Happy reading!
Aku tidak jadi pergi ke Jepang, karena orang tuaku yang akan ke Indonesia minggu depan selama beberapa hari, kalau jadi. Tentu saja aku senang sekali rasanya. Aku akan meminta Papa untuk segera membeli rumah dimanapun itu. Atau aku akan mencari kosan sementara menunggu lulus kuliah. Mereka harus menurutiku kali ini. Aku harus segera menjauh dari rumah keluarga Maheswara secepat mungkin, apapun yang terjadi. Sebelum terlanjur aku memiliki rasa yang sudah mati-matian aku berusaha menolaknya.
"Kamu lagi buat apa, Sayang?"
Reiki melingkarkan tangannya di perutku, dan bibirnya menciumi rambutku dari belakang. Aku risih sebenarnya mengingat ini siang hari di rumahnya. Aku hawatir bila ada anggota keluarganya yang lain akan ada yang memergoki kami. Hari ini tanggal merah, Reiki libur. Ada tante Widia juga grandma yang sudah datang kembali ke rumah ini. Rencananya, malam ini akan ada makan malam di rumah ini dengan kedatangan tamu kenalan mereka.
Aku sudah siap dengan sebuah alasan. Hari ini Alya ulang tahun. Dan itu benar. Hanya saja, aku memaksa Alya untuk mengadakan pesta yang awalnya dia tak ingin mengadakan apapun mengenai ulang tahunnya. Aku memaksanya. Alya harus membuat acara supaya aku punya alasan untuk pergi malam ini. Karena aku tidak ingin terlibat apapun dengan urusan keluarga Maheswara.
"Aku cuma mau bikin jus."
"Aku mau kalau begitu–"
"APA-APAAN INI, REIKI?" suara grandma lantang membuatku terkejut. Aku langsung melepaskan diri dari Reiki. Kulirik pria itu hanya berwajah datar saja. Seakan bukan hal yang besar mendapati grandma melihat kami. Dia malah memakan sebuah apel dengan santainya sambil bersandar di meja.
"Hai, grandma. Aku sedang makan apel."
Grandma melotot padaku dan Reiki bergantian. Seolah menangkap basah pasangan mesum saja.
"Grandma tanya, kalian sedang apa? Kenapa kamu memeluk Azzura, Rei?" nada suaranya masih tinggi dan sinis.
"Mas Rei memang suka bercanda, grandma." sahutku cepat. Aku harap wanita tua itu percaya pada ucapanku.
"Aku tidak bercanda, honey ..." Reiki melihat kearahku. Ingin mati saja rasanya. Mata grandma tuh makin melebar saja. "Kita memang berhubungan.."
Aku menggeleng cepat sambil melihat ke arah grandma. Tapi Reiki berbicara lagi, "Ayolah, grandma. Kami masih muda. Biarkan kami bersenang-senang." dia berkata sambil berjalan dan menghampiri neneknya itu, lalu dia mengecup pipi grandma, dan meninggalkan dapur.
Grandma menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kamu dengar, Azzura. Rei itu hanya ingin bersenang-senang denganmu. Jadi kamu tidak perlu bermimpi terlalu tinggi karena kamu harus sadar kalau kamu berbeda dengan kami." perkataan wanita itu pelan namun tegas. Dan menyakiti hatiku tentu saja.
...°°°...
"Apa-apaan ini?" tanyaku sebal. Kedua orang di depanku hanya terkekeh geli menanggapiku. "Mana pestanya, Fernando Alonso??"
"Haha ... Sekarang gue jadi pembalap F1." sahut Alya tergelak.
Radit hanya tertawa sambil mengunyah permen karet. "Ini ada cake, Zura."
"Ya tapi kan maksud gue–"
"Sstt, udah duduk sini. Kita potong kue." sela Alya. Dia tak peduli dengan bibirku yang cemberut. Ini tak seperti harapanku. Tak ada pesta yang aku mau untuk ulang tahun Alya. "Gue nggak niat pesta, kan. Besok aja kita makan-makan di basecamp. Okey?!"
Aku masih cemberut. Tapi aku sudah merelakannya. Padahal dengan bayanganku ada pestanya Alya tuh, aku bisa bersenang-senang semalaman ini. Melupakan semua cerita hidupku semalam saja. Aihh ... Rupanya tidak ada pesta. Hanya ada cake dan minuman kaleng. Huh!
"Udah datang belum tamunya Mas Kiki?" tanya Alya sambil membelah kuenya dan menyodorkannya padaku.
"Meneketehe! Gue nggak peduli, Al. Gimana kalo gue ngekos disini sama lo, ya? Ya?"
"Udah ijin belum lo?"
"Nyokap bokap sih gampanglah,"
"Bukan. Maksud gue sama si Om Rei. Hehe ...."
"Apasih lo, ngapain gue izin sama dia?"
