Ghost Husband
Seorang gadis cantik dengan rambut coklat alaminya berjalan menyusuri hutan seorang diri, tak ada rasa takut yang dirasakan gadis yang baru menginjak remaja itu. Gadis berumur empat belas tahun yang berjalan seorang diri itu adalah Deborah Clarence, atau yang biasa di panggil Deby anak tunggal dari pasangan Kimberly dan Peter, namun sayang sejak tiga tahun yang lalu ibunya baru saja meninggal karena kecelakaan yang dialaminya.
Kini, gadis cantik itu tinggal bersama ayahnya serta ibu dan saudara tirinya, dan karena kakak tirinya itulah sekarang Debby berjalan seorang diri di Hutan mengumpulkan kayu bakar yang diminta pengawas perkemahan ini, harusnya mengumpulkan kayu bakar ini adalah tugas kakak tirinya, Laura. Namun, ia malah meminta Deby untuk melakukannya.
Deby dengan hati-hati berjalan di pinggiran jurang sambil mengumpulkan kayu bakar, saat telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Perlahan Debby membalikkan badannya untuk melihat siapa yang datang namun orang di belakang Deby itu malah mendorongnya hingga terjatuh ke jurang. Dan dapat Deby dengar suara kakak tirinya terdengar begitu nyarang.
“Mom, sepertinya kita akan segera bertemu,” gumam Deby dengan rasa sakit karena ranting yang terus bergesekan dengan permukaan kulitnya.
Deby terperanjat dari tidurnya, gadis itu segera bangun dan membuka matanya. Mimpi itu kembali lagi. Setelah kejadian Tujuh tahun lalu saat dirinya didorong oleh kakak tirinya itu, mimpi itu masih saja menghantuinya. Bahkan rasa sakit itu masih terasa begitu nyata bagai baru saja terkena luka.
“Mimpi itu lagi,” ucap Deby dengan nafasnya yang memburu.
Gadis itu segera mengambil air yang berada di samping nakasnya lalu meneguknya hingga tandas. Berusaha mengontrol nafasnya yang memburu dengan keringat panas dingin yang sudah membanjiri wajahnya.
Deby melihat jam yang tergantung di dinding, ternyata jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Gadis itu memilih untuk segera membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk kuliah.
***
Setelah selesai bersiap Debby segera menyambar ponselnya dan tas selempang serta buku tebal yang kini berada dalam dekapannya.
Jam memang masih menunjukkan pukul enam pagi, hanya saja Debby terlalu malas melihat orang rumah yang pasti hanya berujung pada pertengkaran. Ditambah sang Ayah yang pasti akan selalu membela istri dan anak tirinya itu walau kesalahan terletak pada mereka.
Saat Debby keluar dari kamar, bisa dilihat orang di rumahnya masih bersiap di kamar mereka, Debby segera menuju pelataran rumahnya yang ternyata di sana sudah ada kekasihnya yang menunggunya.
Laki-laki dengan setelan jas rapih itu memamerkan senyuman menawannya membuat Deby juga ikut tersenyum. Luis Gregory, CEO muda berusia dua puluh lima tahun itu adalah kekasih Deby sejak tiga tahun yang lalu. Luis memang berusia di atas Deby, bukan hanya dari umurnya yang terlihat dewasa namun pemikiran laki-laki itu juga begitu dewasa apalagi dengan Debby yang masih labil ia malah begitu mengerti tentang gadisnya itu.
“Ingin sarapan dulu?” tawar Luis sambil membukakan pintu untuk Deby dan membantu gadisnya itu untuk masuk ke dalam mobil.
“Ya, aku belum sarapan,” keluh Deby dengan wajah cemberutnya yang terlihat begitu menggemaskan bagi Luis.
“Baiklah, ayo kita mencari sarapan yang kau suka,” ucap Luis dengan senyumannya.
Luis mengambil tangan Deby membawa tangan gadisnya itu dalam genggamannya.Selama tiga tahun mereka bersama, Luis sudah begitu hafal dengan sikap Deby. Ia juga tahu bahwa gadis itu tak akan mau sarapan di rumahnya, bahkan jika hari libur pun. Deby akan meminta Luis untuk menjemputnya dan mengajak gadis itu ke rumahnya. Debby memang begitu akrab dengan ibu Luis yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri.
