Ten

...Selamat membaca!...

...🍥🍴🍴🍴🍥...

Seminggu sudah berlalu sejak permintaan kembali dari Montana yang membuatku sedikit terusik.

Ya, sedikit saja.

Entah sejak kapan lebih tepatnya masa berkabung ku 'mungkin' sudah berlalu. Aku tidak menyadarinya.

Setiap hari Montana mengirimiku pesan yang bahkan malas untuk kubaca. Aku faham arti dari semua bahasa pesannya. Dia sedang pedekate padaku lagi. Dan waktu itu aku hanya bilang maaf atas permintaannya itu.

Apa aku sudah benar-benar move on?

Yang aku tau selama ini aku memang sudah bangkit dari keterpurukanku dari ditinggal kawin oleh pacar, tapi jujur aku belum sepenuhnya move on.

Tapi kali ini?

Aku fikir ...

Rasa yang tertinggal itu hampir tidak ada.

"Kamu mau makan apa, Ra?" tanya Tante Widia.

Saat ini mereka, Om Mandala dan Tante Widia mengajakku dinner di sebuah restoran kelas atas. Tentu saja ada grandma juga. Tidak dengan Janeta yang sudah pergi sejak kejadian melihat Reiki di dalam kamarku dengan setengah telanjang.

Aku masih sangat menyadari kalau grandma yang tidak menyukaiku. Tapi Om Mandala yang mengajakku, pastinya aku tidak enak untuk menolak. Apalagi tadi siang om Mandala dan Tante Wid baru saja kembali dari luar negeri selama seminggu. Maka saat tadi siang mereka baru saja kembali, aku tak kuasa menolak ajakannya.

Lain lagi dengan Reiki yang tidak kulihat sudah dua Minggu ini. Dia sudah bilang sih kepadaku kalau dia ada pekerjaan di New York.

Entah kenapa, aku merasa ... Kangen?

Oh shit! Ini bencana di hatiku.

"Apa aja, Tan." jawabku dengan senyum. "Sama kayak Tante juga boleh."

"Oke."

"Rei pulang kapan, Mandala?" tanya grandma.

Om Mandala yang sedang sibuk menggunakan ponselnya segera menyahut. "Besok, Bu."

"Ibu kan kembali ke Jogja besok, masa Rei pulang besok juga?"

Rumah grandma tuh di Jakarta juga ada sebenarnya, hanya saja dia lebih senang memantau perkebunannya yang banyak itu di Jogja. Begitu kata Tante Widia waktu bercerita padaku.

"Nanti dari New York Rei akan langsung ke Jogja kok, bu." sahut Tante Widia.

"Oh ya bagus. Rei memang penurut. Tidak seperti Helena."

"Bu ..." tegur om Mandala. Sedangkan Tante Widia berdehem pelan. Entah apa maksud pembicaraan mereka, yang pasti aku tidak akan pernah berniat ikut campur.

"Oya, kenapa rumah kamu dijual, Zura?" kali ini grandma bertanya kepadaku.

Aku agak tersentak. "Oh– Itu ... Papa bilang ... Papa akan beli rumah di Bali, dan kami akan menetap di Bali tahun depan."

"Baru akan toh? Belum beli?"

"Be-belum, grandma ..."

"Belum sempat lebih tepatnya. Ya kan,  Zura?" Tante Wid terlihat membantuku berbicara.

"Iya, Tante."

"Belum sempat apa belum mampu? Belum mampu kok pakek jual rumah segala."

"Bu ..." om Mandala menginterupsi lagi.

Aku agak tersinggung juga. Walaupun memang benar, aku juga agak menyayangkan keputusan papa mama yang langsung menjual rumah hanya karena ada pembeli yang menawar cukup tinggi pada rumah kami. Sedangkan kami belum membeli rumah lagi. Ditambah pekerjaan papa yang mengharuskan papa untuk segera berada di Jepang, membuat situasi terjadi seperti sekarang ini.

"Ibu berniat mengenalkan Reiki dengan seorang gadis bermartabat di Jogja," kata grandma mengubah topik pembicaraan lagi. Kali ini dia menatap pada anak dan menantunya. "Orang tua gadis itu adalah anak dari teman ibu."

