Eight

Aku mengecek ponselku. Aku yakin kalau Reiki tadi melihatnya, melihat chat aku dengan Alya dan Radit. Atau chat aku yang lainnya.

Ini tidak benar. Dia melanggar privasiku. Aku merasa marah. Tapi, apa aku bisa melawannya yang tinggi besar itu? Sedangkan aku? Kurus dan pendek. Uhh!

Sekarang saja dia dengan santainya sedang mandi di kamar mandiku. Aku bingung harus apa. Kalau aku tidur duluan, aku takut diserang olehnya. Bukankah dia bilang kalau dia nafsu padaku? Ishh membayangkannya saja membuatku merinding.

Lalu aku harus menunggunya, begitu? Untuk tidur bareng? Kayak suami istri aja? Oh no ...

Akhirnya setelah meletakkan ponselku di nakas, aku malah jalan mondar-mandir karena bingung. Aku tidak tahu harus apa. Untuk memberitahu Tante Wid bukan ide yang bagus. Bisa-bisa aku bakal langsung dinikahin sama si Reiki, dan aku terjebak selamanya di rumah ini. Yap, sekarang aku malah tidak berharap untuk menjadi anggota rumah keluarga ini.

Pintu kamarku ada yang mengetuk. Aku sangat terkejut. Jangan sampai kalau yang berada di depan pintu itu adalah Tante Wid.

Bagaimana ini?

Si Reiki itu masih di kamar mandi. Bagaimana kalau- ah sudahlah.

Aku membuka pintu kamar dengan pelan, dan hanya selebar badanku saja. Aku tidak ingin mengambil resiko dengan keluarnya Reiki dari kamar mandi, dengan seseorang yang berdiri di depan pintu kamarku kini.

Tak kusangka, dia-

Janeta.

"Ada apa?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Aku tidak bisa tidur. Bisa kita ngobrol sebentar?" ucapannya membuatku melongo.

Ngobrol dari Hongkong!

Setiap berpapasan saja dia seakan tak melihatku. Dan sekarang dia mengajakku mengobrol?

What the fu*k!

"Aku masuk ke kamarmu ya?" pintanya.

"Nggak. Sorry aku ngantuk banget. Tadi aku hampir tidur loh. Besok aku ada kuliah pagi juga."

Dia terlihat ingin protes, tapi ucapanku terlalu masuk akal. Mau apa lagi dia?

Setelah terlihat mengerutkan keningnya, dia berucap lagi dengan ragu. "Uhm ... kamu pasti sudah kenal dengan Reiki kan?! Aku melihat mobil yang biasa dipakainya, tapi orangnya tidak ada dimana-mana. Apa mungkin kamu melihatnya?"

Ah ... Jadi sebenarnya itu yang mau dia omongin padaku. Hadehhh ...

"Mobilnya mas Rei kan banyak, mungkin lagi pakai mobil yang lain kan?"

"Benar juga."

Janeta baru saja hendak berbalik saat aku merasakan sebuah kecupan di pipiku.

"Ada siapa, Sayang?" tanya Reiki tanpa dosa.

Aku melotot. Tapi Janeta lebih melotot lagi. Dia bahkan tergagap untuk berkata-kata. Dia seperti melihat hantu. Tidak cukup dengan keberadaan Reiki yang ternyata di kamarku, tapi pria itu juga hanya mengenakan handuk sebatas pinggang saja. "Re-Rei ... kamu apa-apaan ini? Ke-kenapa ada kamu di kamar ... bocah ini de-dengan ... itu saja?"

Aku menggeleng-geleng cepat untuk menyangkal. Tapi belum sempat aku mengatakan apa-apa, Reiki sudah membekap mulutku dengan sebelah tangannya, dan menyahuti pertanyaan Janeta.

"Ah, Neta. Kau di sini?" tanyanya santai. "Perkenalkan, ini Azzura pacarku."

"Rei ..."

"Sstt, jangan lapor pada keluargaku ya, kalau aku tidur di kamar pacarku. Bisa-bisa besok aku langsung disuruh menikah. Jangan dulu, sepertinya Azzura belum ingin menikah cepat. Ya kan, Sayang?"

"Hmmppp-" telapak tangan Reiki tuh keras banget membekap mulutku. Meskipun aku cubit-cubit, tapi dia tetep aja tidak membiarkanku berbicara. Rasanya aku ingin berteriak mengatakan pada semua orang kalau Reiki ini harus segera dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa.

