggalkan ruangan kantor yang sudah kosong di tinggalkan para pegawai.

Di lantai satu masih terdapat sedikit aktifitas anggota polri yang bertugas piket malam. Wira menuruni tangga sambil melambaikan tangan untuk menyapa mereka. Dua orang petugas jaga berdiri memberi hormat, Wira mengangguk pelan lalu melangkah gontai menuju mobil.

Untuk sesaat Wira berdiam diri di dalam mobilnya, entah apa yang ada dalam benaknya saat itu. Setelah beberapa menit terdiam, Wira menyalakan mesin, dan mobil sedan merah itu melaju meninggalkan halaman kantor tempatnya bertugas.

Sambil menyetir Wira memutar lagu rock kesukaanya, sesekali dirinya ikut bernyanyi. Tak berapa lama, Wira berhenti di sebuah restorant depan mall ternama di kota itu.

Wira memasuki restorant sambil mengamati sekeliling, setelah beberapa saat berdiri memperhatikan sekitar, ia lalu memutuskan untuk duduk di sofa dekat jendela. Tangannya yang kekar berotot meraih buku menu yang tersedia di meja. Mata Wira yang teduh sibuk memperhatikan sederet daftar menu makanan dan minuman yang ditawarkan restorant.

Tak lama berselang, seorang gadis sexy berseragam datang menghampiri meja yang ditempati Wira.

"Permisi Bapak, bisa saya bantu?"

Suara lembut gadis manis pelayan restorant mengejutkan Wira yang sejak beberapa menit, tampak bingung memilih makanan yang hedak dipesan.

"Owh, iya.. Sebentar mbak, saya masih memilih menu."

"Bagaimana kalau cumi dan udang saus tiram, atau ikan gurame bakar, ayam goreng, atau steak, ini adalah menu vaforit di restorant kami."

Ucap gadis pelayan restorant menawarkan menu andalan restorant mereka. Senyum gadis berlesung pipi itu sangat menawan, membuat Wira jadi sedikit salah tingkah, wangi parfum dan lekuk tubuhnya yang indah menggoda setiap mata yang memandang.

"Jadi, Bapak mau pesan apa?"

"Ehm.. Steak, kentang, dan ice lemon tea."

Ucap Wira gugup, sambil menggeser posisi duduknya sedikit menjauh dari tubuh gadis pelayan restorant yang berdiri sedikit menunduk di sampingnya.

"Baik Bapak, di tunggu sebentar ya.. hidangan akan segera kami antar."

"Terima kasih."

Ucap Wira pelan nyaris tidak terdengar. Si gadis pelayan menganguk ramah, kemudian beranjak pergi dari meja tempat duduk Wira dengan senyum manis di bibirnya.

Wira menarik nafas lega, dia seolah olah baru saja terbebas dari sesuatu yang mengintimidasi.

Sembari menunggu pesanan tiba, Wira bersantai menikmati alunan musik yang disajikan restorant. Untuk sejenak Wira dapat melepaskan diri dari rutinitas tugas yang membosankan.

Wira memalingkan wajahnya ke arah jendela, pemamdangan keramaian kota Surabaya tersaji indah memanjakan mata. Gedung gedung tinggi tampak kokoh berdiri. Wira terhanyut dalam riuh suasana malam.

Hampir dua puluh menit menunggu, akhirnya pesanan datang. Gadis pelayan restorant menghidangkan steak, kentang, dan ice lemon tea dengan cekatan.

Setelah memastikan semua pesanan, gadis pelayan restorant itu memberi cek list pada secarik kertas, sebagai tanda pesanan sudah lengkap dihidangkan.

"Terima kasih mbak."

"Selamat menikmati hidangan dari kami, jika butuh sesuatu silahkan panggil saya pak."

Usai menyajikan pesanan, gadis pelayan restorant itu segera berlalu dari hadapan Wira. Senyum ramah yang khas tersungging di bibirnya.

Wira menikmati hidangan makan malam dengan perlahan, sesekali matanya melirik sekitar, tak lama ia menyelesaikan suapan terakhir, dan tiba tiba terdengar suara gaduh dari sebrang jalan.

Wira yang penasaran dengan kegaduhan di luar, lalu bergegas menuju kasir untuk menyelesaikan pembayaran. Tergesa gesa ia berlari menyebrang jalan menuju mall yang berada tepat di depan restorant.

