Keadaan yang begitu canggung kini melingkupi meja makan. Hening, tak ada yang membuka suara. Debby kini bahkan begitu khidmat dengan makanannya. Jangan salahkan, ia kini sudah begitu lapar hingga makan dengan cepat.
“Pelan-pelan saja, tak akan ada yang mengambil makananmu,” ucap Eric yang kini duduk di samping Debby. Tepat nya di kepala meja yang kini ditempati mereka.
Makanan di atas meja kini sudah berjejeran dengan rapi. Nafsu makan Debby yang awalnya begitu menurut kini bahkan kembali dengan cepat saat melihat banyak nya makanan yang menggugah selera nya.
“Aku hanya lapar,” ucap Debby acuh dan tetap memakan makannya dengan cepat. Eric yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.
Mengingat tentang kejadian aneh malam tadi yang dialaminya, kini Debby menghentikan kegiatan makan nya. Eric yang melihatnya menaikkan sebelah alisnya bingung. Sedangkan Debby kini memajukan tubuhnya hingga Eric yang tengah membaca dokumen di tangannya menaikan sebelah alisnya.
“Apa di rumahmu ini ada hantunya?” tanya Debby dengan begitu polosnya. Mata gadis tersebut kini bahkan mengerjap beberapa kali.
Eric yang mendengarnya bahkan sampai menyemprotkan jus yang baru di minumnya dan sedikit mengenai Debby. Debby yang terkena jus dari mulut Eric kini memejamkan matanya sambil menipiskan bibirnya.
Eric begitu panik saat melihat Debby. Para pelayan yang melihatnya bahkan di buat menganga, Eric segera mengambil lap dan mengelap wajah Debby namun Debby dengan segera mengambilnya.
“Apa para hantu itu sahabat mu hingga kau begitu terkejut karena sahabatmu aku ketahui,” kesal Debby sambil mengelap wajahnya.
“Apa yang kau katakan? Jangan berbicara sembarang,” tegas Eric dengan wajah datarnya.
Debby hanya berdecak mendengar ucapan Eric. Ia kini begitu kesal karena wajahnya kini malah menjadi sasaran semburan Eric.
“Aku hanya bertanya, karena kemarin malam aku merasakan hal aneh di kamar mu,” sungut Debby memperjelas ucapannya agar Eric bisa mengerti.
“Hanya perasaanmu saja,” ucap Eric sambil melanjutkan membaca dokumennya.
Debby kini menatap Eric dengan menyelidik hingga gadis tersebut melemaskan tubuhnya sambil menghembuskan nafasnya. Ia masih saja penasaran, sebenarnya ada apa dengan rumah ini. Debby memakan makanannya dengan pikiran yang terus melayang pada kejadian aneh yang dialaminya, sedangkan Eric terus memperhatikan gadis tersebut dengan sesekali menggelengkan kepalanya.
“Apa matamu bermasalah?” tanya Eric memecah keheningan yang melingkupi mereka.
Mendengar pertanyaan Eric, sontak Debby menaikkan sebelah alisnya dengan kening yang berkerut.
“Kacamata,” jelas Eric mengetahui kebingungan Debby. Debby yang mendengarnya menganggukkan kepalanya.
“Tidak, hanya hiasan. Luis suka melihat ku memakai kacamata, dia tak suka melihat ku cantik untuk laki-laki lain,” jelas Debby sambil membuka kacamatanya.
Senyuman sendu terlihat jelas di wajah gadis tersebut kala mengingat kembali tentang laki-laki yang pada akhirnya juga menyakitinya, walau tidak sengaja. Eric yang mendengar Debby menyebut nama laki-laki bersungut kesal, ia tak suka Debby menyebutkan nama laki-laki lain.
“Hari ini ikutlah dengan ku, aku tau kau bosan di rumah,” ucap Eric yang kini sudah mematikan iPad nya.
“Kau benar-benar tak berniat melepaskan ku?” tanya Debby dengan menatap serius pada Eric yang hanya menggelengkan kepalanya tegas dengan wajah datarnya.
Debby menghembuskan nafas kasar dengan tubuhnya yang mulai lemas dan bersandar pada sandaran kursi mendengar jawaban Eric.
