Debby berlarian di mansion besar yang kini ditempatinya dan tujuannya kini adalah mencari keberadaan Eric karena ia ingin meminta agar laki-laki itu mengizinkannya untuk kuliah. Namun setelah mencari ke segala penjuru mansion ia malah tak mendapati laki-laki itu.
Bahkan saking besarnya mansion Eric, Debby sampai kesasar beberapa kali dan kembali ke ruangan semula. Nafas gadis tersebut kini sudah tak beraturan karena sudah terlalu lelah menjelajahi mansion besar itu.
“Hah, kemana perginya laki-laki tua itu?” tanya Debby pada dirinya sendiri yang kini sudah duduk di ruang tamu.
Para pelayan yang melihat Debby sedari tadi hanya kebingungan karena tak tahu apa yang sebenarnya Debby lakukan. Salah gadis itu sendiri yang tidak mau bertanya dan malah ingin mencari sendiri.
“Masih ada bagian barat yang belum aku datangi, aku akan mencobanya nanti,” ucap Debby dengan nafasnya yang tak beraturan karena terlalu lelah mengelilingi mansion besar itu.
“Berlarian di sini sudah seperti lari sepuluh kali keliling lapangan sangat melelahkan,” rutuk Debby yang terus saja bermonolog pada dirinya sendiri.
“Nona Debby,” suara panggilan di samping Debby membuat Debby menoleh dan menaikkan sebelah alisnya saat melihat laki-laki yang kini berdiri di depannya.
“Ada apa?” tanya Debby menaikkan sebelah alisnya.
“Tuan meminta Anda untuk bersiap. Karena malam ini Tuan akan mengajak Anda untuk menghadiri sebuah pesta,” terang laki-laki tersebut menjelaskan apa maksud dari kedatangannya mencari Debby.
Mendengar kata Tuan, sontak membuat Debby berdiri ia merasa pasti laki-laki tersebut yang memang selalu bersama dengan Eric akan mengetahui keberadaan Eric.
“Di mana Tuan Eric?” tanya Debby dengan begitu bersemangat.
“Maaf Nona, tapi Tuan sedang tidak akan ada di kediaman. Lebih baik Anda segera bersiap,” tukas laki-laki tersebut yang tak lain adalah Athur.
Mendengar jawaban orang kepercayaan Eric, Debby menghembuskan nafasnya kasar. Ternyata percuma saja ia berlarian mengelilingi mansion besar itu jika ternyata yang ia cari tak ada di tempatnya.
“Mereka adalah orang yang akan membantu Anda bersiap Nona,” sambung Athur sambil menunjuk perias juga penatas busana yang sengaja di undang oleh Eric untuk mempercantik Debby.
Debby menoleh ke arah orang yang ditunjuk Arthur. Terdapat empat orang yang kini sudah menunduk sambil tersenyum ke arah Debby yang juga dibalas dengan senyuman oleh Debby.
“Katakan pada Tuan Eric jika aku mencarinya, ada yang ingin aku bicarakan,” pesan Debby. Debby hanya merasa untuk segera memberikannya agar ia bisa segera masuk ke kampus lagi.
“Baik Nona,” patuh Arthur.
Setelahnya laki-laki itu menunduk hormat pada Debby dan segera pergi dari sana. Sedangkan Debby kini segera menggiring orang suruhan Eric untuk menuju kamarnya.
***
“Bagaimana masalah di perbatasan? Apa bencana banjir di sana sudah terselesaikan?” tanya seorang laki-laki yang kini tengah duduk di singgasana nya.
“Tuan muda kedua sudah berada di sana untuk memantau dan memberikan bantuan King,” ucap salah satu dewan yang berada di rapat dewan kali ini.
Fred, laki-laki yang berada di singgasana nya dan di panggil King oleh bawahannya itu menganggukkan kepalanya mengerti.
“Saya juga sudah meminta Juan untuk ikut bersama Putra kedua, King,” papar Eric dengan baju khas putra mahkota yang kini dikenakannya.
“Terus pantau perkembangan dari bencana yang terjadi,” perintah Fred dengan suara tegas nya sebagai pemimpin dari klan nya.
“Baik, King,” ucap yang lainnya kompak sambil menundukkan kepalanya.
“Jika ada masalah dengan departemen kalian, kalian bisa memberikan catatannya pada Travis,” tegasa Fred menyebutkan nama ajudannya.
Travis segera berjalan ke arah barisan para dewan sambil mengambil catatan yang sudah mereka bawa.
