NovelToon NovelToon

Ghost Husband

ένας

Seorang gadis cantik dengan rambut coklat alaminya berjalan menyusuri hutan seorang diri, tak ada rasa takut yang dirasakan gadis yang baru menginjak remaja itu. Gadis berumur empat belas tahun yang berjalan seorang diri itu adalah Deborah Clarence, atau yang biasa di panggil Deby anak tunggal dari pasangan Kimberly dan Peter, namun sayang sejak tiga tahun yang lalu ibunya baru saja meninggal karena kecelakaan yang dialaminya.

Kini, gadis cantik itu tinggal bersama ayahnya serta ibu dan saudara tirinya, dan karena kakak tirinya itulah sekarang Debby berjalan seorang diri di Hutan mengumpulkan kayu bakar yang diminta pengawas perkemahan ini, harusnya mengumpulkan kayu bakar ini adalah tugas kakak tirinya, Laura. Namun, ia malah meminta Deby untuk melakukannya.

Deby dengan hati-hati berjalan di pinggiran jurang sambil mengumpulkan kayu bakar, saat telinganya mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Perlahan Debby membalikkan badannya untuk melihat siapa yang datang namun orang di belakang Deby itu malah mendorongnya hingga terjatuh ke jurang. Dan dapat Deby dengar suara kakak tirinya terdengar begitu nyarang.

“Mom, sepertinya kita akan segera bertemu,” gumam Deby dengan rasa sakit karena ranting yang terus bergesekan dengan permukaan kulitnya.

Deby terperanjat dari tidurnya, gadis itu segera bangun dan membuka matanya. Mimpi itu kembali lagi. Setelah kejadian Tujuh tahun lalu saat dirinya didorong oleh kakak tirinya itu, mimpi itu masih saja menghantuinya. Bahkan rasa sakit itu masih terasa begitu nyata bagai baru saja terkena luka.

“Mimpi itu lagi,” ucap Deby dengan nafasnya yang memburu.

Gadis itu segera mengambil air yang berada di samping nakasnya lalu meneguknya hingga tandas. Berusaha mengontrol nafasnya yang memburu dengan keringat panas dingin yang sudah membanjiri wajahnya.

Deby melihat jam yang tergantung di dinding, ternyata jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Gadis itu memilih untuk segera membersihkan tubuhnya dan bersiap untuk kuliah.

***

Setelah selesai bersiap Debby segera menyambar ponselnya dan tas selempang serta buku tebal yang kini berada dalam dekapannya.

Jam memang masih menunjukkan pukul enam pagi, hanya saja Debby terlalu malas melihat orang rumah yang pasti hanya berujung pada pertengkaran. Ditambah sang Ayah yang pasti akan selalu membela istri dan anak tirinya itu walau kesalahan terletak pada mereka.

Saat Debby keluar dari kamar, bisa dilihat orang di rumahnya masih bersiap di kamar mereka, Debby segera menuju pelataran rumahnya yang ternyata di sana sudah ada kekasihnya yang menunggunya.

 Laki-laki dengan setelan jas rapih itu memamerkan senyuman menawannya membuat Deby juga ikut tersenyum. Luis Gregory, CEO muda berusia dua puluh lima tahun itu adalah kekasih Deby sejak tiga tahun yang lalu. Luis memang berusia di atas Deby, bukan hanya dari umurnya yang terlihat dewasa namun pemikiran laki-laki itu juga begitu dewasa apalagi dengan Debby yang masih labil ia malah begitu mengerti tentang gadisnya itu.

“Ingin sarapan dulu?” tawar Luis sambil membukakan pintu untuk Deby dan membantu gadisnya itu untuk masuk ke dalam mobil.

 “Ya, aku belum sarapan,” keluh Deby dengan wajah cemberutnya yang terlihat begitu menggemaskan bagi Luis.

 “Baiklah, ayo kita mencari sarapan yang kau suka,” ucap Luis dengan senyumannya.

Luis mengambil tangan Deby membawa tangan gadisnya itu dalam genggamannya.Selama tiga tahun mereka bersama, Luis sudah begitu hafal dengan sikap Deby. Ia juga tahu bahwa gadis itu tak akan mau sarapan di rumahnya, bahkan jika hari libur pun. Deby akan meminta Luis untuk menjemputnya dan mengajak gadis itu ke rumahnya. Debby memang begitu akrab dengan ibu Luis yang sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

 “Apa kemarin Laura mengganggumu lagi?” tanya Luis membuka pembicaraan sambil menoleh pada Deby sekilas.

