Burung-burung kecil hinggap di dahan yang tinggi, aroma khas pembakaran menyeruak di sekeliling desa. Mayat kehitaman terkapar kaku di balik abu rumah, pemandangan mengenaskan ini membuat utusan dari pemerintahan tak sanggup menahan mual.
Selain itu di beberapa tempat terdapat beberapa pendekar yang meninggal, mereka dibantai kemudian dilalap oleh api. Membuat Pasukan Seribu Kaki yang mendatangi Daerah Peiyu menggeram kesal, banyak teman mereka yang mati sia-sia di rumahnya sendiri. Bahkan orang tak bersalah pun turut jadi korban.
Puluhan sampai ratusan mayat dimakamkan dengan layak tanpa terkecuali. Pimpinan Pasukan Seribu Kaki yang bernama Zhishu Yan mengamati sekitarnya tajam, dia memusatkan pandangan ke arah seorang anak kecil yang sudah terbaring kaku bersama pendekar aliran hitam.
Zhishu Yan menghampiri bersama pengawalnya, ia memberi isyarat berhenti pada pengawal lalu berjongkok di depan anak kecil itu.
"Dia masih bernapas."
Pengawalnya saling memandang, mereka bukan orang buta yang tidak bisa melihat sebuah pisau menancap tepat di jantung anak kecil itu. Sedangkan pria dewasa di sampingnya sama sekali tidak terlihat terluka.
Seakan menjawab pertanyaan pengawalnya, Zhishu Yan berbicara. "Anak ini masih hidup, dan pria di sampingnya sudah mati."
Zhishu Yan memeriksa denyut nadi kemudian membuka baju lusuh milik anak itu, sebelum alisnya berkerut menatap sebuah bekas hitam di dadanya.
"Apa ini?"
Para pengawal dengan senjata lengkap memajukan diri berniat mendekat.
"Dadanya terbakar..." Gumam Zhishu Yan pelan, seingatnya warga yang terkena kobaran api itu akan langsung meninggal bahkan menjadi abu karena api yang digunakan Manusia Darah Iblis adalah api dari siluman Iblis ribuan tahun.
"Senior, sepertinya anak itu tidak terbakar api seperti yang lainnya."
"Tapi mengapa dia tetap hidup walaupun sebuah pisau menancap di jantungnya?" pengawal yang lain bertanya. Mereka mulai kebingungan hingga Zhishu Yan bersuara pelan.
"Anak yang menarik."
Zhishu Yan tidak terkejut karena anak itu masih hidup dengan darah habis di dadanya, melainkan pertanyaan besar. Mengapa pria dewasa yang tubuhnya segar bugar itu meninggal.
"Menyerap energi kehidupan? Apakah dia..." Zhishu Yan menepis pikiran itu, menyuruh pengawalnya membawa anak itu ke tenda.
Xin Fai mengerjapkan mata berkali-kali melihat sebuah atap rendah berwarna hijau di atasnya. Seingatnya malam itu dia sekarat sambil memegang kaki seorang pemanah. Saat pemanah itu hendak melepaskan tiba-tiba dia menjerit lalu tersungkur di tanah. Selebihnya, Xin Fai kurang ingat.
Xin Fai terbangun memegang kepalanya yang sakit, sambil memegang dada kirinya. Ia menyatukan alis heran karena tidak terdapat satupun luka di sana.
"Kau heran kenapa lukamu tidak ada di sana?"
Xin Fai mendongak kaget, mendapati seorang pria bertubuh kekar serta garis wajah tegas sedang menatapinya. Dia menunduk ketakutan sambil berusaha menjawab.
"Ti-tidak."
"Sepertinya tidak ada yang memberitahumu."
"Tentang apa Tuan Pendekar?" Xin Fai berusaha sesopan mungkin.
"Jika aku memberitahumu mungkin kau akan diincar seluruh pendekar di dunia ini."
Kaki Xin Fai bergetar dibuatnya meskipun tidak paham apa yang dikatakan oleh Zhishu Yan.
"Kau memiliki tubuh yang istimewa."
Mendengarnya Xin Fai hanya terdiam membisu.
Zhishu Yan menggelengkan kepala. "Tapi keistimewaanmu membawa marabahaya."
"Apa?" kaget Xin Fai, dia mengeluarkan sebuah kalung permata biru dari sakunya. "Selagi aku memiliki ini, Ibu bilang aku tidak akan berada dalam bahaya."
Zhishu Yan menaikkan alisnya.
"Kau memilikinya?"
Keduanya saling menatap, tak lama Zhishu Yan tertawa lantang sambil mendekat.
"Kau sungguh anak yang menarik."
Tak bisa berkata apa-apa membuat Xin Fai hanya bisa membungkam mulutnya karena di hadapannya ada salah seorang pendekar terhormat yang selama ini dipuja oleh Ayahnya. Hati Xin Fai kembali berkabung mengingat seluruh keluarganya yang dibantai dalam satu malam oleh Manusia Darah Iblis.
