Tasbih Cinta Di Negeri Qatar
Rintik hujan sore itu terdengar bagaikan alunan musik kesedihan di telinga seorang gadis cantik berkacamata hitam yang tengah duduk menangis di atas pusara kedua orang tuanya. Baju yang basah tak lantas membuatnya beranjak dari tempat itu, ia justru semakin larut dalam tangisan pilunya.
Namanya Zulaikah Azkadina, seorang gadis berusia 18 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di jenjang SMA. Hari ini adalah hari syukuran kelulusan gadis yang sering di panggil Zul itu, tapi dalam sekejap berganti menjadi hari berduka saat sebuah ambulans yang membawa kedua orang tuanya berhenti tepat di depan rumah siang tadi.
"Nak, ayo pulang, nanti kamu bisa sakit jika seperti ini terus," ujar Anisa, adik dari ibu Zulaikha dan hanya di jawab anggukan oleh gadis itu.
--
Zulaikha duduk di kamar kedua orang tuanya usai membersihkan diri. Rasanya air mata sudah habis ia keluarkan sejak tadi, ia hanya diam memandangi foto kedua orang tua yang tak akan pernah ia lihat senyumannya lagi.
Masih teringat jelas pesan ibu dan ayahnya sebelum mengunjungi rumah keluarganya di kota beberapa hari yang lalu. "Nak, jika kami pulang nanti, kami akan membawakanmu kerudung yang banyak agar kamu bisa memakainya kemana-mana."
Perkataan kedua orang tuanya itu rupanya tidak main-main, beberapa kerudung itu benar-benar datang bersama kedua orang tuanya yang tidak bernyawa lagi akibat kecelakaan. Semenjak itu, tak ada lagi senyuman dari gadis bermata indah itu, ia tidak lagi ceria sebagaimana biasa, bahkan rencananya untuk memakai kerudung kini ia batalkan karena kecewa dengan keadaan yang menurutnya sangat tidak adil.
***
Empat tahun kemudian,
"Mbak Zul, pesan baksonya satu tambah teh manis dua," ucap salah satu pelanggan tetap di warung bakso yang cukup terkenal di desa itu.
"Kok dua tehnya, Bang? Kan lagi sendiri," tanya gadis cantik dengan rambut yang dikuncir kuda sembari membersihkan meja yang baru saja ditinggal pergi pelanggannya.
"Iya, hidup ku lagi terasa hambar nih, Mbak, butuh yang manis-manis dulu," jawab laki-laki itu lesu.
"Sabar, Bang. Hidup memang tidak selamanya manis, kadang hambar, kadang asem, kadang pula pahit. Tapi kalau Abang makan di sini, dijamin deh pulang-pulang hidup Abang langsung jadi penuh rasa," ujar Zulaikha disertai tawa di akhir kalimatnya.
"Yee malah promosi, aku lagi lapar Mbak, jadi lebih butuh asupan dari pada iklan."
"Hehehe ashiap, Bang," cengir Zulaikha lalu segera ke belakang membawa pesanan tersebut.
Tak lama, Zulaikha tiba sembari membawa sebuah nampan berisi satu mangkuk bakso dan dua gelas teh manis. Ia segera menyajikan di atas meja pelanggan dengan begitu telaten.
"Selamat menikmati, Abang mapan. Jangan lupa berdoa sebelum makan, biar Abang nggak makan sepiring berdua dengan setan, bukannya romantis tapi malah menakutkan," cerocos gadis itu lalu segera berlari pergi.
"Buset dah tuh anak, cerewet betul," lirih pria itu sedikit tersenyum melihat tingkah lucu dan ceria Zulaikha.
"Zul, tolong nyalain TV dong, pengen lihat jadwal piala dunia nih," pinta Romi salah satu rekan kerja Zulaikha.
"Eh iya, hampir lupa aku." Zulaikha segera menyalakan televisi tersebut.
Televisi pun menyala dan memperlihatkan jadwal piala dunia yang dalam hitungan beberapa hari lagi akan dimulai. Tampak Zulaikha sangat memperhatikan setiap detail jadwalnya.
"Zul, gimana persiapan acara pernikahanmu minggu depan?" tanya Romi.
"Udah 90 % persiapannya, jangan lupa dateng yah," ujar gadis itu dengan mata yang tidak beralih dari layar televisi di depannya.
"Nanti kamu bulan madu ke Qatar aja, kan udah lama nih kamu bermimipi ingin nonton piala dunia secara langsung, udah menabung selama 4 tahun juga, pasti uangnya udah cukup tuh," ujar Romi lagi.
"Yaa emang gitu rencananya, kan tiketnya udah di beli. Nonton bola sama suami, duh so sweet banget," ungkap Zulaikha begitu semangat.
Bukan tanpa alasan, Zulaikha adalah satu-satunya gadis yang sangat menyukai sepak bola di desa itu, Lionel Messy adalah pemain bola favoritnya. Terbukti dari banyak sekali koleksi foto, jersey hingga bola yang memiliki tanda tangan sang pemain bola legendaris itu, entah dari mana ia mendapatkannya.
Meski ia hanya berasal dari keluarga yang sederhana, tapi dengan kerja kerasnya sembari menabung selama 4 tahun, akhirnya ia bisa mewujudkan impiannya untuk menonton piala dunia secara langsung.
Sementara fokus menonton, seorang pria tampan datang memasuki warung bakso itu.
