Tareeq lagi-lagi terdiam, jujur saja ia sangat menyayangi adiknya, dan ia tidak tega menolak semua permintaan adiknya itu mengingat keadaan adiknya yang sakit, tapi kali ini ia benar-benar tidak siap dengan pernikahan.
"Tapi Kakek, Tareeq belum siap, lagi pula Tareeq belum memiliki calon istri yang siap menyayangi Nameera dengan tulus?"
"Kakek dan Nameera sudah memiliki calon yang cocok untukmu, Tareeq."
Tareeq mengerutkan keningnya hingga kedua alisnya saling bertautan. "Siapa dia?"
"Zulaikha."
"Apa? Tidak! Sampai kapan pun Tareeq tidak akan menikahi gadis Indonesia itu," tolak Tareeq.
"Tapi Tareeq, ini keinginan adikmu, dia merasa hanya Zulaikha yang sangat tulus kepadanya."
"Itu karena Nameera tidak tahu alasan di balik aku tidak menyukai orang Indonesia, Nameera juga tidak tahu kenapa aku menolak menikah selama ini. Dia bahkan tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi pada Ayah ...."
"Siapa bilang Nameera tidak tahu, Kak?"
Tareeq dan Kakek Husein seketika menoleh ke arah Nameera yang sedang menatap mereka sambil berbaring di tempat tidurnya.
Gadis itu kini bangkit dari tidurnya dan menatap dua pria beda generasi itu. "Aku memang masih kecil saat itu, tapi semua yang kulihat dengan mataku dan yang kudengar dengan telingaku terekam jelas dalam ingatanku. Bahkan perkataan Ibu kepada Ayah yang mengatakan 'aku capek sama suami yang sakit-sakitan seperti kamu,' aku masih mengingatnya dengan jelas," ungkap Nameera dengan suara yang bergetar.
"A-apa? Kamu bahkan mengingat kata-kata itu, Dik?" Nameera mengangguki pertanyaan sang Kakak dengan air mata yang mulai mengalir dari pelupuk matanya.
"Tapi, bukankah selama ini kamu terlihat biasa saja?"
"Nameera bukannya bisa-biasa saja, lebih tepatnya Nameera berusaha terlihat biasa-biasa saja, setidaknya ada yang menghibur kakak saat kakak bersedih akibat perpisahan yang berujung meninggalnya ayah," ujar Nameera sesenggukan.
"Lalu kenapa kamu masih menginginkan gadis itu menjadi Kakak Ipar kamu?"
"Zulaikha berbeda kak, dia baik, dia tulus, dan Nameera dapat merasakannya sejak awal bertemu."
Suasana di kamar Nameera saat ini tampak begitu sesak. Tak hanya Nameera, begitu pun Tareeq, mengingat kata menikah saja dadanya sudah sesak, bagaimana bisa dia menikah dengan orang yang memiliki asal yang sama dengan pria yang merusak keluarganya? Ia benar-benar serba salah saat ini.
"Ini kehidupanku, yang menjalani rumah tangga nanti adalah aku, tolong jangan ada yang memaksaku," lirih Tareeq lalu keluar dari kamar itu.
***
Keesokan paginya, seorang gadis berkerudung hitam berjalan menyusuri Corniche Road, ia menatap kagum pada indahnya kota Doha. Suhu yang sedikit dingin membuat semangatnya semakin bertambah.
Pagi ini ia berencana akan pergi ke Souq Waqif, pasar tradisional di mana ia dan Nameera kemarin jalan bersama. Ia akan membeli beberapa setelan pakaian muslimah untuk dirinya, dan Bibi Anisa serta pakaian muslim untuk Paman Harun. Zulaikha telah memutuskan untuk segera pulang ke Indonesia setelah memastikan keadaan Nameera membaik.
Ingin sekali rasanya ia tinggal lebih lama lagi di Negara ini untuk menemani Nameera, tapi ia bukanlah Sultan kaya raya, ia hanya gadis biasa yang bekerja keras untuk bisa pergi ke Qatar, dan harus kembali sebelum uangnya habis.
Niatnya ke Qatar untuk menenangkan diri sepertinya telah tercapai, pertemuannya dengan Nameera yang sangat singkat benar-benar memberi pengaruh positif bagi dirinya dan hatinya, keteguhan hati Nameera untuk tetap melakukan yang terbaik meski kondisinya tidak begitu baik menjadi pelajaran tersendiri bagi Zulaikha.
Langkah kaki Zulaikha kini terhenti di stan yang menjual pakaian muslimah yang berada di Souq Waqif. Satu persatu pakaian ia pasang di depan tubuhnya agar tahu seberapa cocok baju itu di tubuhnya.