“Apa kemarin Laura mengganggumu lagi?” tanya Luis membuka pembicaraan sambil menoleh pada Deby sekilas.
“Luis, ini masih pagi. Aku tak ingin merusak pagiku dengan membicarakannya,” tukas Debby sambil menatap Luis . Luis tersenyum lalu mencium punggung tangan Deby yang berada di genggamannya.
“Baiklah, Baiklah,” ucap Luis dan kembali fokus dengan jalanan di depannya hingga tak lama akhirnya mereka sampai di restoran yang cukup terkenal.
Mereka segera memasuki restoran tersebut dan mencari tempat duduk di dekat jendela. Mereka memesan sarapan mereka, hanya dua sandwich dengan susu untuk Binar dan kop untuk Luis.
“Sepertinya hari ini aku akan pulang sore karena ada bimbingan dengan dosen pembimbingku,” jelas Debby mengingat kini ia sudah berada di angkatan keempat.
“Hubungi aku saat pulang nanti, aku akan menjemputmu,” pesan Luis yang dibalas dengan anggukan oleh Deby yang sudah sibuk dengan makanannya.
“Aku selalu suka makanan disini, ini akan menjadi tempat favoritku. Apa lagi dengan kau yang pertama kali mengajakku ke sini,” ucap Deby dengan senyuman manisnya.
“Kalau begitu aku akan selalu mengajakmu kemari,” ucap Luis sambil mengelus puncak kepala Debby sayang. Deby membalasnya dengan anggukan semangat.
“Cepat habiskan makananmu, kita harus segera berangkat jika kau tak ingin terlambat,” ucap Luis sambil melihat jamnya yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lebih.
“Ayo,” ajak Binar yang sudah selesai dengan makanannya. Mereka keluar dengan saling bergandengan tangan.
***
Debby berjalan di koridor menuju perpustakaan untuk mencari dosen pembimbing yang berada disana. Koridor menuju perpustakaan yang kini Debby lalui cukup sepi karena memang jarang orang yang akan datang dan berlalu lalang di sana.
Deby sesekali menoleh kebelakang saat merasa ada seseorang yang tengah mengawasinya.
“Harusnya aku tak melewati jalan ini, sial sekali,” gumam Debby mempercepat langkahnya
Saat hampir sampai di depan ruang perpustakaan seseorang menepuk pundak Debby membuat gadis itu terperanjat kaget.
“Hey ada apa denganmu Debby?” tanya orang tersebut yang melihat Debby tampak begitu terkejut.
“Alice, kau membuatku terkejut,” ungkap Deby pada orang tersebut yang tak lain adalah sahabatnya, Alice.
“Maaf, tapi ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat begitu takut?” tanya Alice saat melihat wajahmu yang ketakutan.
“Tidak, aku baik-baik saja,” ucapmu yang dibalas dengan anggukan oleh Alice.
“Kau akan bimbingan?” tanya Alice yang di balas dengan anggukan oleh Debby.
“Ya, kau tahu dosen pembimbingku sangat rewel,” dengus Debby mengingat dosen pembimbing nya yang memang banyak maunya dan begitu ketat.
“Kau harus bersabar Sayang,” ucapp Alice di iringi dengan tawanya.
“Aku berharap dosen tua itu akan segera pensiun, dia bahkan sudah lebih baik tinggal di rumah untuk membahagiakan diri daripada membuat kepalanya itu tambah botak,” ucap Deby yang berhasil membuat tawa sahabatnya itu semakin keras.
“Hentikan ocehanmu itu sayang, kau harus segera masuk atau pak tua itu akan mencoret namamu,” ucap Alice dengan sisa tawanya membuatmu menghela nafas kasar mendengarnya.
“Cepat masuk, semangat,” Debby tersenyum ke arah Alice.
“Terima kasih Alice, aku masuk dulu,” ucap Deby yang setelahnya langsung pergi dari sana dan kamu segera memasuki perpustakaan untuk bimbingan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Aku indigo jd penasaran......
2023-03-27
1