"Apa Tuan Pendekar mengenal Fengying?"
Senyuman di bibir Zhishu Yan memudar.
"Kutebak pasti kau ingin membalaskan dendammu?"
"Bisa dibilang begitu." Xin Fai menjawab tanpa menutupi wajahnya yang penuh dengan dendam.
"Hahahaha!" Tawaan menggelegar dari suara berat lelaki itu, dia sungguh tak habis pikir dengan jalan pemikiran bocah kecil di hadapannya.
"Kau sungguh di luar dugaanku. Siapa namamu?"
"Namaku Xin Fai, pendekar."
Senyuman kembali menghiasi wajah Zhishu Yan, ia mengeluarkan tatahan besi yang membentuk ukiran teratai.
"Kuil Teratai."
Xin Fai menangkap tatahan itu sambil memperhatikannya.
"Kondisi tubuhmu tidak banyak orang ketahui, dan hanya muncul sebagai legenda saja. Jika benar dugaanku, maka kau adalah anak yang hanya muncul seribu tahun sekali."
Zhishu Yan melanjutkan, "Tao Wei seorang Penderma paling sepuh di Kuil Teratai, sekaligus satu dari sepuluh Pilar Kekaisaran Shang. Dia memiliki jawaban atas kondisi tubuhmu saat ini."
"Pendekar, aku–"
"Jika kau tidak punya kemampuan untuk pergi ke sana," kata Zhishu Yan sambil mengeluarkan sekantong koin emas. "Pergilah. Aku yakin kau tak akan mudah mati, apalagi dengan Permata Cahaya Biru itu."
Lagi-lagi Xin Fai dibuat kebingungan oleh pria berusia 40 tahun itu, namun ia tak punya daya untuk membantah.
"Aku yakin tujuanmu sama denganku," tambah Zhishu Yan pelan. Dia hendak meninggalkan tenda sampai terdengar suara gemetar Xin Fai di belakangnya.
"Mungkinkah pendekar mengalami hal yang sama denganku?"
"Benar. Orang tuaku meninggal karena pembunuhan berantai, aku hidup demi membalaskan dendamku."
Zhishu Yan menghampiri Xin Fai sambil menepuk pundaknya.
"Jangan biarkan Iblis Hati menguasai pikiranmu."
Lelaki itu menunjuk bekas luka bakar di dada Xin Qian, anak itu melebarkan netra matanya sambil meraba dadanya. Sebelumnya ia tidak memiliki itu.
"Iblis Hati?"
"Kematian orang tua dan saudarimu membuat tubuhmu dipenuhi oleh dendam. Sekarang, coba katakan apa tujuan hidupmu?"
Zhishu Yan duduk bersila sambil menepuk dudukan di sampingnya. Sedangkan Xin Fai diam sambil berpikir mengingat sebagian besar pikirannya tertuju pada kematian Ayah, Ibu dan adiknya, Xin Xia.
"Aku ingin membunuh semua Manusia Darah Iblis."
Meskipun agak terkejut mendengarnya Zhishu Yan tetap berusaha tenang. "Kau tahu? Pria yang kau sebut Fengying itu adalah pemimpin Manusia Darah Iblis, dan dia telah membunuh pendekar Agung nomor dua di Kekaisaran kita."
Seakan mengerti maksud Zhishu Yan, tangan kecil Xin Fai mengepal di atas pahanya.
"Aku tetap akan membunuhnya."
"Oh, ku akui keberanianmu. Tapi, itu tidaklah cukup. Bisa jadi sepuluh tahun ke depan Organisasi Manusia Darah Iblis semakin besar, mereka bahkan menjadi pembunuh aliran hitam paling mematikan di Asia."
Xin Fai mengangkat wajahnya tak menyangka, ia ingin membalas dendam namun tak menyangka langkahnya masih sangat jauh. Jika umurnya seribu tahun pun, ia tidak yakin bisa menepati sumpah yang telah diteriakkannya dari semalam itu.
"Aku..."
"Tidak perlu berkecil hati."
Pria itu melanjutkan dengan wajah tenang. "Di dunia ini banyak orang tak bersalah yang mengalami hal sepertimu. Kau bisa membunuh orang yang membunuh, menyelamatkan orang yang tidak bersalah dan menjadi tonggak keadilan bagi seluruh orang di Kekaisaran Shang." Zhishu Yan melanjutkan, "Aku akan menanti namamu terkenal sebagai Pendekar Agung Kehormatan."
"Apa itu keren?"
Mendengar ucapan polos itu Zhishu Yan tersedak ludahnya sendiri. "Pendekar Agung Kehormatan adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Kaisar sebagai Pilar Kekaisaran."
Sejenak lelaki itu dapat menangkap binar cerah di mata Xin Fai, anak kecil itu masih layaknya anak pada umumnya meskipun dia sadar apapun yang dialami Xin Fai sangat berat. Mungkin orang dewasa pun ingin bunuh diri, namun melihatnya bisa melewatinya seorang diri membuat Zhishu Yan lega.
