Walikota Huo masih menangisi anak gadisnya yang hilang tanpa kabar, dikabarkan dirinya jatuh sakit setelah dua hari. Saat ini yang dia miliki hanyalah istri dan ketiga putra yang masih kecil, kepergian Fen Yin menjadi pukulan keras baginya dan juga masyarakat kota.
Mereka sangat mengenal gadis riang itu seperti apa, bukan hanya cantik namun sikapnya sangat disukai oleh semua orang.
Sementara Walikota Huo yang bernama Li Yong itu jatuh sakit istrinya seperti tak peduli, dia sering keluar rumah tanpa izin Li Yong. Hal itu tentu saja membuat ketiga anaknya marah.
"Bu, setidaknya jaga Ayah selagi dia sakit. Ayah terus memanggilmu di kamarnya."
"Yi'er..." Wanita itu berjongkok sambil mengelus pipi Li Changyi. Senyum paksa terukir di bibir merahnya. "Kau bisa menjaganya sendiri, kan?"
"Aku tidak tahu mengapa, tapi selama setahun ini ibu telah banyak berubah!"
Wanita itu memelototkan mata membuat ketiga putranya bergidik ngeri, andai seseorang mengatakan bahwa ibunya hantu maka mereka akan langsung percaya.
"Berhenti mengoceh atau akan kuhukum lagi kalian seperti kemarin."
***
"Yin'er! Yin'er!"
Xin Fai menolehkan pandangannya ke arah seorang pemuda yang daritadi berputar-putar sampai puluhan kali di depan toko bunga. Tempat itu diyakini sebagai tempat terakhir Fen Yin terlihat sebelum akhirnya menghilang.
"Percuma saja.."
Pemuda tersebut memiliki indera pendengaran yang tajam karena memilki kemampuan pendekar yang tinggi, ia mendekat ke arah Xin Fai dengan wajah berharap.
"Apa kau mengetahui sesuatu tentang Fen Yin? Kumohon beritahu aku." Pemuda itu menyatukan kedua telapak tangannya. Xin Fai menimang sebentar sebelum berkata pelan.
"Bagaimana jika kukatakan dia sudah tidak ada?"
Bola mata pemuda itu perlahan-lahan basah, ia mulai sesenggukan di hadapan Xin Fai. Keadaan seketika canggung ketika itu karena orang-orang bisa melihat seorang pemuda menangis di hadapan bocah.
Mereka pasti mengira Xin Fai sudah melakukan hal yang jahat sampai membuat pemuda itu menangis.
"Aku.. aku tetap harus menemukannya, meskipun hanya seujung helai rambut pun."
Agak lama Xin Fai tidak menjawabnya, pemuda bernama Yu Yuan itu terus menatapi bocah tersebut. Kehilangan Fen Yin setelah tiga hari belakangan membuat ia tak peduli lagi harus percaya dengan siapa, termasuk dengan bocah di hadapannya ini.
Xin Fai akhirnya mengeluarkan suaranya dan disambut Yu Yuan dengan cepat. "Apa yang akan kau berikan padaku jika kuberi tahu siapa pelakunya?"
"Aku akan mengabulkan permintaanmu. Setidaknya aku ingin jasad Fen Yin dikuburkan dengan layak," jelasnya.
"Baiklah, aku hanya menginginkan sebuah permata yang dijual oleh pedagang sekitar sini."
"Permata?"
"Ehm.. ya? Apa ada yang salah?"
Yu Yuan buru-buru menggelengkan kepala, di dalam hatinya siapapun yang telah mencelakai Fen Yin akan dia balas seratus kali lipat.
"Oke, ikut aku."
Xin Fai sudah hampir hapal susunan kota Huo karena beberapa hari ini digunakannya untuk mencari segala informasi yang dibutuhkan. Di saat bersamaan juga Yu Yuan mengitari kota Huo sambil mencari kekasihnya itu.
Akhirnya mereka tiba di sebuah rumah besar yang merupakan kediaman walikota Huo.
"Apa-apaan ini?! Apa kau menuduh Ayahnya sendiri yang menculik Yin'er?"
"Bukan, tapi dia."