Orang orang sudah ramai berkerumun membuat ruang gerak menjadi sempit, Wira mencoba menerobos untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di tengah lantai mall.

"Permisi, tolong beri jalan, saya polisi!"

Wira merangsek menembus kerumunan sambil menunjukkan lencana polisi miliknya. Para pengunjung mall yang mendengar teriakan polisi, segera membuka jalan dan memberi ruang untuk Wira.

Sambil berjalan Wira mengeluarkan sarung tangan medis dari kantung dalam jaketnya. Sampai di tengah, ia melihat seorang wanita muda tertelungkup di lantai dengan kondisi yang mengenaskan.

"Apa yang terjadi pak security?"

"Maaf, Bapak ini siapa?"

"Saya polisi, ini tanda pengenal saya."

"Owh.. kebetulan sekali bapak berada disini, kami baru saja menelpon petugas untuk memeriksa kemari."

"Jadi begini pak polisi."

"Panggil saja saya Wira."

"Baik pak Wira."

"Jadi begini kronologinya pak Wira, tadi saya melihat mbak ini berjalan keluar dari sebuah outlet, perilakunya agak aneh. Dia beberapa kali mondar mandir dari lantai dua ke lantai tiga."

"Riasan wajahnya tampak berantakan, karena seperinya dia sedang menangis. Dari bahasa tubuhnya saya perhatikan mbak ini sedang gelisah menunggu seseorang, atau mungkin dia galau akan suatu hal."

"Entahlah, mungkin saja dia mengalami depresi karena sedang dirundung banyak masalah, saya tidak tahu pasti."

"Tapi yang jelas, ketika saya sedang berjalan mendekat untuk mencari tahu apa yang terjadi padanya, secara mengejutkan si mbak ini tiba tiba menaiki pagar pembantas di lantai tiga dan kemudian melompat."

"Jadi saya tidak sempat mendapat informasi tentang motif, kenapa dia sampai melakukan semua ini."

"Apa sebelumnya gadis ini bersama seseorang pak?"

"Tidak pak Wira, dari pantauan kami wanita ini datang sendiri saja."

Wira memperhatikan keterangan security yang menjadi saksi utama saat peristiwa terjadi. Ia mencatat semua keterangan, lalu menggali informasi dari beberapa orang pengunjung mall yang mengaku melihat korban, dan kemudian bersama karyawan mall melihat rekaman cctv.

Sambil menunggu petugas forensik dari polres datang ke TKP, Wira memeriksa kondisi jasad korban yang tergeletak berlumuran darah. Wira mengambil foto, berharap dapat menemukan petunjuk yang menjadi motif korban.

Ketika sedang memeriksa kondisi jasad, dan mengambil gambar dengan kamera phonsell, fokus Wira tiba tiba teralihkan pada sebuah tato yang berada di pundak korban. Tato itu sedikit tertutup rambut.

Wira menyibak rambut korban dengan hati hati. Tangan kirinya menarik kerah baju, agar bisa mengambil gambar tato di pundaknya. Ternyata itu hanya sebuah tato bergambar bintang dengan titik putih di setiap ujungnya.

Tidak ada hal khusus yang bisa di jadikan bukti permulaan sebagai petunjuk alasan wanita itu mengakhiri hidupnya. Sambil berdiri menjauh dari jenazah, Wira bergumam setengah berbisik.

"Sebenarnya apa yang sudah dialami gadis ini sampai sampai dia nekat mencabut nyawanya sendiri?"

Wira terus memikirkan motif gadis itu sambil memeriksa barang barang milik korban yang hanya berupa tas kecil dengan dompet didalamnya.

Beberapa menit kemudian petugas dari polres kota tiba di lokasi bersamaan dengan ambulans. Wira sempat berbincang bincang sejenak dengan team yang melakukan olah TKP, dia juga memberi beberapa keterangan tambahan, lalu izin meninggalkan lokasi, dengan catatan akan bersedia datang memenuhi panggilan penyidik, apabila keterangannya diperlukan.

Wira kembali ke halaman pakir restorant, lalu bergegas masuk mobil, dan langsung tancap gas menuju rumah. Sepanjang perjalanan pulang, Wira terus merenung, dia masih memikirkan apa yang telah terjadi hari ini. Dalam hati ia berharap agar segera dapat menuntaskan kasus, lalu menepi dari rutinitas sebagai anggota polisi.