"Aku tidak yakin Rei mau menerimanya lagi, bu." sahut tante Wid. Entah kenapa dia sempat melirik ke arahku saat mengatakan itu. Aku yang hanya sedikit-sedikit memperhatikan mereka yang sedang bicara. Takut tidak mengikuti, tapi juga takut untuk ikut campur.

"Patut dicoba. Dengan Delia cuma seminggu, dengan Veronika cuma dua hari, lalu Velli enam hari, sedangkan dengan Janeta sama sekali ndak mau. Maunya apa sih anak itu. Gonta ganti terus pacarnya, tapi belum juga menemukan yang cocok. Usianya sudah pantas untuk menikah. Ibu sudah kepengen punya cicit."

Glek.

Aku hanya menelan ludah. Track record si Om itu memang tak membuatku kaget. Tapi kenyataan kalau grandma mengharapkan cucunya itu untuk segera menikah, padahal Reiki sendiri tak terlalu menganggap serius pernikahan, aku jadi kasihan juga. Hhh ... Entah kenapa aku harus merasa kasihan? Padahal jelas grandma tidak menyukaiku.

"Helena yang sudah berani melangkahi Rei mana hasilnya? Dia belum hamil juga."

"Helena masih muda, Bu. Biar saja, yang penting mereka sudah sah dan halal." kali ini Om Mandala yang berbicara.

"Iya, ibu tahu. Tapi yang namanya pernikahan ya harus memiliki keturunan. Kembali lagi ke Reiki, biar besok di Jogja sekalian ibu kenalin dengan Melisa. Semoga mereka cocok. Dan langsung kita nikahkan."

...🍄🍄🍄🍄...

"Rajuuu ... Elo pagi-pagi udah ganggu tidur gue aja sih." keluh Alya saat aku sudah menaiki ranjangnya dan memeluknya.

Sudah biasa, aku, Alya dan Radit memang sudah biasa berpelukan dan saling bermanja-manja. Pagi ini setelah mengikuti sarapan bersama keluarga Fachri, aku langsung menuju rumah Alya.

"Hmmm ..." gumamku.

"Elo mau curhat apa?" tanya Alya dengan suara setengah sadar.

"Nggak ada."

"Bohong."

"Radit kemana?"

"Mana gue tau. Gue bukan emaknya. Sana ke rumahnya, biar tau."

"Males. Rumah lo yang terdekat."

"so ... Elo pasti lagi menghindar dari Om Kiki kan?!" Aku memang sudah cerita padanya kalau hari ini Reiki akan pulang.

"Dia mau dijodohin."

"HAH?" Alya bangun dari posisinya. "Pantesan lo lesu gitu."

"Apaan sih, Al? Gue gak ada rasa apa-apa, kali. Biasa aja tuh!"

Alya turun dari ranjang dan mengambil ponselnya di nakas. Dia mulai mengetik sesuatu yang tak aku tau. "Gak usah bohong, Salman Khan! Elo tuh mulai ada rasa tau sama si Om itu."

"Nggak."

"Ada."

"Nggak, Al. Gue jarang ketemu juga sama dia, mana ada rasa begitu."

"Elo emang jarang ketemu, tapi sekalinya ketemu, lo ******* terus ama dia."

"Kata siapa?" tanyaku berkilah.

"Kata lo, Amitabh bachan!"

Bibirku mencebik. Aku tau kalau hatiku dalam bahaya. Wangi tubuhnya, bibirnya, ciumannya, senyumnya, dan semua yang ada pada dirinya aku mulai merasakan rindu.

Bahaya.

Ini bahaya, aku tau.

Aku tidak mau memiliki perasaan dengan orang yang salah.

"Buktinya lo udah gak doyan sama Si Puerto Rico."

"Siapa Puerto Rico?"

"Montana, elah. Itu artinya elo udah bener-bener move on, dan lo jatuh cinta sama si Reiki. Tapi, emangnya lo udah siap jadi sanchai? "

Aku menggeleng sambil meringis. "Enak aja. Gue belum jatuh cinta, Alam Ghaib! Gue– Ya ... mungkin gue emang tertarik sama dia. Tapi, tenang aja, nanti juga rasa tertarik ini bakal hilang seiring waktu. Gue cuma perlu menjaga jarak sama dia–"

"Yakin lo bisa jaga jarak sama dia? Lo udah sana deh, minta dinikahin sama dia. Sebelum lo jebol-"

Aku melempar Alya dengan bantal guling. "Gue kalo di depan dia tuh kaya kutu, Al. Dia badannya gede gitu. Susah buat kabur juga,"

"Trus tadi siapa yang bilang cuma perlu jaga jarak, hah?"

