Like Drama
Aku sangat menyadari pesonanya. Pesona seorang pria dewasa yang membuat setiap wanita yang memandangnya akan terhanyut dalam wajah tampannya.
Tak terkecuali aku. Sekeras apapun aku berusaha untuk tidak terjerat dalam pesonanya itu, nyatanya hatiku berdebar saat sosoknya melewati kamarku.
Tidak.
Aku tak akan pernah semudah itu untuk jatuh cinta lagi. Setidaknya hingga saat ini, aku adalah seorang gadis yang mempunyai hati sekuat baja dari pengaruh pria-pria tampan, terutama para idola seperti yang digilai para perempuan sebayaku.
Namun keadaan berbeda saat aku bertemu dengannya. Hatiku terusik seakan mendamba untuk berlari ke dalam pelukannya.
Ku lihat pandangan matanya yang terasa intens menusuk ke hatiku. Sikap dingin dan manisnya secara bersama membuatku bimbang.
Salahkah bila aku tertarik padanya?
Salahkah bila aku merasakan rasa yang istimewa terhadapnya?
Atau aku hanya akan terluka karena kalah bersaing dengan wanita-wanita dewasa yang berada di sekitarnya?
Aku tidak ingin mengambil resiko untuk terluka. Aku akan menjaga hatiku sedemikian rupa dari segala pesona dan auranya.
Hanya saja, aku takut pertahananku akan runtuh saat merasakan keberadaannya yang harus ada di dalam hidupku.
***
"Yakin kamu tidak mau ikut, Ra?" Mamaku sekali lagi meyakinkanku. Padahal saat ini kami sudah berada di bandara.
Aku menggeleng pelan. "Nggak, Ma. Rara yakin kali ini pasti bisa."
Mama menatapku sendu. Tentu saja, sebagai putri semata wayangnya, aku akan menjadi kesayangan mereka berdua.
"Tapi kamu harus selalu telepon Mama ya,"
"Iyaaa ...."
"Kalau nanti kamu liburan, susul Mama Papa ya?!"
"Iya, Mama... Rara bakalan susul Mama Papa nanti, sesegera mungkin malah. Tapi," aku menoleh pada pria yang paling aku cintai di muka bumi ini. "Pa, aku ngekos aja ya ...." rengekku yang tak henti-hentinya. Bahkan hingga detik ini aku belum menyerah memohon keinginanku untuk hidup mandiri.
Papa membawaku ke dalam pelukannya. "Jangan pernah mencoba lagi, Sayang... karena hal itu hanyalah akan menjadi sia-sia. Sampai kapanpun Papa tetap tidak setuju kalau kamu ngekos."
"Sampai kapanpun? Serius, Pa?" aku protes tentu saja. Masa usia lebih dari 20 tahun tapi aku belum juga diizinkan untuk ngekos? Apa tidak keterlaluan namanya? "'Kan ada Alya, boleh ya?"
Papa tersenyum setelah mengecup singkat kepalaku. "Sabar. Papa hanya khawatir dengan pergaulan zaman sekarang. Karena kamu anak gadis Papa satu-satunya. Maka dari itu, kamu mesti menurut. Setidaknya sampai kita berkumpul lagi, Nak. Papa sangat sangat berharap kamu mau mengerti."
"Dan keputusan kami sudah terlalu final, Sayang," sambar Mama dalam senyumnya. Entah apa yang dipikirkannya, aku hanya melihat bahwa sinar mata Mama seakan sedang membayangkan sesuatu. "Mama yakin ini yang terbaik."
"Papa juga," tambah Papa.
Aku menghela nafas.
Menyerah?
Sepertinya.
"Tapi 'kan, masih ada tante Lia atau atau Tante Deva, Ma. Pastinya kalau di salah satu rumah mereka aku lebih merasa nyaman dan percaya."
"Mama, 'kan sudah bilang kalau tadinya niat Mama Papa sudah seperti itu, tapi berhubung ini diluar dugaan kami, dan sahabat Mama itu memaksa, mau gimana lagi? Mama bisa apa?"
"Iya, ngerti... tapi, 'kan–"
"Sabar, Ra ..." ucap Papa lagi. "Nanti kalau kamu sudah benar-benar tidak bisa di sana, ya sudah, Papa izinkan kamu untuk pindah ke rumah Alya atau Radit."
"Benar ya, Pa?"
"Iya. Makanya dicoba dulu ya, Nak, biar kami nggak terlalu khawatir."
Akhirnya aku melayangkan senyum lagi kepada mereka. "Oke, Pa." kali ini aku ikhlas deh. Setidaknya masih ada peluang aku untuk keluar dari rumah itu. Mungkin seminggu bakalan aku coba, sekedar formalitas belaka demi kedua orang tuaku.
"Tapi lebih baik lagi kalau kamu ikut kami, Ra." Mama masih saja membujukku.
"Tanggung, Ma. Nanti kalau udah wisuda aja. Aku mau banget tinggal di sana."
"Lha kalau tugas Papa sudah berakhir?"
"Ya minta perpanjang, Pa."
Papa menjawil ujung hidungku. "Dasar kamu ya, gak semudah itu, tau."
Aku terkekeh. Senang rasanya kalau perpisahan sementara ini diisi dengan canda tawa. Sebab sejak seminggu yang lalu Mama selalu saja menangis karena harus meninggalkanku. Padahal aku saja tidak merasa seberat itu untuk mencoba hidup sendiri. Karena bagiku, masih ada Alya dan Radit itu sudah membuatku jauh lebih baik dibandingkan seorang diri.
"Hati-hati ya, Pa, Ma." aku menyalami sekaligus memeluk erat mereka bergantian.
"Jaga diri, Sayang. Kalau terjadi sesuatu, bilang sama Papa. Papa bakalan langsung terbang kesini buat menjemput kamu."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
sitiazzahra
sape lupa alur nya ka baca ulang dah kirain ga berlanjut
2023-02-03
0
Tari Story
mulai baca
2022-05-22
0
Hafiz Ghany
kembali ku ulang lg😘😘😘
2022-01-04
0