Satu jam kemudian Wira telah sampai di depan pagar, dia akan turun dari mobil untuk membuka pintu pagar, ketika tiba tiba sudut matanya menangkap bayangan wanita dari kaca spion. Wira terdiam, matanya fokus pada kaca spion.

"Sial.. yang tadi itu nyata atau hanya khayalanku saja?"

"Hem.. Mungkin aku terlalu lelah, jadi imajinasiku melayang pada hal hal aneh."

Wira menepuk dahinya beberapa kali lalu dengan cepat keluar dari mobil dan bergegas membuka pintu pagar. Sempat merasa ada orang lain yang sedang mengawasi, Wira buru buru menepis perasaannya. Dia kembali masuk ke dalam mobil lalu memarkirkan mobil di garasi.

Sebelum keluar dari mobil, Wira iseng memperhatikan kaca spion. Benar saja, Wira melihat sosok wanita duduk di kursi penumpang tepat di belakangnya.

Wira terkejut, bulu kuduknya bergidik, tengkuknya terasa dingin, sesaat tubuh Wira terasa kaku tidak dapat bergerak, dia memejamkan mata sambil meyakinkan diri dalam hati.

"Ok.. Ini semua tidak nyata Wira, kamu hanya sedang berhalusinasi, yang namanya hantu itu tidak ada!"

Wira memupuk keberanian, lalu dengan spontan dia menoleh ke belakang. Dan kosong, tidak ada apapun di kursi belakang, benar benar kosong. Wira menarik nafas lega lalu turun dari mobil.

Jam dinding di kamar menunjukkan pukul dua puluh dua, setelah mandi dan minum segelas air Wira menghempaskan tubuhnya di ranjang. Hari ini sangat melelahkan baginya, Wira menatap langit langit kamar, sambil memikirkan apa yang baru ia alami di dalam mobil.

Entah itu nyata atau hanya sekedar halusinasi, tapi kejadian yang dialaminya, sukses membuat Wira tidak bisa tidur. Jam menunjukkan pukul dua dini hari ketika Wira akhirnya dapat tertidur pulas.

"Kriing... Kring....."

Suara phonesell Wira berbunyi, dengan malas dia meraihnya, lalu mematikan alarm. Tak lama berselang Wira bangun, dia tiba tiba ingat akan pergi ke rumah sakit, untuk memeriksa jasad wanita X yang di temukan di gudang pelabuhan.

Dengan tergesa Wira melompat dari ranjang, bergegas mandi, berpakaian, lalu mengambil susu, dan roti dari dalam kulkas. Sambil mengunyah roti dimulutnya, Wira berlari masuk ke dalam mobil. Hari ini Wira tidak ingin terlambat sampai di rumah sakit.

Terpopuler

Comments

Wy Ky

Wy Ky

keren

2024-03-30

0

Starlight Antariksa

Starlight Antariksa

Penjabaran lokasi, tokoh dan siatuasinya mumpuni. Saya suka! Semoga makin sukses kedepannya ya kak. ❤️

