Pendekar Pedang Iblis
Xin Fai adalah seorang anak kecil berumur 9 tahun yang tinggal di pinggir daratan Kekaisaran Shang, orang tuanya bekerja sebagai nelayan yang hari-harinya dipenuhi dengan kesusahan ekonomi.
Daerah Peiyu yang berseberangan langsung dengan pantai itu kini ramai dilalui oleh banyak petualang, pendekar dan rakyat biasa. Xin Fai saat itu bersama Ayahnya, Xin Wao yang sedang mengangkat hasil tangkapan di laut. Langit mulai gelap kala itu, angin badai berembus kencang menabrak tubuh para nelayan.
Dahi Xin Fai mengerut sambil menatap Ayahnya.
"Apa jalur kita pernah seramai ini, Ayah?"
"Menurutmu? Ah... Sepertinya daerah kita mulai terkenal ya." Pria dengan baju lusuh dan wajah cerah itu menanggapi senang. Dia sangat mencintai tempat tinggalnya. Anaknya tak lagi banyak bertanya.
Xin Fai memutar pandangannya ke seluruh penjuru, para pendekar berbadan kekar menaiki pelabuhan sambil menenteng pedang panjang bercahaya merah. Perasaannya seketika buruk, namun Xin Fai tidak memberi tahu pada Ayahnya. Lelaki berbadan kekar itu menatap tajam padanya, seketika itu napas Xin Fai sesak tanpa alasan, dia jatuh berlutut sebelum akhirnya pria itu memalingkan muka.
Malam harinya keluarga Xin Fai berkumpul di sebuah rumah kecil atau lebih tepatnya gubuk, walaupun kehidupan mereka di bawah rata-rata namun tak pernah sedikitpun mereka mengeluh. Karena Xin Wao selalu mengajarkan hidup bersyukur pada anaknya, Xin Fai dan anak perempuannya yang kini berumur 8 tahun Xin Xia.
Istrinya datang menyiapkan makanan, sekeluarga itu duduk sambil bercerita tentang sebuah tempat. Daerah yang diyakini oleh keturunannya sebagai asal mereka.
"Daratan Yang, di sanalah kita berasal. Kau tahu? Nenekmu selalu menceritakan ini beberapa kali sampai aku muak." Xin Wao menjelaskan. "Kau tidak akan menemukan kedamaian sedamai di sana, kejernihan air mengalir yang indah, orang-orang yang tidak memandang derajat sebagai tolak ukur kemanusiaan."
"Mana ada orang seperti itu, Ayah!" Xin Fai menolak, dia sangat membenci orang-orang Kekaisaran yang dianggapnya semena-mena dengan rakyat kecil.
"Ayah tahu, mereka memperlakukan kita seperti sampah."
Xin Wao tak segera menjawab, lelaki berumur 30-an itu memberi jeda agar anak laki-lakinya kembali tenang.
Xin Fai mengikuti karakter ibunya yang berapi-api, keras kepala dan membenci orang yang memiliki status bangsawan.
Xin Wao melanjutkan ceritanya perlahan, "Di tempat kita tidak ada tempat yang sedamai itu, tumbuhan tumbuh dengan subur dan matahari yang sangat hangat di sana."
"Hm..." Xin Fai menanggapi malas, adiknya menguap setiap kali Ayahnya menceritakan itu berulang kali, namun Xin Wao tampak tak terusik dengan respon mereka malah semakin bersemangat menceritakannya.
Xin Wao menjelaskan bahwa daratan Yang terletak di daerah yang sama sekali tidak diketahui orang, daerah yang jauh dan penuh marabahaya. Tempat itu terletak di sebuah pulau di pertengahan samudra yang melintang di Benua Daratan Tengah. Dijelaskan juga bahwa daratan Yang terletak di balik bukit, namun sampai saat ini belum ada satupun orang yang berhasil menjangkau tempat itu karena dikelilingi oleh mahkluk laut yang ganas.
"Tapi kata Ayah, di sana sangat aman dan nyaman?"
Xin Wao mengerutkan dahinya, setelah puluhan kali mendengar cerita itu ia tak pernah berpikir seperti halnya anaknya. Lelaki itu hanya paham tentang laut dan kematian di pusaran ombak, jadi dia kurang pandai dalam hal logika.
"Kau tahu? Untuk menaklukkan mahkluk ganas itu diperlukan kekuatan, hanya orang setingkat Pendekar Agung yang bisa melakukannya." Ayahnya menjelaskan tergagu-gagu karena dia pun kurang tahu tentang pemeringkatan para Pendekar.
Xin Fai mengembuskan napas pelan, dia memang selalu menganggap lelaki yang menjadi Ayahnya itu bodoh. Namun Ayahnya tak pernah tersinggung, senyuman penuh tulus itu selalu berhasil membuat Xin Fai tenang.
"Ayah.. kalau itu tempat yang sangat menyenangkan, kenapa kita tidak tinggal di sana?" tanya Xin Xia.
Xin Wao lagi-lagi tersedak napasnya sendiri sambil memasang wajah cemas, dia tak pernah berpikir untuk sampai di sana. Bagi kaum nelayan yang berpenghasilan kecil sepertinya, sangat mungkin nyawanya habis di perjalanan. Belum lagi bertemu dengan pendekar aliran hitam, pembunuh bayaran, perompak dan pembunuh berantai.