 “Luis, ini masih pagi. Aku tak ingin merusak pagiku dengan membicarakannya,” tukas Debby sambil menatap Luis   . Luis tersenyum lalu mencium punggung tangan Deby yang berada di genggamannya.

 “Baiklah, Baiklah,” ucap Luis dan kembali fokus dengan jalanan di depannya hingga tak lama akhirnya mereka sampai di restoran yang cukup terkenal.

 Mereka segera memasuki restoran tersebut dan mencari tempat duduk di dekat jendela. Mereka memesan sarapan mereka, hanya dua sandwich dengan susu untuk Binar dan kop untuk Luis.

“Sepertinya hari ini aku akan pulang sore karena ada bimbingan dengan dosen pembimbingku,” jelas Debby mengingat kini ia sudah berada di angkatan keempat.

 “Hubungi aku saat pulang nanti, aku akan menjemputmu,” pesan Luis yang dibalas dengan anggukan oleh Deby yang sudah sibuk dengan makanannya.

 “Aku selalu suka makanan disini, ini akan menjadi tempat favoritku. Apa lagi dengan kau yang pertama kali mengajakku ke sini,” ucap Deby dengan senyuman manisnya.

 “Kalau begitu aku akan selalu mengajakmu kemari,” ucap Luis sambil mengelus puncak kepala Debby sayang. Deby membalasnya dengan anggukan semangat.

 “Cepat habiskan makananmu, kita harus segera berangkat jika kau tak ingin terlambat,” ucap Luis sambil melihat jamnya yang sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lebih.

 “Ayo,” ajak Binar yang sudah selesai dengan makanannya. Mereka keluar dengan saling bergandengan tangan.

 ***

 Debby berjalan di koridor menuju perpustakaan untuk mencari dosen pembimbing yang berada disana. Koridor menuju perpustakaan yang kini Debby lalui cukup sepi karena memang jarang orang yang akan datang dan berlalu lalang di sana.

 Deby sesekali menoleh kebelakang saat merasa ada seseorang yang tengah mengawasinya.

 “Harusnya aku tak melewati jalan ini, sial sekali,” gumam Debby mempercepat langkahnya

 Saat hampir sampai di depan ruang perpustakaan seseorang menepuk pundak Debby membuat gadis itu terperanjat kaget.

“Hey ada apa denganmu Debby?” tanya orang tersebut yang melihat Debby tampak begitu terkejut.

 “Alice, kau membuatku terkejut,” ungkap Deby pada orang tersebut yang tak lain adalah sahabatnya, Alice.

 “Maaf, tapi ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat begitu takut?” tanya Alice saat melihat wajahmu yang ketakutan.

 “Tidak, aku baik-baik saja,” ucapmu yang dibalas dengan anggukan oleh Alice.

 “Kau akan bimbingan?” tanya Alice yang di balas dengan anggukan oleh Debby.

 “Ya, kau tahu dosen pembimbingku sangat rewel,” dengus Debby mengingat dosen pembimbing nya yang memang banyak maunya dan begitu ketat.

 “Kau harus bersabar Sayang,” ucapp Alice di iringi dengan tawanya.

“Aku berharap dosen tua itu akan segera pensiun, dia bahkan sudah lebih baik tinggal di rumah untuk membahagiakan diri daripada membuat kepalanya itu tambah botak,” ucap Deby yang berhasil membuat tawa sahabatnya itu semakin keras.

 “Hentikan ocehanmu itu sayang, kau harus segera masuk atau pak tua itu akan mencoret namamu,” ucap Alice dengan sisa tawanya membuatmu menghela nafas kasar mendengarnya.

 “Cepat masuk, semangat,” Debby tersenyum ke arah Alice.

“Terima kasih Alice, aku masuk dulu,” ucap Deby yang setelahnya langsung pergi dari sana dan kamu segera memasuki perpustakaan untuk bimbingan.

 ***

Δύο

Saat sampai di rumah waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, semua ini karena guru pembimbingnya yang terus mengawasinya entah apa yang sebenarnya pak tua itu inginkan. Tak seperti dosen pembimbing lainnya yang hanya memberikan bimbingan namun pak tua itu terus mengawasinya untuk menyelesaikan skripsi.