"Saat kau memiliki kekuatan, di saat itu kau bisa menegakkan keadilan. Jika kau ingin membunuh Manusia Darah Iblis itu tidak mudah," jelas Zhishu Yan lemah.
"Bisa kau beritahu caranya, Pendekar?"
"Tentu saja. Kau harus memiliki kekuatan sendiri, menjadi seorang Pendekar Agung saja belum tentu cukup. Kau harus bisa menggerakkan seluruh pendekar aliran putih untuk memberantas mereka."
"Menjadi pendekar Agung Kehormatan?"
"Tepat sekali." Zhishu Yan melebarkan senyumnya, senyum yang selama tiga puluh tahun ini tak pernah terlihat, jauh sebelum kedua orangtuanya dibakar hidup-hidup di depan matanya. Zhishu Yan memiliki ambisi yang sama seperti Xin Fai dan merasa harus membantu anak itu.
"Apakah aku bisa menitipkan tujuan hidupku padamu?"
"Aku tidak keberatan, Pendekar."
Kali ini Zhishu Yan tak lagi tersenyum disertai dengan ekspresinya yang mencekam dipenuhi dendam.
"Aku ingin kau menumpas segala kebatilan, kejahatan, dan pembunuhan. Sebisa yang kau mampu."
Kini ekspresi Zhishu Yan memancar lebih cerah seakan beban berat telah terangkat dari pundaknya.
"Aku akan memberikanmu ini."
Sebuah pedang pendek dengan garis kehijauan tersodor padanya.
"Ini adalah pedang anakku yang sudah meninggal dua tahun yang lalu."
"Pendekar, aku berjanji akan menjaganya." Xin Fai menunduk hormat, ia sangat berterimakasih padanya.
"Aku tidak keberatan, anggap saja aku Ayah angkatmu, hahaha!" Tawa menggelar seketika membuat Xin Fai kaget tak alang kepalang.
"Pendekar terlalu bermurah hati.."
Wajah Zhishu Yan yang kharismatik membuat Xin Fai sungkan, ia berusaha menjaga sikap sebaik mungkin.
"Tentang Kuil Teratai, kau bisa menempuhnya dengan mengandalkan petaku."
Zhishu Yan mengeluarkan peta kecil, ia menandai sebuah tempat.
"Mungkin jika kau cepat bisa sampai dalam tiga bulan perjalanan."
"A-apa?"
Lelaki itu tentu tidak heran dengan raut terkejut Xin Fai, dia paham betul bahwa sangat aneh membiarkan anak kecil sepertinya pergi ke tempat berbahaya.
"Tidak ada pilihan, Xin Fai. Kau harus menjalaninya agar bisa bertahan hidup. Dunia tak seindah buku dongeng, kau harus bertaruh nyawa meskipun sedang berjalan di tempat yang ramai."
"Pendekar, aku tidak bisa.."
"Jika orang aliran hitam menemuimu di sini mungkin mereka akan menggunakanmu untuk menghancurkan dunia persilatan."
Belum sempat ingin membantah lebih jauh sekarang Zhishu Yan kembali memberinya sebuah kalung berbentuk kerang.
"Jika kau dalam bahaya, cukup tiup kerang itu dan anggota Pasukan Kaki Seribu akan menyelamatkanmu."
"Pendekar, bagaimana aku menerima ini semua sedangkan aku tidak punya apa-apa untuk diberikan kepadamu?" tanya Xin Fai gugup. Tentu harga semua barang di tangannya tidak cukup dengan dia banting tulang selama puluhan tahun.
"Aku ingin kau menjadi Pilar Kekaisaran untuk membunuh semua kejahatan di dunia ini. Hanya itu saja, sudah cukup bagiku."
Xin Fai belum sadar bahwa tanggung jawab yang akan diembannya cukup berat, namun ia memilih diam. Dia juga memiliki dendam yang harus dibalaskan pada Manusia Darah Iblis.
"Pergilah, Xin Fai. Dengan peta ini seharusnya kau bisa sampai di kota Zhu. Hati-hati jika malam hari, banyak pembunuh yang berkeliaran."
"Baiklah pendekar."
Setelah memberi hormat dan salam perpisahan Xin Fai meninggalkan Desa Peiyu menuju kota Zhu yang menjadi tujuannya. Ia tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah dalam semalam.
***
ada pergantian nama tokoh utama, maafkan keteledoran saya kalau terdapat typo ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 305 Episodes
Comments
spooky836
asia jadi gabung sgn asean. atau jumpa natolah thor buat apa jadi bodoh buat novel hampas dan sampah ni dazar otak kosong xde isi.
2025-01-12
0
VirgoRaurus 31Smile
kan sudah terbaring kaku & jantungnya kena tusuk...kok masih bernafas...?
2025-04-17
0
spooky836
ide orang memang otak kosong
2025-01-12
0