2023-06-12

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bosan
2 Bab 2 Misteri Jasad Wanita X
3 Bab 3 Tato Bintang Misterius
4 Bab 4 Pria Misterius
5 Bab 5 Black Rose
6 Bab 6 Perburuan
7 Bab 7 Hana
8 Bab 8 Pertemuan Rahasia.
9 Bab 9 Perewangan
10 Bab 10 Kematian Napi dalam Sell
11 Bab 11 Perang Santet
12 Bab 12 Penculikan Anak Jalanan
13 Bab 13 Ruang Rahasia
14 Bab 14 Penangkapan Leo Hadi Wijaya
15 Bab 15 Pondok Di Tengah Hutan
16 Bab 16 Ritual Purnama
17 17 Tumbal Perawan
18 Bab 18 Gaun Merah
19 Bab 19 Evakuasi
20 Bab 20 Jelang Purnama
21 Bab 21 Wahyu
22 Bab 22 Petunjuk Jalak Hitam
23 Bab 23 Sidang Etik
24 Bab 24 Wingit
25 Bab 25 Gangguan Gaib
26 Bab 26 Rumah Kosong Ujung Aspal
27 Bab 27 Mencari Jejak Linda
28 Bab 28 Linda
29 29 Koma
30 Bab 30 Hujan Bulan Maret
31 Bab 31 Dendam
32 Bab 32 Aku Kembali
33 Bab 33 Jejak Pesugihan Sitarasmi
34 Bab 34 Kembalinya Sitarasmi
35 Bab 35 Awan hitam di Menara Kembar
36 Bab 36 Asih
37 Bab 37 Ritual Lepas Sukma
38 Bab 38 Kitab Kuno
39 Bab 39 Malam Teror
40 Bab 40 Menghilangnya Anton Wijaya
41 Bab 41 Jagad Lelembut
42 Bab 42 Kerudung Putih Alam Roh.
43 Bab 43 Kerudung Putih itu Linda
44 Bab 44 Kematian Ronggo Joyo
45 Bab 45 Mencari Linda
46 Ban 46 Mengejar Asih.
47 Bab 47 Kembali ke Titik Nol
48 Bab 48 Tabuh Perang
49 Bab 49 Serangan Zombie
50 Bab 50 Desa Mati
51 51 Gerbang Neraka
52 52 Pertarungan
53 Bab 53 Anton Wijaya
54 Bqb 54 Kematian Anton Wijaya
55 55 Mantra Cermin
56 56 Mata ke Tiga
57 Bab 57 Labirin
58 Bab 58 Mahluk Bungkuk
59 59 Mencari Jasad Linda
60 Bab 60 Kematian Mbah Wongso
61 Bab 61 Jebakan
62 Bab 62 Kematian Pakde Jarwo
63 Bab 63 Tanah Keputusasaan
64 Bab 64 Petunjuk Mimpi
65 Bab 65 Mengejar Siska
66 Bab 66 Mencari Jasad Asih
67 Bab 67 Kekalahan Asih
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Bab 1 Bosan
2
Bab 2 Misteri Jasad Wanita X
3
Bab 3 Tato Bintang Misterius
4
Bab 4 Pria Misterius
5
Bab 5 Black Rose
6
Bab 6 Perburuan
7
Bab 7 Hana
8
Bab 8 Pertemuan Rahasia.
9
Bab 9 Perewangan
10
Bab 10 Kematian Napi dalam Sell
11
Bab 11 Perang Santet
12
Bab 12 Penculikan Anak Jalanan
13
Bab 13 Ruang Rahasia
14
Bab 14 Penangkapan Leo Hadi Wijaya
15
Bab 15 Pondok Di Tengah Hutan
16
Bab 16 Ritual Purnama
17
17 Tumbal Perawan
18
Bab 18 Gaun Merah
19
Bab 19 Evakuasi
20
Bab 20 Jelang Purnama
21
Bab 21 Wahyu
22
Bab 22 Petunjuk Jalak Hitam
23
Bab 23 Sidang Etik
24
Bab 24 Wingit
25
Bab 25 Gangguan Gaib
26
Bab 26 Rumah Kosong Ujung Aspal
27
Bab 27 Mencari Jejak Linda
28
Bab 28 Linda
29
29 Koma
30
Bab 30 Hujan Bulan Maret
31
Bab 31 Dendam
32
Bab 32 Aku Kembali
33
Bab 33 Jejak Pesugihan Sitarasmi
34
Bab 34 Kembalinya Sitarasmi
35
Bab 35 Awan hitam di Menara Kembar
36
Bab 36 Asih
37
Bab 37 Ritual Lepas Sukma
38
Bab 38 Kitab Kuno
39
Bab 39 Malam Teror
40
Bab 40 Menghilangnya Anton Wijaya
41
Bab 41 Jagad Lelembut
42
Bab 42 Kerudung Putih Alam Roh.
43
Bab 43 Kerudung Putih itu Linda
44
Bab 44 Kematian Ronggo Joyo
45
Bab 45 Mencari Linda
46
Ban 46 Mengejar Asih.
47
Bab 47 Kembali ke Titik Nol
48
Bab 48 Tabuh Perang
49
Bab 49 Serangan Zombie
50
Bab 50 Desa Mati
51
51 Gerbang Neraka
52
52 Pertarungan
53
Bab 53 Anton Wijaya
54
Bqb 54 Kematian Anton Wijaya
55
55 Mantra Cermin
56
56 Mata ke Tiga
57
Bab 57 Labirin
58
Bab 58 Mahluk Bungkuk
59
59 Mencari Jasad Linda
60
Bab 60 Kematian Mbah Wongso
61
Bab 61 Jebakan
62
Bab 62 Kematian Pakde Jarwo
63
Bab 63 Tanah Keputusasaan
64
Bab 64 Petunjuk Mimpi
65
Bab 65 Mengejar Siska
66
Bab 66 Mencari Jasad Asih
67
Bab 67 Kekalahan Asih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!