Dunia yang ada dipikiran Xin Xia tidak seperti pada kenyataannya, dunia jauh lebih kejam daripada yang ada di daerah Peiyu. Di luar sana banyak orang yang membunuh demi bertahan hidup, bahkan sampai membentuk organisasi, menentang Kekaisaran dan menjadikan jalan sesat sebagai arah kehidupan.
Di daerah mereka saja sering terjadi penculikan budak, perampokan dan pembunuhan meskipun Xin Wao selalu berusaha menyembunyikan hal itu dari kedua anaknya.
"Kurasa sekarang saatnya memberi tahu kalian..." Xin Wao mengela napas panjang.
"Dunia aliran putih dan hitam adalah perlambangan Yin dan Yang, kalian tahu? Masing-masing dari mereka berusaha mempertahankan diri dengan saling membunuh."
Xin Xia terdiam dengan raut bingung, hanya Xin Fai yang terlihat serius dengan perkataan Ayahnya.
"Kita memang tidak dilahirkan sebagai seorang petarung, bahkan, untuk menghidupi diri sendiri saja sudah kesusahan."
Pria itu melanjutkan, "Hanya seorang pendekar yang bisa mengelana di dunia ini. Mereka yang memiliki keahlian melindungi diri sendiri, orang lain dan menumpas segala kebatilan. Ya! Seorang pendekar!" Ayahnya menjadi semangat menceritakan tentang pendekar.
Bagi Xin Fai, pendekar tidak jarang dijumpai di tempatnya. Mereka sangat kuat, kekar dan berkharisma. Sosok seperti mereka sangat disegani di tempatnya.
"Pendekar yang paling pemberani, Yong Tao sang Pendekar Agung nomor satu yang selalu menegakkan keadilan. Aih, aku ingin sekali bertemu dengannya."
Xin Fai tersenyum pahit, menurutnya orang Kekaisaran akan langsung muntah ketika bertemu dengan Ayahnya. Sebagai nelayan, bau tubuh mereka terasa amis dan kumuh tidak menutupi juga bahwa orang-orang biasa pun akan mengusir mereka ketika bertemu.
"Ayah jadi banyak bicara," Xin Wao menatapi kedua anaknya hangat. Meskipun dirinya kelaparan namun ia tetap bahagia dalam kesederhanaan. Senyum pria itu melunak saat Xin Fai putranya angkat bicara. "Kalau begitu, aku harus menjadi pendekar agar bisa sampai di Daratan Yang."
Ayahnya membuka mulut lebar-lebar tak percaya sedangkan istrinya yang daritadi sibuk menyiapkan makanan pun terkejut.
"Kau yakin?"
"Tidak terlalu, Ayah."
Secercah harapan menghiasi wajah lelaki tua itu, dia memegang erat pundak anaknya. "Kalau begitu kau harus ikut Turnamen Pendekar Muda."
Istrinya tak menyanggupi itu namun Xin Wao bersikeras tetap ingin anaknya pergi ke ibukota. Kota Shang terkenal sebagai ibukota paling maju dengan pendekar tingkat tinggi sangat banyak, jarak yang sangat jauh membuat Ibu Xin Fai khawatir. Bukan hanya keselamatan anaknya, melainkan biaya hidupnya ke depan nanti.
"Menurutmu untuk apa aku menjadi nelayan berpuluh-puluh tahun? Aku ingin dia menjadi seorang pendekar terhormat."
"Tapi..."
Ayahnya mengeluarkan sebuah kain lusuh berisi puluhan keping perunggu.
"Aku ingin kau mengikuti Turnamen Pendekar Muda-"
BOOM!
Saat itu seketika suasana pecah dengan teriakan melolong, mendengar hal itu Xin Wao kaget sehingga berlari keluar mencari penyebabnya.
"Manusia Darah Iblis telah datang!"
Ratusan pasukan dengan tato merah di tubuhnya memenuhi pemukiman, mereka berpencar membunuh warga.
"Manusia Darah Iblis...?"
"Mereka siapa, Ayah?"
"Mereka orang-orang yang menentang Kekaisaran Shang. Pemimpin mereka berhasil membunuh orang nomor dua di tempat kita, Wei Yuan. Sang Manusia Darah Iblis sempurna. Mereka.. siluman Iblis!"
***
**Halo! aku kakpit 😆
jadi... aku mau kasih tau, kalo aku masih pemula banget jadi cerita ini masih sangat jauh dari kata bagus😥 semoga kalian mau memahami dan memaklumi kalau ceritanya sangat amburadul dan jauh dari ekspektasi kalian.
hehe udah itu aja kalau mau lanjut baca boleh banget, makasih atas perhatiannya**~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Yaser Levi
aku udah baca dr bab akhir..klu pemula saja , cerita nya keren bgni ..lalu bagaimana yg seniornya.?.sprtinya aku akan marathon baca novelmu ini thor..salam kenal.
2023-12-29
4
Ani Sumarni
Assalamualaikum wr wb
Semangat pagi selamat beraktivitas
Semoga sehat sukses bersama seluruh kulawarganya Aamiin
2023-12-07
1
Balqis : IG Balqis 7850
rate novel ini 1000/10 ...
2023-06-22
0