 Sangat membuat kesal hingga membuat Deby harus pulang malam karena pak tua itu. Saat Debby baru saja masuk rumah kakak tirimu sudah berdiri di depan pintu dengan wajah angkuhnya dan tangan yang bersedekap dada.

 “Kau sungguh tidak tahu aturan jam sudah sangat larut malam kau baru pulang?” ucap Laura dengan sinisnya. Deby hanya menatap tak suka pada kakaknya itu dan hendak berlalu namun ucapan Laura berikutnya berhasil membuat Deby berhenti.

“Apa kau mulai menjadi ayam kampus?” Debby mengepalkan tangannya lalu berbalik menatap Laura tajam.

 Kakak tirinya itu memang sangat suka mencari masalah dengannya, seperti tak pernah bosan untuk mencari kesalahan yang Debby buat ataupun tidak.

 “Apa kau tak pernah kuliah sebelumnya? Oh atau kau yang ayam kampus itu? Jadi kau tak tahu rasanya bersusah-susah menyusun skripsi, oleh karena itu yang ada di otakmu hanya ************,” tandas Debby dengan sinisnya membuat Laura mengepalkan tangannya marah mendengar cemoohan Deby.

“Kau sedang membuat alibi? Apa kau tak memiliki alibi lain selain kuliah?” tanya Laura yang berusaha mengendalikan amarahnya dengan senyuman yang mengejek.

 “Kau berkata seperti itu seolah tak pernah pulang hingga subuh,” sindir Deby dengan senyuman sinisnya membuat Laura yang mendengarnya mengepalkan tangan marah.

 “Deby apa pantas berbicara seperti itu pada kakakmu?” suara dari arah belakang membuat Debby mendengus kasar, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk Deby.

 “Aku hanya mengatakan apa yang harus aku katakan, lagi pula dia yang memulai duluan,” ucap gadis tersebut dengan malas.

 “Tapi aku yakin kau tak akan percaya dengan apa yang aku katakan, karena memang setelah memiliki keluarga baru kau tak pernah peduli padaku apalagi mempercayai ucapanku,” ucap Deby dengan sinis pada Peter, ayah Deby.

 Laki-laki itu menatap anaknya dengan tatapan lelah. Menghadapi kedua putrinya yang selalu bertengkar tentu saja tak dapat mencapai keharmonisan dalam keluarga dan itu membuatnya lelah, di tambah yang Peter tahu anaknya lah yang selalu membuat ulah. Tanpa tahu ternyata yang sebenarnya adalah anaknya adalah korban dari istri dan anak tirinya.

 “Aku hanya bertanya mengapa kau pulang sangat larut, aku hanya mengkhawatirkanmu,” ucap Laura dengan wajahnya yang sengaja dibuat sedih. Rasanya Debby ingin muntah mendengarnya.

“Lihatlah, kakakmu hanya mengkhawatirkanmu. Jadi bisakah kau bersikap baik dan tidak membuat masalah?” tanya peter dengan wajah kesalnya pada Debby yang kini hanya dibalas dengan senyuman sinis.

 “Cih! berhentilah membuat drama Laura, kau membuat aku mual,” ucap Deby dengan malas dan segera pergi dari sana namun Peter malah menahan tangan Deby dan tiba-tiba menampar Debby membuat gadis itu  memelototkan matanya dengan air mata yang mengaliri pipi mulusnya..

Dapat Debby lihat Laura tengah tersenyum melihatnya, Peter menatap tangannya penuh penyesalan karena telah menampar anaknya.

 “Debby!” Debby menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Luis yang tengah menatap kaget padanya..

 Luis berjalan ke arah Peter dan tanpa aba-aba laki-laki itu langsung memukul Peter membuat jeritan terdengar.

“Hey! Apa yang kau lakukan pada suami ku?” suara bentakan itu berasal dari arah tangga yang tak lain adalah ibu tiri Debby, Linda.

 “Tanya pada suamimu apa yang dia lakukan pada gadisku,” bentak Luis dengan amarahnya. Luis adalah laki-laki yang paling menjaga Debby, tak membiarkan siapapun untuk melukai gadisnya tersebut termasuk ayah gadis itu sendiri.

 “Beraninya kau menampar gadisku,” ucap Luis sambil menarik tangan Deby untuk segera pergi dari rumah tersebut.