Radit menyela, "Dia kan pacar lo."
Aku menatap Radit malas. "Pacar sepihak. Dia doang yang ngomong. Gue nggak."
"Tapi lo nggak nolak," tuduh Radit.
"Udah! Gue selalu nolak." bantahku. "Tapi dianya batu."
"Perlu gue turun tangan?"
"Gak usah, Dit." cegahku. Aku sungguh tidak ingin sampai ada masalah antara Radit dengan Reiki. Aku takut kalau Radit celaka gara-gara aku. "Jangan bikin lo berdua jadi kelemahan gue. Pokoknya biar gue tangani sendiri."
"Iya, sih, Dit. Reiki gak bakal macem-macemin si Rajungan. Gue yakin. Kita liat aja ceritanya temen kita nih bakal berapa episode." sahut Alya. "Trus si Mona apa kabarnya sekarang?"
"Montana?"
"Iyeee ..."
"Masih tiap hari chat gue. Tapi gue cuekin."
"Dih, duren udah nggak menarik lagi ya di mata lo?!"
Aku menggeleng saja. Sekarang masalahnya bukan Montana lagi, tapi Reiki.
Tiba-tiba suara ketukan terdengar di pintu kosan Alya. Alya segera bangkit dan aku melanjutkan makan bersama Radit.
"Beli Pizza kek, apaan kek, payah lo ah berdua." keluhku pada Radit.
"Minta sama Alya sana. Gue udah kenyang."
"Makan apa lo udah kenyang jam segini?"
"Dapat traktiran dari bos tadi sore."
Alya kembali ke ruang tengah tempat kami berkumpul. "Raj Kumar," panggilnya padaku.
Aku menoleh dan mataku langsung membola seketika. Reiki sudah berdiri di dekat Alya dengan tampannya. Ralat, Reiki memang selalu tampan kan?!
Reiki tersenyum maut. Yup, senyum itu tidak lebar tapi cukup untuk menggoda kaum hawa.
"Ayo!" ucapnya padaku.
Aku yang masih melongo hanya terdiam saja. Kenapa orang itu malah disini? Apa kabarnya acara makan malam keluarganya? Dan dia tahu dari mana kosan Alya?
"Aduuuh ... Raju singh, kok lo malah bengong," kata Alya sambil menghampiriku. Dia merebut piring kue yang sedang kupengang dan menaruhnya di meja. "Sana pergi, kita kan nggak ada pesta apa-apa juga. Lagian abis ini Radit masih harus jemput nyokapnya, dan gue mau pulang ke rumah ortu gue."
Aku melotot pada Alya. Kenapa jadi begini? "Lo disogok sama dia?" tanyaku sinis.
Alya tertawa garing. "Mana mungkin gue bisa disogok? Haha ... Cuma tiket ke Bali PP bukan berarti gue disogok kan?! Haha ...."
Radit menutup wajahnya dengan sebelah telapak tangannya. Sedangkan aku menghela nafas saja.
"Mau gue antar?" tawar Radit menatapku penuh arti.
Aku melirik ke Reiki yang sedang menatapku 'mengancam'. Oke, aku kalah. Aku bangkit berdiri dengan terpaksa.
"Bye-bye, inspektur Vijay!" Alya si maniac India melambaikan tangannya. Padahal aku belum juga melangkah dari sisinya.
"Titip Azzura ya, Mas." ucap Radit singkat yang hanya dibalas dengan alis terangkat oleh Reiki.
Ini lagi, aku dititip segala. Kedua temanku ini memang ... Entah bagaimana menjelaskannya. Huh!
Aku berjalan keluar dari kosan Alya mendahuli Reiki. Tapi aku tidak langsung menaiki mobilnya. Aku malah berdiri di dekat mobil dengan tanganku yang bersedekap.
"Mas Rei ngapain sih kesini?" tanyaku sinis.
Reiki menghampiriku dan mengurungku bersandar di mobilnya. "Aku jemput pacar lah," ucapnya santai. Matanya berbinar nakal dan berhasrat. Kemudian dia menatap bibirku. Dan dalam sekejap dia sudah mengecup singkat bibirku.
"Kue yang manis." katanya sambil memutar jalan ke arah pintu mobil.
Aku buru-buru mengeluarkan tissu dari tasku dan mengelap bibirku. Aku mengerti, pasti tadi masih ada sisa kue di bibirku makanya Reiki–
Kemudian aku segera masuk mobil juga. Aku harap Alya atau Radit tidak melihat adegan tadi.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Gechabella
thor kenapa disetiap karyamu pasti ada tokoh cowok yg bikin meleleh sih...
2021-07-05
0
Gechabella
thor kenapa disetiap karyamu pasti ada tokoh cowok yg bikin meleleh sih...
2021-07-05
0
sap💙
lanjut thor 😉
2020-10-27
1