"Pssst, Zul, calon suami kamu datang tuh," bisik Romi yang juga mengenal calon suami Zulaikha, membuat gadis itu seketika menoleh ke belakang.
"Bisa kita bicara sebentar?" tanyanya.
Zulaikha mengambil tempat di pojokan yang dekat dengan jendela, sangat nyaman untuk bericara tanpa ada yang mengganggu dan mendengarnya, ditambah embusan angin yang sejuk membuat suasana terasa semakin romantis.
"Ada apa, Surya? Bukannya kita nggak boleh saling bertemu dulu sampai hari pernikahan kita?
Surya, begitulah Zulaikha memanggilnya, bukan nama asli, hanya saja kehadirannya dalam kehidupan Zulaikha 3 tahun yang lalu bagaikan surya di tengah badai. Ketulusan dan kelembutan pria itu berhasil mengembalikan keceriaan Zulaikha dan membuatnya bangkit dari keterpurukan yang sempat menguasainya selama satu tahun semenjak ia menjadi yatim piatu.
"Aku ingin membatalkan pernikahan ini," ucap Surya pelan.
Zulaikha mematung sejenak, mencerna perkataan calon suaminya. "Apa aku sedang ulang tahun sekarang? Kamu jangan bawa-bawa pernikahan kita kalau lagi ngeprank, sumpah aku jedag-jedug loh," ujar gadis itu sembari tertawa pelan meski memang jantungnya mulai berdebar dengan perasaan tidak enak.
"Aku serius, Zul. Dulu aku tidak sengaja berbuat kesalahan pada seorang wanita saat sedang mabuk dan wanita itu kembali datang padaku untuk meminta pertanggung jawabanku."
Jdeeer
Sebuah petir terdengar menggelegar di langit yang sebentar lagi akan menurunkan hujan, tapi tak membuat Zulaikha terkejut, sebab apa yang ia dengar dari sang kekasih jauh lebih mengejutkan. Saking mengejutkannya, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa.
"Maafkan aku, tapi aku harus menikahi dia karena sudah ada benihku di dalam rahimnya. Sebagai wanita kamu pasti tahu mana yang harus aku pilih, bukan?" Ungkap Surya menatap wajah cantik yang kini terlihat begitu pucat.
Zulaikha masih bergeming, ia mengepalkan kedua tangan yang bertumpu di kedua pahanya, begitu kuat hingga urat-urat di tangan putihnya terlihat.
"Maaf, aku harus pergi sekarang, tolong jangan pernah temui aku lagi," ucap pria itu lalu pergi tanpa menunggu jawaban Zulaikha, bahkan gadis itu belum sempat menjawab apa pun dari ungkapan menyakitkannya.
Zulaikha menatap kepergian pria itu dengan air mata yang mulai berkumpul di pelupuk matanya. Surya yang dulu menerangi hidupnya kini telah meredup perlahan dan mendatangkan kembali kegelapan yang kelam.
Rasanya begitu sakit, saat pria yang dulu ia jadikan sebagai penerang di kala gelap, pelindung di kala ketakutan dan penyembuh di kala sakit kini menjauh setelah menorehkan luka.
Cukup lama Zulaikha terdiam menangisi luka dan keadaan yang lagi-lagi berlaku tidak adil padanya. Ia kemudian bangkit dari duduknya seraya menghapus air mata yang melekat di pipi dan berjalan keluar warung.
"Romi, aku mau keluar dulu sebentar," ucap gadis itu lalu keluar dan mengendarai sepedanya pergi ke suatu tempat.
--
Lima belas menit kemudian, Zulaikha tiba di depan sebuah rumah besar yang merupakan rumah mantan calon suaminya. Ia memutuskan untuk berdiri sejenak di depan pagar rumah itu sembari menenangkan dirinya sebelum melangkah masuk.
Akan tetapi, saat hendak melangkahkan kakinya masuk, ia melihat mantan calon suaminya keluar dari rumah itu sembari merangkul mesra seorang wanita yang ternyata adalah rekan kerjanya di warung bakso, sekaligus pernah menjadi teman double datenya. Bahkan dengan tidak malunya mereka berpelukan dan melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan di tempat terbuka.
"Ish, dasar tidak tahu malu," umpat Zukaikha lalu pergi menghampiri kedua sejoli itu dan membuat mereka terkejut bukan main.
Plak
Plak
Satu tamparan keras berhasil mendarat di masing-masing pipi kanan pria dan wanita itu.
"Ini untuk pengkhianatan kalian!"
Bugh
Satu tendangan melayang ke area sensitif pria itu.
"Dan ini untuk sikap breng***mu karena telah berani mencoblos sebelum pemilu, mana di tempat yang salah lagi."
Zulaikha langsung pergi meninggalkan pasangan itu yang saat ini sedang meringis kesakitan akibat tamparan dan tendangannya.
Ia tidak peduli lagi jika nanti setelah ini ia akan berurusan dengan polisi karena tindak kekerasan, yang penting amarah dan kekecewaannya sudah ia salurkan di tempatnya.
-Bersambung-
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selamat datang di karya keenam Author. Mohon dukungannya dengan cara subscribe/favorit, like, komen, dan rate bintang 5 agar Authornya semakin bersemangat dalam berkarya.
Terima kasih :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
kafa ainshod
bagus juleha
2024-01-06
1
andi hastutty
bagus Zulaikha
2023-10-06
0
bobo
wihh bner hajar trus tinggal aj zul...yg ptg dh puaz...skrg cri kbhgiaanmu sndri
2023-05-13
1