“Kau selalu menyalahkan Debby atas apa yang baru kau lihat, tanpa tau apa yang awalnya terjadi,” ucap Luis dengan ucapan sinisnya dan amarahnya.

“Kau adalah orang kaya tapi terlihat miskin, harusnya kau memasang cctv dengan penyadap suara agar kau tahu apa yang terjadi,” ucap Luis dengan senyuman sinisnya.

 “Berani sekali kau menghina kami,” ucap Linda dengan amarahnya.

 “Mengapa aku harus takut? Aku bahkan bisa menghancurkan kalian dengan menarik semua investasinya di perusahaan kalian, ingatlah saat perusahaan kalian dalam masa kritis aku mau membantu hanya karena Debby,” kecam Luis dengan amarahnya mengingatkan kejadian tiga tahun lalu saat keluarga Debby berada dalam keterpurukan, Luis yang membantu mereka untuk bangkit kembali.

 “Jika bukan karena Deby aku tak akan membantu iblis seperti kalian, yang sudah akan tumbang tanpa investor dan kerugian besar,” ucap Luis dan segera pergi dari sana menarik Deby untuk ikut bersamanya.

 Peter hanya bisa terdiam menatap kepergian putrinya bersama kekasihnya, Laura yang melihat hal tersebut mengepalkan tangannya kesal.

 “Kali ini kau mungkin beruntung tapi tidak selanjutnya, Luis akan menjadi milikku,” gumam Laura menatap penuh benci pada Deby yang sudah menghilang di balik pintu.

 Di sisi lain kini Deby dan Luis berada di dalam mobil Luis dengan Deby yang sudah menangis sejadi-jadinya dalam dekapan Luis.

 “Sebelumnya Dad tak pernah menamparku tapi kali ini dia melakukannya demi Laura,” tangis Debby membuat Luis menjadi tak tega hanya membiarkan gadisnya itu puas menangis dalam dekapannya.

 Luis akan setia menemani gadisnya itu hingga tangisnya reda, ia mengerti pasti Debby sangat terpukul dengan kejadian yang baru saja terjadi. Ayah, yang dulu sangat mencintainya kini malah menamparnya.

 “Kau masih memiliki ku sayang, aku tak kan melepaskanmu, aku akan selalu menemanimu dan menjagamu,” ucap Luis dengan sesekali mengecup kening Deby.

 Ia sangat mencintai gadisnya itu, ia sudah berjanji untuk selalu menemani dan menjaga Deby.

Setelah tangisan Deby reda Luis melepaskan pelukannya, menangkup wajah kecil Deby dan tangannya.

 “Lebih baik sekarang kita ke rumahku,” ucap Luis dengan  senyuman menenangkannya yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Debby.

 Rasanya malas untuk kembali ke rumah tersebut untuk kali ini, jadi ia ingin menenangkan diri lebih dulu dan rumah Luis adalah pilihan yang tepat.

 Tak lama akhirnya Luis melajukan mobilnya menuju ke arah rumahnya, selama di perjalanan laki-laki itu tak pernah melepaskan tangannya dari Deby, sedangkan gadis itu hanya melihat ke arah keluar jendela.

 “Luis, bagaimana kau bisa berada di rumahku tadi?” tanya Debby membuka suara.

 “Ah ya aku lupa, aku ingin mengembalikan ponselmu yang tertinggal,” ucap Luis sambil melirik ke arah Dashboard untuk mengambil ponsel milik Debby namun tanpa mereka sangka dari arah berlawanan sebuah mobil truk besar melaju dengan kecepatan penuh hingga suara benturan yang begitu keras dapat memekakkan telinga siapapun yang mendengarnya.

 Sebuah bayangan hitam muncul di tengah kerumunan orang yang tengah berusaha untuk menolong Deby dan Luis. Bayangan hitam itu seolah menyusup dalam kerumunan hingga gadis cantik yang berada dalam mobil tersebut menghilang dalam sekejap, bahkan tak ada yang tahu jika terdapat korban wanita di dalam kecelakaan itu.

***

τρία

Seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam menatap gadis yang kini tengah terbaring lemah di sebuah brankar rumah sakit dengan berbagai alat yang terpasang di tubuh gadis tersebut dengan wajah datar nya.

