Twelve

Tau kemana Reiki membawaku malam ini??

Ke pantai.

Ya ampun.

Serasa pacaran. Eh?

...

Tapi ini indah ... pemandangannya. Suerr.

Sepi entah kenapa di tempat Reiki menghentikan mobilnya ini. Seperti tak ada orang lain lagi di sekitar kami. Saat ini aku dan dia masih berada di dalam mobil. Dan aku terpaku tenang menatap laut yang dipayungi bintang-bintang.

Damai.

Aku menikmati kesunyian ini. Aku tak peduli juga kalau Reiki sedang melihat ke arahku sekarang. Aku hanya ingin menikmati ... Ya ... Siapa tau saat-saat seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi kan?!

"kamu senang?" tanyanya pelan.

Aku melirik sekilas dirinya yang menyandarkan kedua tangannya di kemudi dan kepalanya bersandar miring di atasnya. Dia menatapku.

Aku tak menjawab. Aku kembali menatap laut dengan senyum tipis yang tak dapat kusembunyikan. Sederhana saja, aku bahagia hanya karena melihat laut di malam hari.

"Kita bisa mencari hotel di sekitar sini-"

"Gila!"

Reiki terkekeh pelan. "So what? Kan kamu senang berada di sini."

"Diam, Mas! Biarin aku diam juga."

Aku merasakan jemarinya sudah membelai lembut rambutku dan memainkannya.

Sial. Aku berdebar. Dan aku tidak akan mau ada lebih banyak lagi adegan yang iya-iya dari dia.

"Memangnya acara dinnernya batal ya?" tanyaku mengalihkan suasana. Yup, jangan pernah mengarah pada hal romantis atau sejenisnya. Jangan biarkan setan hadir diantara kita. Huh.

Reiki menggeleng santai tanpa merubah posisinya. Tangannya ingin meraih rambutku lagi, tapi aku agak menjauhi tubuh.

"Aku tinggalkan mereka."

"Apa?"

Dia menarik bibir bawahnya menyiratkan betapa enggannya dia dengan acara makan malam itu.

"Grandma menjodohkanku seperti biasa. Aku muak. Lebih baik aku mencari pacarku kan?!"

Aku tak percaya dia melakukan itu di depan keluarganya. Kedua orang tuanya juga grandma.

"Serius? Om sama Tante nggak melarang Mas Rei?"

"Aku nggak peduli." jawabnya santai. Kali ini dia meluruskan tubuhnya dan membuka pintu mobil di sisinya. Dia keluar.

Aku menyusul dengan keluar juga melalui pintu di sisi kiriku. "Jadi Mas Rei pergi begitu aja meninggalkan dinner kalian?"

"Itu bukan acaraku, Sayang."

Sekarang kami bersandar di bagian depan mobil sambil menghadap ke pantai.

"Ya tapi kenapa Mas Rei malah mencariku? Itu sama aja Mas Rei membuat aku jadi tersangka."

"Tersangka apa sih, Sayang? Jangan berfikiran kotor dengan diri sendiri."

"Dengar ya Mas, malam ini aku akan menginap di tempat Alya. Aku nggak mau pulang ke rumahmu, bersamamu."

Reiki mengernyirkan keningnya. "Kenapa?" nada suaranya seperti tersinggung.

"Nanti–" aku tidak dapat menjelaskan perkataanku yang nantinya malah akan terdengar seperti halu. Ah ... Andai ucapan grandma itu benar, bahwa Reiki hanya bermain-main denganku, yang makanya selama ini om dan tante diam saja melihat kedekatanku dengan Reiki, maka bila aku mengatakan yang ada di fikiranku sekarang bukankah itu akan memalukan. Bagaimana bila aku dibilang terlalu berharap?

"Apa?"

"Na-nanti aku dibilang yang telah mempengaruhimu. Membuatmu melakukan perbuatan buruk dan–"

Reiki tersenyum kecil dan tangannya menarik tubuhku ke dalam pelukannya. "Kamu bicara apa, Sayang? Buang jauh-jauh fikiran burukmu."