Aku bingung. Sumpah aku tidak tau harus apa. Aku tidak mau patah hati lagi. Sebelum ini terlanjur menyakitiku, aku akan bertindak tegas bila si Reiki mendekatiku lagi. Yap, begitu saja. Semoga bisa.

"Gue usahain. Semoga dia suka deh sama cewek pilihan grandma itu."

"Hm, gue mencium bau-bau kecemburuan nih."

"Gue gak cemburu, Aldi Taher!"

"Ya ... Ya ... terserah! Menyangkal aja terus." dia melihat lagi ke ponselnya. "Tuh, laki kita bersama sedang otewe kesini."

Yang dimaksud Alya adalah Radit.

"Trus kita mau kemana?"

"Gue mau tidur." kata Alya sambil membanting dirinya lagi di kasur dan masuk ke dalam selimut.

...***...

Aku dan Radit memutuskan untuk jalan ke mall. Kata Radit, dia mau mencari kacamata. Aku ikut aja, dari pada gabut.

"Gue mau ke Jepang, Dit." kataku sambil ikut mencoba kacamata yang sebenarnya tak terlalu menarik hatiku.

Radit menoleh. "Kapan? Mau ngapain?"

"Kangen lah sama bokap nyokap. Udah sebulan lebih gak ketemu."

"Berapa lama?"

Aku terkekeh. "Cuma 3 hari kayanya. Liburan bentar gue, Dit."

Tiba-tiba aku merasakan sebuah pelukan erat dari belakang tubuhku. Aku tau wangi maskulin siapa itu,

Siapa lagi,

"Mas–"

Dia mengecup pipiku dan membaui rambutku, membuatku risih dengan tatapan orang-orang. "Plis, Mas ... Ini tempat umum."

Radit berdehem. Tapi Reiki seperti tidak peduli. Dia terus saja merangkulkan tangannya di atas bahuku.

Kenapa dia ada di sini? Karena aku tidak akan bertanya kenapa dia bisa tau aku ada disini, itu sudah pasti bukan sebuah pertanyaan.

"Kamu mau beli kacamata, Sayang?"

"Nggak. Cuma nganter Radit."

"Ngapain diantar? Dia bisa jalan sendiri."

"Mas Rei," aku menegurnya. Kulihat Radit memandang sinis ke arahku dan Reiki.

"Jadi lo udah resmi pacaran?" tanya Radit lebih sinis lagi.

Aku menggeleng cepat. Tapi Reiki sudah duluan menjawabnya. "Azzura pacarku, milikku, jelas?!"

Radit diam sebentar sebelum dia menaruh kembali kacamata yang tadi dipegangnya, dan berkata ke padaku, "Gue duluan." sebelum dia melangkah, tangannya mengelus puncak rambutku singkat.

"Radit ..." Aku merasa tidak enak dengan Radit. Aku benar-benar tidak suka Radit menjauh. Tapi si Reiki ini, sangat susah untuk mengerti penolakanku. Dia terlalu kuat, dan aku terlalu lemah.

Tangan Reiki mengusap kepalaku yang tadi sempat diusap Radit, seakan ingin menghilangkan jejak Radit dari tubuhku. "Sekali lagi berani dia sentuh kamu, aku patahin tangannya."

Aku mendelik. "Apa sih, Mas? Radit itu sudah kayak kakak buat aku. Jangan macem-macem sama dia atau aku bakal benci sama kamu."

Aku berupaya melepaskan tangannya dari bahuku, tapi susah. Serius, aku tuh tidak berdaya kalau di dekatnya.

...°°°°°...