See? Dalam keadaan setengah telanjang begitu, dia keluar untuk menunjukkan pada Janeta bahwa ada apa-apa antara aku dengannya.

Resek!

Selain kemungkinan dinikahin, ada kemungkinan juga aku bisa diusir kalau para orang tua tahu mengenai ini.

Reikiiiiii!

...***...

Begitu kembali ke kamar, aku langsung murka pada Reiki.

"Mas tuh apa-apan sih?! Jangan jahat begini sama aku! Nanti kalau Om sama Tante tau, trus aku diusir dari sini gimana?"

"Pindah ke apartemenku! Atau rumahku pribadiku yang lain, beres."

Seenaknya saja pria itu bicara. Semua dianggap mudah olehnya, tanpa melihat dari sudut pandangku.

"Oh ya, Sayang. Aku sudah menolak si Dimas Dimas itu. Jadi tidak udah ketemu dia lagi." ucapnya lagi dengan santai. "Aku tadi menelponnya."

What?

Reiki sudah benar-benar keterlaluan. Sekarang seenaknya dia mendahuluiku untuk bicara dengan Dimas. Haduh, aku pasti jadi tidak enak dengan Dimas. Mana tega aku menyakiti orang sebaik dirinya.

"Padahal aku mau terima Dimas, tau." ucapku asal sambil berjalan ke arah ranjang. Aku merasa lelah dengan kekacauan yang dibuat Reiki.

Kenapa harus ada pria seperti itu di muka bumi ini?

"Terima saja kalau kamu mau laki-laki itu mati."

Astaga ...

Aku tidak menyahut lagi. Percuma bicara dengan pria yang selalu seenaknya itu. Lebih baik aku tidur.

Aku sudah bergelung di bawah selimut dan memejamkan mata. Aku tidak peduli kalaupun dia akan tidur di sampingku atau di atap, ah terserah!

Cup

Sebuah kecupan panjang menempel di pipiku. Aku mendorong wajahnya menjauh dariku. "Jangan cium aku terus! Atau besok aku minggat dari sini!"

Matanya membesar hendak marah, tapi aku malah memejamkan mataku lagi. "Aku ngantuk." ucapku lagi dengan pelan. Kali ini usapan lembut di atas kepalaku yang terasa. Ah aku tidak peduli.

Tak lama aku merasakan sisi di sebelahku ada pergerakan. Aku tahu ternyata pria itu memang bandel dengan benar-benar tidur di ranjangku. Aku berusaha mengabaikannya, dengan menenangkan fikiranku supaya aku bisa segera terlelap.

Hening

Semenit

Dua menit

Tiga menit

Aku merasa ranjangku banyak pergerakan. Tapi aku masih mengabaikannya.

Semenit

Dua menit

Pergerakan itu semakin membuatku tidak nyaman dan malah tidak bisa tidur.

Aku menyibak selimut dengan kasar dan segera duduk di kasur. "MAS REI TUH GANGGU BANGET SIH!" teriakku marah-marah.

Aku melihat raut muka Reiki yang seperti menahan sesuatu. Entah! Dia juga terduduk di ranjang dengan piyama yang tak dikancinginya. Dan terlihatlah petakan-petakan si roti sobek. Tapi aku abaikan!

"Aku tidak bisa tidur, Sayang." ucapnya frustasi.

"Ya trus salah siapa? Makanya sana kembali ke kamar mas dong!"

"Aku 'tegang'." ucapnya cepat.

Aku tidak faham. "Hah?"

"Aku laki-laki normal, Baby ... Tidur seranjang dengan wanita ya pastinya aku 'tegang' lah,"

"Ya kenapa harus tegang segala sih-" awalnya aku yang tidak mengerti, Lalu ketika akhirnya aku mengerti arti 'tegang' nya itu, mataku melotot sempurna. Aku berteriak sambil turun dari ranjangku. "MAS REI KELUAR DARI KAMAR AKU!"

"Kalau aku keluar dari sini, nanti aku dimangsa Janeta, gimana?"

"Janeta?"

"Iya. Dia naksir aku."

PD nya ...

"Lebih baik Mas Rei yang dimangsa dia, dari pada aku yang dimangsa Mas Rei."

"Gitu?"

"Ya."

Reiki terlihat menghela nafas kemudian bangkit dari ranjangku. "Baiklah, aku akan coba."

Coba apa nih? Tanya nggak ya?

Ah sebodo amat.

Dia melangkah tapi malah mendekatiku lagi. "Mas mau apa lagi?" tanyaku waspada.