Deg.

Ini gawat. Aku berdebar lagi. Ini lebih nyaman lagi. Perpaduan malam, laut, angin, dan Reiki. Serta pelukannya. Ini sempurna. Aku menyukainya.

Gawat.

Tidak boleh.

Ini tidak boleh terjadi.

...🌜🌜🌜...

"Kalian datang bersama?" sambut grandma di ruang tengah saat melihatku masuk bersama Reiki. Disana sudah ada om dan tante juga yang sedang duduk.

"Um–"

"Memangnya kenapa grandma?" tanya Reiki santai. Pria itu mengambil tempat untuk duduk di samping neneknya.

"Jangan terlalu sering, tidak baik bila dilihat orang."

"Tidak baik bagaimana, bu, Azzura kan sudah seperti keluarga juga." sahut Tante Widia lembut.

"Azzura itu seusia Helena, pantas saja bila Reiki turut menyayangi Azzura seperti pada Helena." tambah Om Mandala.

Reiki bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke arahku. "Sudahlah, Azzura. Lebih baik kita istirahat."

Dia merangkul pundakku dengan kuat. Mau tak mau aku melangkah juga. "Permisi, Om, Tante, Grandma."

Aku masih terdiam hingga sampai di depan pintu kamarku. Berusaha melepaskan rangkulan Reiki itu sama saja berusaha membuka rantai. Susah cing!

"Mas Rei ... Aku mau istirahat."

"Jangan dengarkan mereka semua." ucapnya tajam dengan matanya yang mengunci mataku. "kita hanya harus mendengarkan kita. Yang itu artinya hanya antara aku dan kamu. Ngerti?!"

Maunya sih aku mendebatnya, tapi pasti itu tidak akan memakan waktu sebentar. Maka aku hanya harus mengangguk dan melepaskan diri darinya.

Dia melepaskan rangkulannya tapi dia menahan lenganku. "Aku mau meminta hakku." ucapnya penuh arti.

Aku mengerutkan kening dan refleks aku merangkul diriku sendiri dengan sebelah tangan.

"Kamu berfikiran apa, Sayang?" tanyanya dengan ekspresi geli. "Kamu mau itu?"

Aku menggeleng keras. Dia pun tertawa pelan. "Sabar, Sayang. Nanti pasti kita akan melakukannya. Tapi sekarang aku hanya akan meminta ini,"

Dia menarik tengkukku dan langsung ******* bibirku dalam sekejap saja. Ciuman hot yang berlangsung singkat karena aku mendorongnya cukup keras. Lalu buru-buru aku masuk ke kamar dan mengunci pintu.

...°°°...

Aku sudah membersihkan tubuh saat kepalaku mulai mencerna lagi situasi apa yang sedang aku hadapi.

Oke.

Fix.

Aku. Tertarik. Pada. Reiki.

Lalu ada grandma YANG SUDAH JELAS tidak menyukaiku karena kami berbeda kasta. Lalu ada om Mandala dan tante Widia yang menganggap perhatian Reiki padaku adalah perhatian yang sama persis terhadap adiknya. Lain kata, menurut mereka, Reiki menganggapku adiknya. Lalu bagaimana dengan Reiki? Dia terlihat serius tapi juga main-main. Entahlah ...

Aku sudah menyerah dengan upaya hatiku menolak perasaanku pada pria itu, tapi aku tidak berdaya. Aku ... mulai menyukainya. Sedikit. Sedikit saja. Karena aku tak akan pernah berharap apapun. Tak akan pernah ada masa depan tentang perasaan ini. Ya ... aku harus menyerah sejak awal.

.

.

Aku membaca beberapa chat yang masuk ke ponselku. Selain chat dari Montana yang tidak pernah menyerah itu, ada juga chat dari Alya yang membuat aku terkejut. Dimas pergi ke Amerika karena paksaan orang tuanya. Sejak terakhir aku bertemu dengan Dimas adalah saat aku memberikan jawaban dan menjelaskan mengenai telepon dari Reiki, dan semuanya sudah kujelaskan. Tapi sejak hari itu aku tidak pernah bertemu Dimas lagi.