Terpopuler

Comments

Hafiz Ghany

Hafiz Ghany

AQ sll TK berdaya 😚😚

2022-01-09

0

Gechabella

Gechabella

radit suka y ma zura

2021-07-05

0

Virna Putri

Virna Putri

Baca marathon aku kak...semangat lanjut..suka dan makin penasaran dgn ceritanya...👍😍

2020-10-18

1

lihat semua
Episodes
1 blurb
2 Rumah Teman Mama.
3 Reiki
4 Aku Takut
5 Curhat
6 Seperti Sanchai
7 Duniaku
8 seven
9 Eight
10 Nine
11 Ten
12 eleven
13 Twelve
14 thirteen.
15 fourteen
16 Fiveteen
17 sixteen
18 seventeen
19 eighteen
20 Nineteen
21 Twenty.
22 Twenty one
23 Twenty two
24 Twenty Three
25 Twenty Four
26 Twenty Five
27 Twenty Six
28 Twenty Seven
29 Twenty Eight
30 Tweenty Nine
31 Thirty
32 Thirty One
33 Thirty Two
34 Thirty Three
35 Thirty Four
36 Thirty Five
37 Thirty Seven
38 Thirty Eight
39 Thirty Nine
40 Fourty
41 Fourty one
42 Fourty two
43 #Fourty three
44 #Fourty four
45 #Fourty Five
46 Fourty Six
47 #Fourty Seven
48 #Fourty Eight
49 Fourty Nine
50 Fifty
51 Fifty One
52 Fifty Two
53 Fifty three
54 Fifty Four
55 Fifty Five
56 Fifty Six
57 Fifty Seven
58 Fifty Eight
59 Fifty Nine
60 Sixty
61 Sixty One
62 Sixty Two
63 Sixty Three
64 Sixty Four
65 Sixty Five
66 sixty six
67 Sixty Seven
68 Sixty Eight
69 Sixty Nine
70 Seventy
71 Seventy One
72 Seventy two
73 Seventy three
74 Seventy Four
75 Seventy Five
76 Seventy six
77 Seventy Seven
78 Seventy Eight
79 Seventy Nine
80 Eighty
81 Eighty One
82 Eighty Two
83 Eighty Three
84 Eighty Four
85 Eighty Five
86 Eighty Six
87 Eighty Seven
88 Eighty Eight
89 Eighty Nine
90 Ninety
91 Ninety One
92 Ninety Two
93 Ninety Three
94 Epilog
Episodes

Updated 94 Episodes

1
blurb
2
Rumah Teman Mama.
3
Reiki
4
Aku Takut
5
Curhat
6
Seperti Sanchai
7
Duniaku
8
seven
9
Eight
10
Nine
11
Ten
12
eleven
13
Twelve
14
thirteen.
15
fourteen
16
Fiveteen
17
sixteen
18
seventeen
19
eighteen
20
Nineteen
21
Twenty.
22
Twenty one
23
Twenty two
24
Twenty Three
25
Twenty Four
26
Twenty Five
27
Twenty Six
28
Twenty Seven
29
Twenty Eight
30
Tweenty Nine
31
Thirty
32
Thirty One
33
Thirty Two
34
Thirty Three
35
Thirty Four
36
Thirty Five
37
Thirty Seven
38
Thirty Eight
39
Thirty Nine
40
Fourty
41
Fourty one
42
Fourty two
43
#Fourty three
44
#Fourty four
45
#Fourty Five
46
Fourty Six
47
#Fourty Seven
48
#Fourty Eight
49
Fourty Nine
50
Fifty
51
Fifty One
52
Fifty Two
53
Fifty three
54
Fifty Four
55
Fifty Five
56
Fifty Six
57
Fifty Seven
58
Fifty Eight
59
Fifty Nine
60
Sixty
61
Sixty One
62
Sixty Two
63
Sixty Three
64
Sixty Four
65
Sixty Five
66
sixty six
67
Sixty Seven
68
Sixty Eight
69
Sixty Nine
70
Seventy
71
Seventy One
72
Seventy two
73
Seventy three
74
Seventy Four
75
Seventy Five
76
Seventy six
77
Seventy Seven
78
Seventy Eight
79
Seventy Nine
80
Eighty
81
Eighty One
82
Eighty Two
83
Eighty Three
84
Eighty Four
85
Eighty Five
86
Eighty Six
87
Eighty Seven
88
Eighty Eight
89
Eighty Nine
90
Ninety
91
Ninety One
92
Ninety Two
93
Ninety Three
94
Epilog

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!