Laki-laki itu menatap sendu pada gadis tersebut, gadis yang sudah ia jaga dan awasi selama tujuh tahun belakangan ini.

“Putra Mahkota tidakkah Anda bisa membantunya sembuh lebih cepat?” tanya seorang laki-laki dengan pakaian formal yang berada di belakang laki-laki berpakaian serba hitam itu.

“Tidak, aku tak ingin ia cepat pergi dariku,” ucap laki-laki berpakaian hitam tersebut yang tak lain bernama Eric.

Tak dapat membantah akhirnya laki-laki yang berada di belakang Eric hanya bisa mengangguk tak ingin mengganggu King nya yang tengah menikmati waktu nya bersama gadis yang sudah lama ia puja.

“Kalau begitu saya pergi dulu Yang mulia,” pamit laki-laki yang tadi bersama Eric, yang tak lain adalah orang kepercayaan sekaligus penasehatnya, Arthur.

Eric berjalan mendekati gadis yang tengah tertidur tersebut sambil menggenggam tangan gadis itu dengan erat. Senyuman yang begitu indah terpatri di wajah laki-laki tersebut.

“Cepat atau lambat, kau akan menjadi milikku sayang. Tak akan pernah aku melepaskanu dan membiarkanmu mengalami penderitaan lagi,” ucap Eric dengan wajah nya yang mengeras kala mengingat penderitaan yang selama ini dialami oleh gadisnya itu.

“Dan tak akan aku biarkan kau dimiliki laki-laki lain selain aku,” lanjutnya yang mengingat jika Debby memiliki kekasih, namun dengan cara apapun Eric akan mengambil gadisnya itu hanya untuknya.

Sebut saja ia egois apa lagi dengan cara menahan gadis itu tetap di sisinya walau ia bisa menyembuhkan gadis itu dengan sesegera mungkin.

***

Lucifer apakah kalian percaya dengan berbagai makhluk mitologi yang tersebar di berbagai negara? Apa lagi Lucifer, makhluk mitologi yang dikenal membawa keburukan serta kehancuran. Dalam tradisi Kristen, Lucifer adalah malaikat yang memberontak terhadap Sang Pencipta. Kemudian terjadi peperangan di surga. Sepertiga penghuni surga pengikut Lucifer akhirnya dikalahkan dan dibuang dari surga. Malaikat itu kemudian disebut setan. Makhluk yang penuh dengan keangkuhan itu juga disebut sebagai king nya para makhluk immortal seperti werewolf, vampir, dll.

Lucifer juga merupakan iblis yang begitu terkenal akan keburukan sikapnya, lalu bagaimana jika seorang Lucifer terkuat puluhan tahun lalu menikah dengan seorang dewi yang begitu disegani? Hingga akhirnya mereka memiliki anak yang begitu kuat. Ya dia adalah Eric Lawfence, Lucifer dengan darah dewi. Menjadi Lucifer terkuat yang disegani seluruh makhluk mitologi.

Mengawasi dan menjaga ketentraman dunia imortal adalah tugasnya, namun menjaga gadis yang ia cintai juga menjadi alasannya tinggal di dunia mortar dengan menyamar sebagai manusia.

Saat usia ke 21 tahun gadis tersebut, Eric baru bisa menemuinya dan mengklaimnya sebagai miliknya. Semua itu karena perjanjian yang ia buat dengan ayahnya. Sial sekali rasanya harus menunggu selama tujuh tahun untuk mendapatkan gadis pujaannya, di tambah ia harus sering merasakan sakit hati saat melihat gadisnya memiliki kekasih, merasa sedih karena tak bisa membantunya saat gadis itu menghadapi masalah.

Dan tiga hari lagi adalah ulang tahun gadis itu yang ke 21 tahun namun kini gadis itu masih terbaring di brankar rumah sakit dengan mata yang masih setia terpejam. Ini sudah hari ke dua puluh gadis itu masih tak sadarkan dirinya. Seolah ia enggan untuk membuka matanya dan menghadapi kerasnya dunia yang akan menghampirinya.

“Hey wake up Honey,” bisik Iblis tersebut pada gadis yang kini dengan perlahan membuka matanya menyesuaikan sinar mentari yang terasa begitu asing baginya.

***

Deby menatap ke sekeliling dengan tatapan kagum. Hamparan tanaman bunga yang begitu indah tersaji di depannya. Senyuman gadis itu mengembang dengan sesekali ia menyentuh bunga yang berada di sana.