Lalu sekarang Alya memberitahu bahwa orang tua Dimas memaksa Dimas untuk pindah ke Amerika adalah karena tekanan dari seseorang.

Rasa penasaran memenuhi kepalaku. Langsung saja aku menelpon Alya.

"Maksud lo apa, Al?"

"Gue dapat kabar dari adik sepupunya Dimas. Katanya Dimas di Amerika lagi sakit, Ra."

"Sakit apa, Al?"

"Gak tau jelasnya. Udah sebulan ini dia dirawat dan nyokapnya cerita kalo dia menyesal udah memaksa Dimas study ke sana." jeda sejenak dari Alya. Terdengar helaan nafasnya. "Dan yang bikin gue kaget adalah ... kata adik sepupunya Dimas itu, nyokapnya Dimas bilang kalau mereka terpaksa mengirim Dimas 'ke luar' karena intimidasi oleh orang lain."

"Maksudnya, Al?" aku benar-benar belum mengerti. Ada masalah apa sebenarnya yang terjadi dengan Dimas.

"Orang suruhan keluarga Maheswara yang menekan dan membayar orang tua Dimas, supaya Dimas dikirim ke Amerika."

HAH?

Apa maksudnya itu?

"Elo sepikiran kan sama gue, Juleha?"

Aku faham maksud Alya. Tapi apa mungkin seperti itu? Apa aku tidak terlalu berkhayal bila aku memikirkan itu?

"Nggak mungkin karena gue, kan, Al?! Mana mungkin ya, nggak? Bisa aja karna faktor lain. Persaingan bisnis, atau karena orang tua Dimas bergesekan dengan keluarga Maheswara ya, 'kan?!"

"Hm, gak tau juga deh, Ra ... Tapi entah kenapa gue merasa kalo ini ada hubungannya sama lo ...."

"Jangan nakutin gue, Al. Lagian apa nggak berlebihan kalo kita merasa ini semua karena gue?"

"Yah ... siapa yang tau, Ra!"

"Lagian yang penting saat ini tuh Dimas. Gimana keadaan Dimas sekarang? Coba lo cari tau lagi, Al, Dimas sakit apa?"

"Iye-iye ... Nanti gue telurusuri lagi fakta-faktanya."

"Ya udah."

Setelah menyudahi percakapan dengan Alya, aku memikirkan lagi apa yang terjadi dengan Dimas. Aku penasaran apa Reiki ada hubungannya? Aku yakin sebagai keluarga Maheswara, tentunya om Mandala, tante Widia, dan termasuk Reiki pasti tau ini semua. Hanya saja yang tak aku ketahui adalah alasannya. Apa mungkin orang tua Dimas mengetahui sesuatu tentang keluarga Maheswara? Seperti kecurangan, atau mungkin korupsi? Atau mungkin orang tua Dimas tak sengaja menjadi saksi atas suatu kejahatan? Ah ... Otakku terlalu berhayal seperti drama.

Dari pada penasaran, bukankah lebih baik kalau aku bertanya langsung kepada orangnya?

Aku tidak berniat mencari Reiki ke kamarnya, atau menelponnya. Aku hanya akan mengirim chat saja. Oke, aku rasa ini benar.

Mas Rei tau seuatu tentang Dimas?

Cukup lama aku menunggu Reiki membalas pesanku. Setengah jam hingga aku merasa kantuk yang amat sangat, barulah ponselku memberikan nada suara pesan masuk.

Tidak ada seorang pun pengganggu yang ada di sekitarmu, honey.

...~••••~...

Terpopuler

Comments

Aroha💜

Aroha💜

gila klo bkin novel..suka bkin ketagihan baca..