Setelah menyelesaikan belanja, Zulaikha kembali ke apartemen Kakek Husein terlebih dahulu untuk berganti pakaian, kemudian ia pergi ke rumah sakit lagi untuk menjenguk Nameera.
***
Tareeq saat ini sudah berada di kantor. Karena rasa kesalnya, membuat pria itu bermalam di kantornya, ia juga sangat enggan pulang ke rumah jika tak ada sang kakek yang selalu melindunginya dari tantenya yang begitu mengatur.
Tok tok tok
"Masuk!" titah pria itu.
"Assalamu 'alaikum, Pak. Ini informasi yang kemarin Bapak minta, saya sudah mencarinya semalaman." Ali meletakkan sebuah map cokelat di depan bosnya.
"Informasi? Informasi apa?" tanya Tareeq.
"Informasi tentang gadis yang berada di apartemen waktu itu, kemarin sore Bapak menyuruh saya mencarinya," ujar Ali.
"Sampaikan saja Ali, hari ini aku benar-benar badmood untuk membacanya."
"Baik, Pak. Jadi nama lengkapnya Zulaikha Azkadina, usianya saat ini 22 tahun. Ia bekerja sebagai pelayan di warung bakso."
"Pantas baksonya enak."
"Empat tahun lalu, kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan, dan karena itu ia tak bisa kuliah, ia memilih bekerja usai tamat sekolah. Kini dia tinggal bersama Pamannya yang pernah bekerja sebagai TKI di Arab Saudi, dan Bibinya yang bekerja sebagai penjual jamu. Dan berita yang paling hangat adalah satu minggu sebelum pernikahan, Zulaikha menarik izin nikahnya di kantor KUA, yang artinya dia batal nikah."
"Kenapa dia batal nikah?" tanya Tareeq sedikit penasaran.
"Berdasarkan informasi yang saya dapat, calon suaminya selingkuh dan menghamili wanita lain."
"Kasihan juga nasibnya, tapi aku tidak ingin menikah dengannya, di banding dia, aku lebih suka wanita yang anggun dengan abaya dan kerudung menutupi kepalanya," lirih Tareeq.
"Oh iya Pak, Kakek anda tadi menelepon karena nomor anda tidak bisa dihubungi. Katanya siang ini Nona Nameera akan pulang ke rumah," sambung Ali.
"Oke, aku akan ke rumah sakit sebentar lagi," ucapnya lalu kembali bekerja.
Beberapa jam kemudian, Tareeq sudah bersiap-bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Ia keluar dari kantor dan langsung menuju ke mobilnya, beberapa saat kemudian mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju ke rumah sakit.
Langkah kaki panjang pria itu memvawanya menuju kamar sang adik, adik yang sempat membuatnya kesal semalaman karena keinginan aneh yang tidak bisa ia penuhi.
"Assalamu 'alaikum, Namee...."
Ucapan Tareeq seketika terhenti saat melihat sesosok gadis yang sangat anggun dengan abayha berwarna hitam dan kerudung yang menutupi kepalanya dengan warna senada. Pria itu sempat melongo melihat kecantikan gadis itu, sangat berbeda dengan gadis yang sempat ia lihat kemarin pagi apartemen.
"Tundukkan pandangammu dan tutup mulutmu, karena dia belum istrimu," bisik Kakek Husein di dekat telinga Tareeq, membuat pria itu sedikit terkejut dan salah tingkah di waktu yang sama.
"Ekhem ... Ekhem, aku akan membawa barang Nameera ke mobil Kakek," ucap pria itu lalu segera membawa barang Nameera keluar dari kamar itu.
Sementata Zulaikha telah selesai membantu Nameera bersiap-siap, dan kini ia membantunya agar bisa duduk di kursi roda dan langsung mendorongnya keluar kamar mengikuti Kakek Hasan.
"Zulaikha, apa kamu sudah menikah?" Pertanyaan Nameera seketika membuat gadis yang mendorong kursi roda itu tertawa pelan.
"Melakukan perjalanan jauh seperti ini seorang diri tentu saja menandakan bahwa aku belum bersuami."
"Kekasih?"
"Nggak ada, kenapa nanya-nanya?"
"Nggak, aku hanya ingin kamu menjadi kakak iparku, bagaimana?" tanya Nameera, seketika membuat kursi roda itu terhenti.
Nameera mendongak menatap Zulaikha yang diam mematung di belakangnya.
"Kamu jangan bercanda, aku nggak suka candaan yang menyangkut pernikahan."
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
andi hastutty
tareeq kenapa ?😂
2023-10-06
1
manda_
kenapa kamu kaget tareeq liat zulaikha 😂😂
2023-02-08
2
Ria dardiri
kamu nanyyakkk😁😂🤣😆
2023-02-07
1