"Cium dulu, baru aku keluar dari sini."

"Nggak mau."

"Pilih cium atau tidur sama aku?"

Mati aku. Pilihan yang merugikanku dua-duanya. Masa aku harus jawab lebih pilih minta dicium gitu? Hidih!

"Baik, aku yang akan jawab." belum sempat aku menghindar, Reiki sudah menciumku lagi. Bibirnya ******* bibirku dengan panasnya. Aku tidak bisa bergerak karena tangannya yang satu berada di tengkukku, sedangkan tangannya yang lain berada di pinggangku. Tapi aku tidak merespon sedikitpun dengan ciumannya itu, dan sepertinya dia merasa kesal hingga menggigit agak kuat bibir bawahku, yang kemudian mau tak mau bibirku jadi terbuka.

Ah sial, dia main lidah sekarang. Seperti yang sudah-sudah, lidahnya memporak-porandakan bibir, lidah, dan rongga mulutku.

"Balas, Sayang ..." bisiknya serak sesaat setelah dia menjeda ciumannya.

Aku menggeleng keras dengan nafas tak beraturan, dan berupaya mendorong dadanya. Tapi lagi, dia memagut bibirku lagi ... lagi ... dan lagi.

Gak usah dilepas, om! Terus aja sampai pagi! Ambil bibirku, ambiiiill! Huh!

.

.

Seperti biasa, alarm di ponselku berdering. Tapi bukan alarm yang membuatku terkejut, melainkan saat kudapati sebuah tangan besar melingkar di perutku.

O-my-god!

Reiki!

Semalem katanya aku disuruh pilih cium atau tidur. Dan semalam dia sudah menciumku habis-habisan tapi sekarang malah dia tidur di sampingku.

Keseeeeeellllll

Tapi sejak kapan dia masuk lagi?

Bukankah semalam dia sudah keluar dari kamarku?

...***...

"Pak, saya mau kuliah. Nanti telat." kataku pada seorang penjaga. Jadi ceritanya, sekarang aku sedang ditahan untuk tidak boleh keluar dari rumah keluarga Maheswara karena Si Reiki itu yang memerintahkan. Aku harus menunggunya untuk pergi bareng dengannya. Heck!

"Maaf, Non. Saya cuma menjalankan perintah."

Aku membuang nafas frustasi. Sudah sepuluh menit aku bernego dengan penjaga gerbang, tapi nihil. Majikan mereka itu Reiki, bukan aku. Jelas saja mereka mematuhi majikannya.

"Ayo, Sayang!" ucap Reiki sambil mengulurkan tangan. Jangan harap aku akan menyambutnya. Aku hanya harus duduk, tak perlu berdebat, supaya aku tidak terlambat.

"Tante sama Om kemana?" tanyaku begitu mobil sudah melangkah. Aku memang kesal setengah mati dengan pria di sampingku ini, tapi aku perlu tau juga dengan keberadaan Tante Wid dan Om Mandala kan.

"Menginap di hotel."

"Oh."

"Jangan bertemu Dimas!"

Enak saja.

"Atau aku akan melakukan sesuatu terhadapnya."

"Ya pastinya aku harus konfirmasi ke Dimas lah, Mas Rei. Aku harus mengatakan dengan jelas kalau aku memang menolaknya."

"Baik. Hanya untuk menolak."

Siapa dia?

Kenapa dia makin bertingkah seolah kekasihku?

.

.

"Cieee ... Raju! Jadian nih kayanya." sambut Alya begitu mobil Reiki sudah menjauh meninggalkan kampus. Kami berjalan menuju kelas yang sebentar lagi akan dimulai.

"Dia pemaksa." jawabku datar.

"Biarin lah, orang ganteng nan tajir mah emang gak bisa ditolak kan?!"

"biarin lah? Elo aja sana yang rasain gimana dia."

"Rasain gimana sih maksud lo, Raju khan? Ambigu deh."

"Semalam dia tidur di kamar gue." bisikku. Alya yang refleks hendak berteriak, mulutnya buru-buru aku bungkam.

"Serius lo?" tanyanya setelah tanganku kulepas dari mulutnya.

"Ah tau ah, Al! Gue pusing nih. Harus ketemu Dimas ntar. Malahan dia lagi gak ada kuliah."

"Elo mau ngasih jawaban?"

"Iya, walaupun si Reiki udah jawabin duluan."

"Maksud lo?"

"Ya gitu deh. Udah ah, males gue bahas dia."

...*****...