“Debby,” suara lembut itu mengalun menyapa indra pendengaran Debby, membuat gadis itu menoleh dan mendapati wanita cantik dengan dress putih yang begitu cantik.

Melihat wanita yang berdiri di depannya itu air mata Debby mengalir membentuk sungai di pipinya, wanita tersebut adalah wanita yang begitu ia rindukan.

“Mommy,” gumamnya, dan langsung berlari ke arah wanita yang tak lain adalah Ibunya.

“Mom aku merindukanmu,” ucap Debby sambil memeluk Ibunya dengan erat, seolah enggan melepaskannya. Deby hanya takut saat ia melepaskan pelukan itu Ibunya akan pergi meninggalkannya sendiri lagi.

Kehidupannya sudah sangat keras saat ibunya tak berada di sampingnya.

“Mom juga sangat merindukanmu Sayang,” ucap Kimberly, Ibu Deby dengan senyumannya.

“Mom bawa aku bersamamu, dunia ini terlalu keras untukku Mom,” ucap Deby dengan tangisannya yang terisak membuat wanita yang dipanggil Mom itu merasa kasihan dengan anaknya itu.

“Bersabarlah sayang, di depan sana akan ada kebahagiaan yang menantimu,” ucap Kimberly sambil mengelus punggung anaknya sayang.

“Tapi kapan Mom?” tanya Deby sambil melepaskan pelukannya dan menatap Ibunya dengan tatapan sedih.

“Setelah semua penderitaan ini akan ada kebahagian yang menyapa mu Sayang, bertahanlah sebentar lagi,” ucap Ibunya sambil mengelus wajah Deby sayang memberikan senyuman termanisnya untuk anaknya itu.

Putri yang begitu ia cintai dan sayangi kini telah tumbuh menjadi wanita yang begitu hebat dan kuat. Sayang sekali ia hanya bisa sebentar menemui anaknya itu jika bisa meminta ia akan meminta untuk kembali dan menemani anaknya itu.

“Mom mencintaimu Sayang, kuatlah dan bertahanlah demi kebahagiaanmu,” ucap Kimberly sebelum perlahan wanita itu berganti hanya sebuah bayangan yang tidak bisa Debby gapai.

“Mom, Mom jangan pergi jangan tinggalkan Debby sendiri Mom,” suara nya kini bagai tak bisa keluar bagai tertahan di tenggorokannya walau ia sudah berteriak untuk memanggil ibunya itu.

“Hey! Wake up Honey,” suara bisikan tersebut adalah hal selanjutnya yang Deby dengar.

Hingga dengan perlahan gadis itu membuka matanya menyesuaikan sinar mentari yang masuk dari celah jendela kamar nya yang tampak begitu asing, setelah lama berada kegelapan kini akhirnya ia dapat melihat sinar mentari.

“Mom,” gumaman itu adalah hal pertama yang Deby keluarkan sebelum ia kembali menutup matanya.

Saat perlahan dokter mulai datang dan memeriksa Debby barulah gadis itu kembali membuka matanya dan melihat ruangan yang serba putih tersebut. Bisa ia tebak jika saat ini ia tengah berada di rumah sakit.

“Keadaannya sudah membaik Tuan, jika besok semakin membaik ia bisa pulang dua hari lagi,” ucap seorang dokter pada laki-laki yang terasa begitu familiar bagi Debby namun saat mengingat kembali ia tak mengenal laki-laki itu.

Setelah dokter tersebut keluar laki-laki dengan setelan jas formal tersebut menghampiri Deby dengan wajah datarnya.

“Kau sudah baik-baik saja?” tanya laki-laki itu tanpa ekspresi.

“Siapa kau?” tanya Deby dengan kerutan di dahiya.

“Orang yang membantumu,” ucap laki-laki tersebut dan segera berlalu dari sana menuju sofa yang berada di ruangan tersebut.

“Aku ingin pulang,” ucap Debby sambil berusaha turun dari tempat tidurnya.

“Kau bisa pulang setelah keadaanmu baik-baik saja, sekarang beristirahatlah,” ucap laki-laki itu tegas. Tanpa mau di bantah. Mendengar kalimat yang begitu tegas dan menghipnotis tersebut Deby hanya bisa menurut dan kembali ke brankarnya.

***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!