“Rapat kita sampai di sini,” ucap Fred yang setelah nya langsung berdiri dan akan pergi dari ruang rapat tersebut membuat bawahannya langsung menunduk hormat.
Eric segera berjalan untuk keluar dan mencari ayahnya karena ada hal yang ingin ia bahas dengan ayahnya itu. Fred yang merasa diikuti menghentikan langkahnya dan segera menoleh belakangan hingga ia mendapati anak pertamanya yang kini berjalan ke arah nya.
Eric menunduk hormat untuk menyapa ayahnya itu.
“Ingin minum teh bersama?” tawar Fred yang sudah tahu jika anaknya ingin berbicara bersama dengannya.
Fred begitu memahami anak pertama nya itu, karena sedari kecil ia lah yang merawat Eric sendiri. Berbeda dengan adik Eric yang lain. Jelas semua itu karena Eric adalah seorang putra mahkota jadi Fred ingin dia lah yang mengajari dan mengawasi Eric langsung tanpa campur tangan orang lain.
Tak lama saat mereka sampai di paviliun, Fred dan Eric duduk saling berhadapan. Hingga pelayan menyajikan teh untuknya.
“Lihatlah adikmu, dia sudah hampir berusia dua puluh tahun. Tapi kegiatannya hanya menangkap kupu-kupu,” ucap Fred dengan senyumannya saat tatapannya menatap lurus ke arah depan di mana adik perempuan Eric tengah bermain di taman.
“Aku akan segera membahas tentang kuliah nya,” ucap Eric yang kini juga tengah menatap ke arah adiknya.
Fred yang mendengarnya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Selama ini adiknya hanya bersekolah di akademi kerajaan. Namun kini Eric berencana membawa adiknya ke dunia manusia untuk menimbah ilmu.
“Jadi apa yang kau ingin bicarakan pada ayah?” tanya Fred yang kini sudah mengalihkan tatapannya ke arah anaknya.
“Aku ingin segera mengangkat putri mahkota,” ucap Eric tegas. Tanpa rasa takut sedikitpun saat mengatakannya. Seolah ia tahu kekuatannya sendiri lebih besar dari ayah nya.
“Gadis manusia tujuh tahun lalu?” tebak Fred dengan senyumannya yang sudah bisa menebak siapa yang ingin anaknya itu angkat sebagai putri mahkota.
“Ayah akan menyetujuinya. Namun kau juga harus menyetujui satu permintaan ayah. Bukankah dengan begitu kita impas putra mahkota?” tanya Fred membuat penawaran pada anaknya itu.
Eric menaikkan sebelah alisnya bingung, “Apa yang ayah inginkan?” tanya Eric dengan sorot matanya yang menatap tajam pada ayahnya itu.
“Akan ayah pikirkan nanti. Namun untuk menghindari kecurangan mu. Ayah akan membuat janji darah dengan gadis itu agar kau tidak bisa menolak permintaan ayah suatu hari nanti,” tegas Fred dengan senyuman sinisnya.
Eric yang mendengar ucapan Fred tercengang. Janji darah adalah sebuah janji yang dilakukan dengan konsekuensi ayahnya bisa membunuh Debby kapan saja hanya dengan sebuah mantra dan saat itu tak ada yang bisa menghalanginya karena sebuah janji yang dibuat.
“Mengapa ayah tidak membuat janji darah dengan ku?” nada suara Eric mulai meninggi karena jelas ia tak ingin jika sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Debby.
“Karena ayah tau kau tidak akan memperdulikan nyawa mu untuk gadis itu, tapi kau mempedulikan nyawa gadis itu. Apa kau tidak berfikir betapa sulit nya untuk mengangkat seorang manusia menjadi bangsawan?” tantang Fred dengan tatapan tajamnya pada Eric.
Sebagai putra mahkota jelas ia mengetahui hal tersebut. Bahkan mengizinkan manusia untuk kedua mereka saja begitu sulit. Untuk menjaga perdamaian dan ancaman dari manusia hunter mereka harus melakukan hal tersebut.
Belum lagi dengan banyak konsekuensi lain yang harus mereka pikirkan. Eric kini terdiam dengan pikirannya sendiri.
“Kau tenang saja, jika dia melahirkan keturunan untuk mu. Janji darah akan langsung berakhir. Tak peduli anak yang dilahirkan adalah manusia ataupun lucifer,” ucap Fred melanjutkan ucapannya tentang penawaran yang dia berikan.
“Aku menyetujuinya.”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Molive(virgo girl)♍
astaga mulut papa nya pedes tapi lucu😂😂
2023-12-08
0