Terpopuler

Comments

Hafiz Ghany

Hafiz Ghany

greget bgt am ndablegnya mas reiki 👿❤️❤️

2022-01-09

0

Gechabella

Gechabella

kok bisa y..tu riki baru kenal ma raju bisa sebucin itu....

2021-07-05

0

Hafiz Ghany

Hafiz Ghany

semangat berkarya Thor 💪💪

2021-03-29

1

lihat semua
Episodes
1 blurb
2 Rumah Teman Mama.
3 Reiki
4 Aku Takut
5 Curhat
6 Seperti Sanchai
7 Duniaku
8 seven
9 Eight
10 Nine
11 Ten
12 eleven
13 Twelve
14 thirteen.
15 fourteen
16 Fiveteen
17 sixteen
18 seventeen
19 eighteen
20 Nineteen
21 Twenty.
22 Twenty one
23 Twenty two
24 Twenty Three
25 Twenty Four
26 Twenty Five
27 Twenty Six
28 Twenty Seven
29 Twenty Eight
30 Tweenty Nine
31 Thirty
32 Thirty One
33 Thirty Two
34 Thirty Three
35 Thirty Four
36 Thirty Five
37 Thirty Seven
38 Thirty Eight
39 Thirty Nine
40 Fourty
41 Fourty one
42 Fourty two
43 #Fourty three
44 #Fourty four
45 #Fourty Five
46 Fourty Six
47 #Fourty Seven
48 #Fourty Eight
49 Fourty Nine
50 Fifty
51 Fifty One
52 Fifty Two
53 Fifty three
54 Fifty Four
55 Fifty Five
56 Fifty Six
57 Fifty Seven
58 Fifty Eight
59 Fifty Nine
60 Sixty
61 Sixty One
62 Sixty Two
63 Sixty Three
64 Sixty Four
65 Sixty Five
66 sixty six
67 Sixty Seven
68 Sixty Eight
69 Sixty Nine
70 Seventy
71 Seventy One
72 Seventy two
73 Seventy three
74 Seventy Four
75 Seventy Five
76 Seventy six
77 Seventy Seven
78 Seventy Eight
79 Seventy Nine
80 Eighty
81 Eighty One
82 Eighty Two
83 Eighty Three
84 Eighty Four
85 Eighty Five
86 Eighty Six
87 Eighty Seven
88 Eighty Eight
89 Eighty Nine
90 Ninety
91 Ninety One
92 Ninety Two
93 Ninety Three
94 Epilog
Episodes

Updated 94 Episodes

1
blurb
2
Rumah Teman Mama.
3
Reiki
4
Aku Takut
5
Curhat
6
Seperti Sanchai
7
Duniaku
8
seven
9
Eight
10
Nine
11
Ten
12
eleven
13
Twelve
14
thirteen.
15
fourteen
16
Fiveteen
17
sixteen
18
seventeen
19
eighteen
20
Nineteen
21
Twenty.
22
Twenty one
23
Twenty two
24
Twenty Three
25
Twenty Four
26
Twenty Five
27
Twenty Six
28
Twenty Seven
29
Twenty Eight
30
Tweenty Nine
31
Thirty
32
Thirty One
33
Thirty Two
34
Thirty Three
35
Thirty Four
36
Thirty Five
37
Thirty Seven
38
Thirty Eight
39
Thirty Nine
40
Fourty
41
Fourty one
42
Fourty two
43
#Fourty three
44
#Fourty four
45
#Fourty Five
46
Fourty Six
47
#Fourty Seven
48
#Fourty Eight
49
Fourty Nine
50
Fifty
51
Fifty One
52
Fifty Two
53
Fifty three
54
Fifty Four
55
Fifty Five
56
Fifty Six
57
Fifty Seven
58
Fifty Eight
59
Fifty Nine
60
Sixty
61
Sixty One
62
Sixty Two
63
Sixty Three
64
Sixty Four
65
Sixty Five
66
sixty six
67
Sixty Seven
68
Sixty Eight
69
Sixty Nine
70
Seventy
71
Seventy One
72
Seventy two
73
Seventy three
74
Seventy Four
75
Seventy Five
76
Seventy six
77
Seventy Seven
78
Seventy Eight
79
Seventy Nine
80
Eighty
81
Eighty One
82
Eighty Two
83
Eighty Three
84
Eighty Four
85
Eighty Five
86
Eighty Six
87
Eighty Seven
88
Eighty Eight
89
Eighty Nine
90
Ninety
91
Ninety One
92
Ninety Two
93
Ninety Three
94
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!