2020-12-29

1

NH

NH

obsesi

2020-11-08

2

Nia Setya

Nia Setya

ngena banget kak ceritanya

2020-10-27

1

lihat semua
Episodes
1 blurb
2 Rumah Teman Mama.
3 Reiki
4 Aku Takut
5 Curhat
6 Seperti Sanchai
7 Duniaku
8 seven
9 Eight
10 Nine
11 Ten
12 eleven
13 Twelve
14 thirteen.
15 fourteen
16 Fiveteen
17 sixteen
18 seventeen
19 eighteen
20 Nineteen
21 Twenty.
22 Twenty one
23 Twenty two
24 Twenty Three
25 Twenty Four
26 Twenty Five
27 Twenty Six
28 Twenty Seven
29 Twenty Eight
30 Tweenty Nine
31 Thirty
32 Thirty One
33 Thirty Two
34 Thirty Three
35 Thirty Four
36 Thirty Five
37 Thirty Seven
38 Thirty Eight
39 Thirty Nine
40 Fourty
41 Fourty one
42 Fourty two
43 #Fourty three
44 #Fourty four
45 #Fourty Five
46 Fourty Six
47 #Fourty Seven
48 #Fourty Eight
49 Fourty Nine
50 Fifty
51 Fifty One
52 Fifty Two
53 Fifty three
54 Fifty Four
55 Fifty Five
56 Fifty Six
57 Fifty Seven
58 Fifty Eight
59 Fifty Nine
60 Sixty
61 Sixty One
62 Sixty Two
63 Sixty Three
64 Sixty Four
65 Sixty Five
66 sixty six
67 Sixty Seven
68 Sixty Eight
69 Sixty Nine
70 Seventy
71 Seventy One
72 Seventy two
73 Seventy three
74 Seventy Four
75 Seventy Five
76 Seventy six
77 Seventy Seven
78 Seventy Eight
79 Seventy Nine
80 Eighty
81 Eighty One
82 Eighty Two
83 Eighty Three
84 Eighty Four
85 Eighty Five
86 Eighty Six
87 Eighty Seven
88 Eighty Eight
89 Eighty Nine
90 Ninety
91 Ninety One
92 Ninety Two
93 Ninety Three
94 Epilog
Episodes

Updated 94 Episodes

1
blurb
2
Rumah Teman Mama.
3
Reiki
4
Aku Takut
5
Curhat
6
Seperti Sanchai
7
Duniaku
8
seven
9
Eight
10
Nine
11
Ten
12
eleven
13
Twelve
14
thirteen.
15
fourteen
16
Fiveteen
17
sixteen
18
seventeen
19
eighteen
20
Nineteen
21
Twenty.
22
Twenty one
23
Twenty two
24
Twenty Three
25
Twenty Four
26
Twenty Five
27
Twenty Six
28
Twenty Seven
29
Twenty Eight
30
Tweenty Nine
31
Thirty
32
Thirty One
33
Thirty Two
34
Thirty Three
35
Thirty Four
36
Thirty Five
37
Thirty Seven
38
Thirty Eight
39
Thirty Nine
40
Fourty
41
Fourty one
42
Fourty two
43
#Fourty three
44
#Fourty four
45
#Fourty Five
46
Fourty Six
47
#Fourty Seven
48
#Fourty Eight
49
Fourty Nine
50
Fifty
51
Fifty One
52
Fifty Two
53
Fifty three
54
Fifty Four
55
Fifty Five
56
Fifty Six
57
Fifty Seven
58
Fifty Eight
59
Fifty Nine
60
Sixty
61
Sixty One
62
Sixty Two
63
Sixty Three
64
Sixty Four
65
Sixty Five
66
sixty six
67
Sixty Seven
68
Sixty Eight
69
Sixty Nine
70
Seventy
71
Seventy One
72
Seventy two
73
Seventy three
74
Seventy Four
75
Seventy Five
76
Seventy six
77
Seventy Seven
78
Seventy Eight
79
Seventy Nine
80
Eighty
81
Eighty One
82
Eighty Two
83
Eighty Three
84
Eighty Four
85
Eighty Five
86
Eighty Six
87
Eighty Seven
88
Eighty Eight
89
Eighty Nine
90
Ninety
91
Ninety One
92
Ninety Two
93
Ninety Three
94
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!