“Aku harus kuliah, apa kau tak tahu?” tanya Debby kesal.
Bagaimanapun juga Debby masih ingin lulus dan menyelesaikan kuliahnya. Namun laki-laki yang kini sudah berdiri di depannya itu malah terus mengurungnya.
“Aku akan memikirkan tentang kuliahmu. Sekarang cepat bersiap dan ikut dengan ku,” tegas Eric seolah tak ingin bantahan apapun.
Dengan gontai akhirnya mau tak mau Debby berjalan ke arah kamar yang ditempatinya. Tak lama Debby segera keluar dari kamar tersebut tanpa ada perubahan apapun selain lipstik tipis yang digunakannya.
Eric yang sudah menunggu nya di ruang tamu bahkan dibuat menganga dengan gadis tersebut. Sangat berbeda dengan gadis lain yang akan sibuk dengan banyak hal saat diajak keluar, Debby malah tak ada perubahan sama sekali.
Debby memang bukan orang yang mau repot, lagi pula menurutnya semua pakaian yang disediakan oleh Eric semuanya adalah pakaian bagus dan mahal.
“Aku tak memiliki tas juga ponsel, juga tidak memiliki uang,” ucap Debby yang sebenarnya hanya ingin menjelaskan mengapa ia tak membawa tas dan hanya membawa diri saja.
“Nanti kita beli,” ucap Eric yang kini berhasil membuat Debby menganga mendengar ucapan laki-laki tersebut yang begitu santai saat mengatakannya.
Baru saja Debby akan membuka mulutnya, Eric lebih dulu menyelanya.
“Sudahlah, ayo cepat berangkat,” ajak Eric yang kini sudah berdiri dan berjalan lebih dulu dari Debby yang masih terbengong mendengarnya.
Namun tak lama gadis tersebut segera mengikuti Eric. Saat sampai di depan rumah. Debby benar-benar dibuat begitu kagum melihat rumah di depannya yang ternyata berdiri dengan begitu kokoh dan begitu besar. Debby tahu sebelumnya jika rumah tersebut pasti menjulang dengan tinggi, mengingat kamar yang ditempatinya saja bisa melihat pemandangan di depannya dengan begitu jelas. Namun Debby tak menyangka jika akan sebesar ini.
Saat di mobil mereka saling terdiam. Debby yang memilih fokus dengan jalanan yang dilewatinya sedangkan Eric yang sibuk dengan dokumennya.
Hingga tak lama mereka sampai di sebuah pusat perbelanjaan yang begitu besar. Debby kini hanya mengikuti langkah kaki Eric yang membawanya masuk ke mall tersebut dengan patuh. Kini ia sudah seperti pelayan yang berjalan di belakang Eric.
Ingin rasanya Debby kabur, namun Eric malah membawa begitu banyak pengawal hingga tidak memungkin bagi Debby untuk bisa kabur.
Kini mereka memasuki sebuah salon. Yang langsung disambut dengan begitu ramah oleh karyawan salon tersebut.
“Buat dia jadi cantik,” ucap Eric tegas sambil menoleh ke arah Debby yang kini hanya mengerjapkan matanya beberapa kali.
Selanjutnya Debby hanya diam saja membiarkan Eric melakukan apapun pada nya. Kini Eric benar-benar merubah Debby. Gadis culun yang biasanya selalu menggunakan kacamata itu kini sudah di rombak menjadi gadis yang begitu cantik.
Tak hanya itu Eric bahkan membelikan Debby begitu banyak barang mewah. Debby tak pernah membayangkan hal seperti ini sebelumnya. Ia tak menyangka jika kini ia bisa mendapatkannya.
“Waah apa kini aku menjadi Tuan Putri?” pertanyaan yang jelas tak bisa Debby suarakan dan hanya bisa ia pendam dalam hatinya.
Selama Debby merubah dirinya. Eric hanya diam saja menunggunya. Jika diperlukan ia hanya bertugas untuk memilih apa saja yang cocok untuk gadis tersebut. Gadis yang sudah ia klaim menjadi miliknya.
“Tak akan kubiarkan siapapun menyakitimu dan mendekatimu mulai saat ini,” ucapan tegas yang penuh akan kesungguhan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Hana Nisa Nisa
👍👍👍👍
2024-03-08
0