Seorang wanita anggun keluar dari rumah tersebut diikuti ketiga putranya yang murung. Mereka menatap Xin Fai dari atas sampai ke bawah.
"Apa maksudmu menunjukku seperti itu?" Jia Li merapatkan tangannya geram.
"Nyonya tampak lebih muda sekarang dibanding saat terakhir kali kita bertemu,"" Xin Fai tersenyum menanggapi kemarahan wanita itu.
"Hei! Dia bocah kumal yang menghalangi jalan kita waktu itu!" salah satu anaknya mengincar Xin Fai. Merasa di atas awan Jia Li menyuruh pengawalnya menangkap Xin Fai.
Yu Yuan yang tak tahu apa-apa hanya menonton, namun matanya seketika memancarkan sorot ketakutan saat Xin Fai mengeluarkan pedangnya.
Banyak warga yang menyaksikan keributan di depan kediaman Walikota Huo tersebut, keributan itu terpaksa membuat Li Yong meninggalkan kamarnya karena mendengar teriakan anak dan istrinya.
Saat Li Yong keluar dari pintu, betapa terkejutnya dia saat istri tercintanya ditusuk oleh seorang bocah menggunakan sebilah pedang.
"Anak biadab?! Apa yang kau lakukan pada istriku?!" Walikota itu marah besar, dirinya tak bisa menahan kharismanya lagi sebagai walikota yang baik.
Saat hendak memukul Xin Fai, anak itu berkata tenang. "Anda bisa melihat apa yang terjadi pada istri Anda sekarang."
Li Yong membalikkan badan dan mendapati bekas tusukan Xin Fai mengeluarkan darah berwarna hitam pekat dari tubuh istrinya, tak hanya itu, luka tersebut sembuh langsung dengan mengeluarkan asap putih.
"Kau... Siapa?" Li Yong masih memasang wajah terkejut, istrinya Jia Li menjilati darah di tangannya dengan senyuman lebar
"Anak yang hebat, bisa membongkar rahasiaku secepat ini.." Jia Li memelototkan matanya geram.
Wanita tersebut berubah ke wujud aslinya, sayap biru miliknya terkepak lebar menimbulkan angin kencang. Saat hendak terbang Xin Fai berteriak lantang.
"Lang!"
Sebuah cahaya keemasan muncul dan di saat itu juga Lang menyambar wanita siluman tersebut dengan cakarnya.
Walikota Huo dan yang lainnya terpana melihat pertarungan kedua siluman tersebut, termasuk ketiga putra Li Yong yang kini menatapi Xin Fai ketakutan.
Mereka telah mencari masalah dengannya terlalu jauh, dan khawatir nasib mereka akan buruk. Apalagi melihat sosok Lang yang diteriaki Xin Fai adalah seekor Serigala Berbulu Emas yang biasanya hanya dimiliki keluarga inti Kekaisaran.
Sayap siluman capung tersebut robek hingga Jia Li tak bisa terbang lagi, dengan gerakan secepat kilat wanita tersebut melarikan diri. Xin Fai tak tinggal diam, ketika siluman itu sedang sibuk dihadang oleh Lang ia melempar kaki kelabang yang diambilnya saat di hutan dulu menggunakan teknik yang diajarkan Fu Shi.
Teknik tersebut dilakukan dengan memusatkan tenaga dalam pada ujung jari, lalu mengubah energi menjadi bentuk angin yang merupakan perubahan jenis paling mendasar. Angin tersebut akan menembakkan kaki kelabang itu dengan kecepatan sepuluh kali lebih cepat dari yang sebenarnya ke arah Jia Li.
Meskipun agak meleset namun kaki kelabang itu menancap di pundak Jia Li, karena merasa serangan itu tidak mematikan Jia Li tak bergeming. Ia harus berusaha melarikan diri, Lang bukan tandingannya.
Namun sesaat wanita itu menjerit, punggungnya berasap hitam dan semakin lama semakin mengoyak kulitnya.
"Kaki kelabang adalah bagian paling mematikan dari tubuh Kelabang Lima Mata. Jika racun yang diproduksinya saja bisa mengurangi kekuatan Lang sepuluh persen, mungkin kakinya akan melumpuhkan siluman itu sebanyak empat puluh persen. Ditambah dengan sifat racunnya yang lebih kuat.."
Gumaman Xin Fai membuat walikota Huo terpana meskipun di dalam hatinya tentu ia sedih akan kehilangan istri yang dia cintai. Namun perubahan sifat istrinya yang begitu mencolok selama setahun ini ternyata memiliki alasan. Jika benar dugaannya, maka istrinya yang sebenarnya sudah dimakan oleh siluman capung itu.
Selagi Jia Li menjerit kesakitan, Lang segera menikamnya dengan cakar. Darah hitam mencuat di halaman walikota Huo. Butuh waktu lima menit sampai siluman itu benar-benar mati.
Setelah Lang kembali menyatu kembali ke dalam tubuh Xin Fai, mendadak ketiga putra Li Yong bersujud.
"Ampuni aku, aku mengaku bersalah sudah mengejekmu kemarin." Li Changyi tulus menyesali perbuatannya pada Xin Fai.
"Tidak perlu sungkan. Aku hanya berniat menolong sebisaku."
Dengan sisa air mata di pelupuk matanya Li Yong memeluk Xin Fai begitu lama, ia berterima kasih beberapa kali bahkan berjanji memberikan apapun yang Xin Fai inginkan.
"Aku turut bersedih atas kematian istri dan putri Anda." Xin Fai menundukkan kepala. "Tidak apa-apa, aku akan berusaha mengikhlaskan mereka. Yang terpenting setelah ini kota Huo akan aman dari kasus penculikan para gadis ini."
Mereka berterimakasih sekali lagi pada Xin Fai setelah memberikan keping emas yang dijanjikan, juga menitipkan salam kepada Lang. Beberapa warga mendekat sambil mencermati anak kecil bernama Xin Fai itu. Bisa dipastikan namanya akan terkenal dalam beberapa saat lagi namun Xin Fai tak begitu peduli.
Dia memeriksa mayat siluman capung itu, Fu Shi pernah mengatakan untuk mendapatkan ke-33 permata itu dia harus membunuh siluman tertentu. Jika siluman capung ini memiliki permata yang dimaksud, maka dia hanya perlu mencari sisanya nanti.
Xin Fai akhirnya mendapatkan permata biru langit di lingkaran gelang wanita tersebut, walikota Huo tak keberatan jika dia mengambilnya. Sehari setelah itu, Yu Yuan sudah bisa tersenyum seperti biasa meskipun masih nampak sedih.
Dia mengajak Xin Fai membeli permata yang diinginkan oleh anak kecil itu.
Setelah berhasil bertransaksi Xin Fai hanya bisa mengembuskan napas kasar, permata tersebut sama sekali tak bercahaya ketika diletakkan di punggungnya. Berbeda dengan permata milik siluman capung yang langsung menyatu dengan tubuhnya.
Yu Yuan sendiri merasa aneh, permata yang dibeli Xin Fai umumnya dipakai sebagai perhiasan oleh wanita, namun dia tak membicarakan lebih jauh karena takut menyinggung Xin Fai.
Suasana kota Huo kembali damai setelah itu, beberapa pendekar yang disewa sudah ditarik kembali. To Mu salah satu orang yang begitu bangga mendengar kabar Xin Fai yang mengungkap pelaku kasus tersebut.
"Ah adik kecil itu! Aku harus menemuinya nanti," ucap To Mu saat meninggalkan kediamannya, belum selangkah berjalan dari pintu ia dikejutkan dengan sebuah kantong kecil berisi puluhan koin emas.
To Mu membaca isi surat di atasnya dengan seksama.
"Terimakasih sudah memberiku informasi, ini upah untukmu Tuan Pendekar, semoga kita bisa berjumpa lagi."
To Mu memiringkan kepala ke sana kemari mencari pemilik surat tersebut, ia berpikir keras sebelum akhirnya teringat seorang anak kecil.
"Jangan-jangan anak itu?" To Mu tersenyum, sudah pasti yang mengirimkan ini semua adalah Xin Fai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
Imam Sutoto Suro
mantuuul thor lanjutkan
2023-10-04
1
IR WANTO
kebanyakan cerita gk jelas kapan latihannya..
2023-03-14
0
Hana Aini
xin fai tak pelit ternyataaa
2022-11-17
0